***
Meski beribu halaman nantinya menghantam, perjalanan kami tidak akan pernah padam. Sebab kami hadir bukan sekadar singgah, melainkan untuk mengukir sebuah kisah.
Untuk sekarang, mari selami naungan kami yang memikat. Menjadi pelekat, untuk kamu yang tak begitu dekat. Supaya kamu tetap hangat, di tengah badai yang penuh kilat.
—ALVAREZ—
Vagolazer***
"Dia Alvarez, ketua geng motor Vagolazer."
Athena belum takut mendengarnya, kecuali kalo Alvarez itu berwujud setan tanpa kepala. Beda lagi ceritanya.
"Ganteng, kan?" Ia disuguhkan video di mana Alvarez sedang melakukan sumpah ketua dan mendeklarasikan lima aturan utama Vagolazer.
1. War and Fight for Reason
2. No Sex & No Drugs3. Unity and Solidarity4. Walk in One Vision5. No Act without BrainAthena mengangguk jujur. "Iya, boleh juga. Keren."
Ajakin ribut yang bilang Alvarez jelek.
"Gue cuma mau ingetin lagi ke lo untuk jaga tindakan di SMA Hadover. Sekecil apa pun yang lo lakuin, sedikit aja lo salah, itu berdampaknya ke mana-mana. Gak cuma ke Alva, tapi seluruh anak Vagolazer."
Athena mengangguk lagi. Lagi pula, buat apa diperingati? Toh, dia gak bakal bikin urusan dengan mereka.
***
Hmm, waktu itu sih Athena pikir begitu.
Tidak ada sedikit pun niatnya untuk mengganggu siapa pun.
Namun, siapa yang tahu kalo hari-hari berikut tidak berpihak padanya?
Semua tumpukan masalah yang berani dibuatnya sukses mendatangkan gumpalan rasa penasaran untuk Alvarez.
Nama dan jejaknya sudah dicatat sejak keberaniannya di lapangan. Yang berarti, setiap langkahnya harus dipertanggungjawabkan.
"Setelah tau watak itu cewek, gue makin tau harus kayak gimana."
"Mau ngapain lo?" tanya temannya.
"Kasih paham seberapa jauh kemampuan ketua Vagolazer. Biar dia sadar siapa yang tadi dia lawan."
Oh shit!
Alvarez dan geng motornya.
Untuk kedekatan yang terjadi, Athena resmi menyebutnya sebagai kekacauan. Bagi hidup, hati, dan juga perasaan.
***
Some people just need a high-five.In the face. With a chair.—Demeus Alvarez Askantara—(unknown)***Si pemilik rahang tegas, tulang hidung tinggi, alis tebal nyata, dan tatapan yang mencekam ketika marah. Ya, laki-laki yang kini memakai jaket kulit hitam itu masuk ke gedung SMA Hadover setelah mendaratkan motor kesayangannya.Ia telat sepuluh menit, tapi tak apa. Sebab, ia sudah membeli dua bungkus rokok sebagai sogokan untuk satpam supaya mau membukakan gerbang belakang untuknya.Demeus Alvarez Askantara. Laki-laki kuat yang sering jadi bahan perbincangan. Terkenal akan kemampuannya dalam segala aspek dan perfeksionisme-nya. Berani, keras, dan cerdik.Dengan segala sikap kepimpinan yang dimiliki, ia dipercayai angkatan sebelumnya untuk mengepalai Vagolazer, geng besar angkatan genap yang ada di setiap sekolah internasional Jakarta. Di antaranya SMA Hadover—tuan rumah Vagolazer, SMA Cempaka, SMA Majaya, dan SMA Orchison.Meski terkenal tangguh, Vagolazer memiliki anggota perempuan.
If nobody tells me, i'll figure it out.—Athena Chloe Zevanie—***Tiga bulan selepas kematian kakak perempuannya, Athena tidak pernah sekalipun merasa baik-baik saja. Alih-alih melanjutkan hidup sebagaimana awalnya, ia justru berniat untuk mencari tahu alasan di balik kematian Ashley Cella Zevanie.Hari ini adalah hari pertama Athena masuk ke SMA Hadover. Ya, ini adalah langkah awal yang cukup sulit diraih karena dari TK sampai kelas 10, ia selalu disuguhkan homeschooling. Untungnya, ia berhasil membujuk ayahnya."Semoga lo dapet temen yang seru ya, Na. Duduk aja nanti sama Ella, biar gak canggung-canggung amat."Kepala Athena dibelai lembut oleh kakak laki-lakinya yang berumur 25 tahun, Reval. Tentu, Athena mengernyih curiga ketika mendapat perlakuan yang jarang ini."Apa nih tumben banget?" Gadis itu tertawa."Gue tau lo butuh belaian," canda Reval sekejap. Lalu, ia kembali serius. "Inget ya, Na. Kalo ada yang gangguin lo, lapor gue langsung."Athena mengangguk. "Siap, Bos! Gue tur
