Share

4. Mencari Tanaman Obat

Kakek itu tersenyum dan menepuk bahu Zidan dengan lembut. “Tentu saja aman. Kau bersama kakek sekarang. Hutan ini penuh dengan tanaman berharga, dan jika kau tahu cara menggunakannya, kau bisa menyembuhkan dirimu sendiri lebih cepat daripada menggunakan obat-obatan biasa. Jadi, ayo kita cari tanaman yang kau butuhkan. Kakek akan menemanimu.”

Zidan merasa tenang setelah mendengar kata-kata Kakek Suma. Ia keluar dari gubuk bersama kakek itu, menyusuri jalan yang sama seperti kemarin, namun kali ini dengan semangat baru. Zidan tahu betapa pentingnya tanaman-tanaman obat yang ada di hutan ini. Ia bisa menyembuhkan dirinya lebih cepat jika menggunakan ramuan racikan sendiri, ramuan yang diajarkan oleh ayahnya.

Dengan hati-hati, ia mulai memetik beberapa tanaman yang ia tahu memiliki khasiat penyembuhan. Meski tubuhnya masih terasa sakit akibat luka bakar, semangatnya tidak surut. Setiap kali ia menemukan tanaman yang ia butuhkan, ia merasa semakin dekat dengan kesembuhan.

"Apa kau senang?" tanya Kakek Suma sambil tersenyum, melihat Zidan begitu serius mencari bahan obat. Bahkan luka-luka di tubuh Zidan seolah tak lagi terasa sakit. Ia tampak tenang dan fokus, seperti seseorang yang sedang menjalani misi penting.

"Tentu saja, Kek," jawab Zidan dengan antusias. "Ini bahan obat yang sangat berharga. Aku pernah belajar tentang khasiatnya dari ayahku."

“Kau lanjutkan saja mencari tumbuhan obat, aku kan menunggumu di bawah pohon itu,” Kata kakek Suma menunjuk pohon rindang yang tak jauh dari tempat Zidan berada.

Kakek Suma memang tidak tahu banyak tentang tumbuhan, jadi ia hanya mengawasi Zidan dari jauh saja, sambil terus memperhatikan Zidan yang begitu asik dengan tanaman obat yang sedang ia petik.

Kakek Suma memperhatikan Zidan dengan kagum. "Aku harap aku bisa melihat hasil yang bagus dari ramuan nanti," katanya dalam hati, sambil mengingat masa-masa ketika ia memiliki seorang sahabat alkemis yang sangat berbakat. Sayangnya, sahabatnya itu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Karena itulah, Kakek Suma memutuskan untuk tinggal di hutan ini, dekat dengan Desa Teratai, tempat tinggal para alkemis yang dulu begitu ia kagumi. Namun kini, desa itu hanya tinggal sejarah.

Sambil terus berjalan, Zidan semakin asyik memetik berbagai tanaman yang ia anggap penting untuk pengobatan dirinya. Setiap langkahnya penuh kehati-hatian, matanya terus mencari tanaman yang diajarkan oleh ayahnya. Tumbuhan dengan daun hijau yang lebar, bunga kecil yang berwarna ungu, hingga akar-akar yang tersembunyi di bawah tanah.

Namun, saking asyiknya mencari tanaman obat, Zidan tidak menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan. Ketika ia berhenti sejenak dan melihat sekeliling, ia baru menyadari bahwa Kakek Suma tidak lagi ada di dekatnya.

"Kakek? Kakek Suma, di mana kau?" Zidan mulai panik. Ia berbalik dan mulai berjalan kembali, namun arah yang ia tempuh tidak terlihat familiar. Suasana hutan yang semula tenang tiba-tiba terasa mencekam. Rasa takut mulai menjalar dalam hatinya.

"Kakek!" Zidan berteriak lagi, namun tidak ada jawaban. Ia mulai berlari, mencoba mencari jalan kembali ke tempat mereka berpisah. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin terburu-buru, dan ia semakin bingung dengan arah yang ia tuju.

Tanpa ia sadari, langkahnya yang tergesa-gesa membuatnya kehilangan keseimbangan. Kakinya tersandung oleh akar pohon yang menonjol dari tanah, dan dalam sekejap, tubuhnya jatuh terperosok.

"Brukk!"

Zidan terpeleset dan jatuh ke dalam sebuah tebing curam yang tertutupi oleh semak-semak. Tubuhnya terhempas ke bawah, berguling-guling di antara bebatuan dan dedaunan. Rasa sakit langsung menyebar ke seluruh tubuhnya, terutama di bagian yang sudah terluka akibat luka bakar.

"Ahhh!" Zidan mengerang kesakitan. Ia terjatuh hingga akhirnya berhenti di dasar tebing yang agak landai. Napasnya tersengal-sengal, dan tubuhnya terasa sangat lemah. Di sekelilingnya hanya ada pepohonan tinggi dan semak-semak lebat, seolah-olah menutupinya dari dunia luar.

Butuh beberapa menit bagi Zidan untuk bisa mengumpulkan tenaga dan membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, dan beberapa bagian tubuhnya terasa sangat nyeri. Saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya, ia merasakan luka-luka barunya yang semakin memperparah kondisinya.

Zidan mencoba bangkit, namun rasa sakit membuatnya terhuyung-huyung. Ia menoleh ke arah tebing yang baru saja ia jatuh dari sana. Tebing itu terlalu tinggi untuk didaki kembali, dan ia tahu bahwa jalan satu-satunya adalah mencari cara lain untuk keluar dari situasi ini.

Ia duduk sejenak, mencoba menenangkan dirinya dan memikirkan langkah berikutnya. "Kakek... di mana kau?" gumam Zidan dengan suara lemah. Harapannya sekarang adalah agar Kakek Suma menyadari bahwa ia hilang dan segera mencarinya.

Hutan semakin sunyi, sepertinya Kakek Suma tak menyadari jika Zidan terjatuh, Zidan yang menahan rasa sakit mencoba untuk bertahan, suaranya hampir habis, ia ingin sekali memanggil Kakek Suma, tapi sayangnya ia tak sanggup lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status