If you don't want a sarcastic answer, don't ask a stupid question.—Demeus Alvarez Askantara—(unknown)***JREEENGGG!Ray mengangkat satu kakinya ke atas meja. Dengan gitar di pangkuannya, dia bersenandung dan bernyanyi ria.Mengapa kita ditakdirkan berjumpaPadahal kita takkan mungkin ke sanaKe tujuan sama bertemu di tengahnyaMenunggu yang kutahu sia-sia"Berisiiiiikkk, Ray! Lo pikir suara lo bagus ya?!" gerutu Selena, merasa suara Ray merusak selera makannya.Seakan tak peduli, Ray tetap lanjut.Kupetik bunga mawar warna jinggaHanya semata senyum kau dibuatnyaTak sadar 'kan durinya terluka di akhirnyaMencinta tanpa tahu akibatnyaMalahan sekarang Archie ikut-ikutan nyanyi dengan asyiknya.Di sana kau bahkan tak sesaat pun teringat'Ku yang selalu mengingatDi sana 'ku bukan yang utamaDi sana kau terlihat bahagia"Wohoooo! Merdu banget woy suara gueee!" sorak Ray bangga. Ia mengangkat gitar, lalu membungkuk dengan percaya diri."Lo berharap kita puji?" sindir Zevano."Ssssstt,
***I don't wanna be afraid of anybody. Just try and see how far this things is gonna be.— Athena Chloe Zevanie —***Alvarez menautkan kancing seragamnya satu per satu. Karena buru-buru, ia hanya sekadar mencantolkan dasinya di saku. Ia langsung keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang tamu untuk menyamperi Kakeknya."Alva berangkat ya, Kek," pamit Alva, mencium punggung tangan laki-laki berumur 74 tahun itu. "Kalo ada perlu sesuatu, bilang aja ke bibi. Kalo genting, telepon Alva."Harles menahan tangan Alvarez yang melepasnya seakan menyuruh cowok itu untuk tunggu sebentar. Tanpa bersuara, ia menunjuk ke arah pintu depan yang terbuka dengan arahan mata. Alvarez pun cepat memindahkan pandangannya.Seorang pria berkepala empat dengan setelan jas kerja di tubuhnya masuk menginjak lantai mewah rumah Harles. Pria tersebut tersenyum aneh seraya memandangi Alvarez."Buat apa kamu ke sini?" tanya Harles. Umur tidak menghilangkan kegagahannya. "Jangan ganggu cucu saya!"Alvarez menggerta
***"Bro, gue ke Laskar Sekutu boleh, ya?" izin Athena yang sudah siap memakai sneakersnya. Ia tampak cantik dengan outfit santai.Reval mengeluarkan ekspresi bingungnya dan itu membuat Athena juga bingung. Mereka sama-sama bingung.Athena terkekeh seraya mengibas tangan di udara. "Apaan sih muka lo? Kagak bisa biasa aja?""Ngapain lo ke Laskar Sekutu?""Mau nemenin Rivera nonton cowoknya balapan. Emangnya kenapa?"Reval mendengkus. "Lo gak tau itu kawasan Invaders?""Oh iya?" Athena mengedikkan bahu. "Mana gue tau, gue cuma diminta Rivera temenin doang karena Ella sama Milen berhalangan. Emang kalo kawasan Invaders kenapa?"Reval malah bertanya, "Cowoknya Rivera siapa?""Alegro, anak Gladiator.""Ah, gak boleh deh! Ngapain juga lo nonton orang taruhan balapan? Gak penting banget," cibir Reval."Kesian banget kalo gue batalin tiba-tiba, Kak. Lagian entar Rivera cewek sendirian jadinya malah bahaya." Athena mendekat, lalu menepuk Reval. "I'll be safe, kok! Tenang aja! Okeey?"Reval ber
***Athena duduk di kursi samping lapangan. Di saat Ella dan Milen menemani Rivera untuk bertemu dengan Alegro, ia memilih untuk menunggu di sini.Athena tidak mau banyak-banyak bertemu Alegro. Cowok itu memunculkan sedikit rasa takut baginya. Dengan perawakan tak terurus seperti preman, resmi ia menganggap kalau Alegro itu buronan."Athena?"Ketika seseorang menyebut namanya, Athena langsung menengok."Kok kamu—""Haaaiii, Kak Noah!" Athena tersenyum semringah mendapati Noah. Ia dengan cepat bangkit dan berlari kecil mendekati cowok itu. Lalu, ia memeluknya dengan akrab. "Akhirnya kita ketemu!"
***Hidup itu emang susah,yang gampang itu ngeluh— Athena Chloe Zevanie —***Melamun, kepikiran, nangis. Begitu saja terus rutinitas Athena setiap malam di saat ia mengingat Ashley dan mulai merindukannya. Menerima kepergian saudara itu tidak mudah loh. Jadi jika Athena begini, wajar kan?Kini, Athena terus memandangi fotonya bersama Ashley yang diambil tiga tahun lalu waktu ke Disneyland Hongkong.Tok tok tok!"Na, ayo makan malem."
⛓⛓⛓Saat bel istirahat pertama berbunyi, Athena mengibrit ke perpustakaan oleh karena Ella yang memberi info bahwa perpustakaan Hadover menyediakan banyak novel pinjaman."Tungguin gue kenapa, Na!" teriak Milen, mengejar langkah Athena yang begitu cepat. "Semangat bener sih lo!"Athena menoleh sekilas ke belakang. Ia menyengir bahagia."Athenaaa!" Ella si pemilik suara yang paling cempreng mulai beraksi. Ia mengayuhkan tangan dengan semangat. "Sini bentar. Sini sini sini!"Athena berhenti. Ia berbalik badan, lalu menghampiri Ella dan Rivera yang sudah berhenti melangkah da