Matahari terlihat menggumpal bulat di arah barat, hangatnya masih terasa meski terhalang beberapa pohon. Damian berdiri di tepian danau, merenungkan kabar yang sudah sampai di telinganya mengenai Alice.Orang-orang membicarakannya tanpa henti, satu persatu masa lalu Alice diulik sampai semua orang tahu bahwa dia adalah anak kelingkuhan Damian.Meski kini Tesa berada dalam tahanan, hal itu sama sekali tidak akan memperbaiki apapun.Akan menjadi sulit untuk Alice masuk ke dalam kelas sosial, sebuah celaan akan dia terima setiap saat, dan orang-orang akan selalu mencari celah untuk menghinanya dan mengolok-oloknya sebagai hiburan.Sifat alami manusia, mereka cenderung akan menilai orang lain dari apa yang terlihat dan terdengar tanpa mempedulikan kebenarannya.Damian sudah berusaha melindungi identitas Alice agar dia bisa melangkah pada kehidupan yang lebih cerah, dan alasan Damian meminta Alice tampil bersama Hayes hanya untuk membuat Alice terbiasa dengan keramaian dan bisa belajar dar
Ujung pensil yang meninggalkan tinta terlihat gemetar membentuk hurup disetiap baris, terkadang ada titik noda besar yang tertinggal, ada pula tulisan yang melewati banyak garis. Sudah hampir satu jam Alice belajar mengikuti tulisan yang dibuat Mery, perlahan dan pasti Alice sedikit lebih bisa mengikutinya.Wajah Alice terangkat melihat kea rah jendela. Diluar sudah gelap.Alice kembali melihat bukunya, ditemani suara musik yang tenang dia terus menulis lagi mengisi kaca buku yang hampir penuh.Karena semua orang sudah tahu Alice buta huruf, kini dia tidak lagi perlu bersembunyi-sembunyi untuk belajar.Kejadian hari ini tidak akan membuat Alice tumbang, bahkan meski dia terjatuh dan berdarah, Alice akan terus bangkit dan melangkah mengkuti alur yang telah Tuhan gariskan untuknya. Sebuah bayangan menghalangi buku Alice, sekali lagi Alice mengangkat wajahnya dan melihat keberadaan Hayes yang berdiri di sisinya tampak seperti sedang memperhatikan. Refleks Alice menurunkan earphonenya d
“Saya membutuhkan keringanan meski dia salah, kondisi mentalnya sangat kacau sejak dia masih muda, dia juga pernah berada di rumah sakit jiwa, sampai saat ini dia berada di bawah pengawasan dokter.""Kita lihat saja nanti hasilnya," jawab Aaron, polisi yang menangani kasus Giselle.Xavier tersenyum simpul. "Saya juga tidak membela tindakan isteri saya. Namun, saya percaya dengan isteri saya, dia melakukan ini semua pasti saat dia sedang berada dalam keadaan yang tidak begitu sadar. Saya harap Anda bisa melihat Giselle yang tidak pernah memiliki catatan buruk apapun selama ini, dan bahkan meski kini Giselle harus penjara, saya sangat berharap jika Gisella berada dipenjara khusus,” ucap Xavier terdengar memelas.Aaron terdiam mendengarkan ucapan Xavier, mereka memperhatikan gerak-gerik Gisella yang memang menunjukan tanda-tanda berbeda saat menjalani interogasi.“Apa saya boleh masuk? Saya dokter pribadinya, mungkin nyonya Giselle akan melakukan sesuatu jika kondisi pikirannya sedang ti
“Tuan Muda, Anda baik-baik saja?” tanya Mia memperhatikan kerisauan Hayes usai mendapatkan barang bukti dari Tesa.Hayes melepaskan satu kancing teratas kemejanya, hari ini terlalu banyak hal yang terjadi dan membuat terus menerus kecewa. “Apa kau melihatku seperti baik-baik saja?” tanya balik Hayes.“Saya harus meminta penangkapan pada nona Bella juga?”Langkah kaki Hayes memelan, pria itu mulai digelayuti kebimbangan. Apakah Hayes perlu melaporkan Bella? Tetapi dia sahabatnya, sulit bagi Hayes untuk melakukan tindakan tegas padanya.“Simpan barang bukti itu, kita membutuhkannya suatu saat nanti,” jawab Hayes tidak memberikan jawaban dari apa yang Mia tanyakan.“Saya mengerti,” jawab Mia seraya merongoh handponenya untuk menerima panggilan yang masuk.Langkah Hayes perlahan terhenti, tanpa sengaja dia berpapasan dengan Xavier yang tengah membawa Giselle untuk pulang. Xavier berhasil membawa Giselle keluar sementara waktu dengan alasan kondisi kesehatan mentalnya.Rahang Hayes mengetat
Bella bergerak gelisah melihat handponenya beberapa kali, kabar Tesa yang masih ditahan dan tidak dapat keluar dengan jaminan membuat Bella khawatir jika Tesa akan membuka mulut, memberitahu Hayes apa yang sebenarnya terjadi.Bella sudah cukup mengeluarkan mengeluarkan banyak uang untuk Giselle agar dia tidak ikut terseret jika dipenjara, tidak mungkin Bella mengeluarkan uang lagi untuk membantu Tesa.Beruntung saja tadi malam Ivana menghubungi Bella dan meminta bantuannya, mungkin ini akan menjadi jalan untuk Bella menyelamatkan diri.“Mau pergi kemana kau?” Tanya Stefany memperhatikan keterburu-buruan Bella yang lagi-lagi meninggalkan sarapannya.Gerak-gerik Bella kian mencurigakan dalam beberapa hari terakhir, Stefany takut putrinya melakukan tindakan yang tidak sepantasnya. Sudah cukup dulu Bella membuat masalah, Stefany tidak ingin Bella mengulanginy lagi.“Aku memiliki janji dengan temanku dan harus berangkat sekarang,” dusta Bella dengan sempurna.Bella harus ke rumah Hayes pag
“Kau membelanya? Apakah kemampuan menggodanya seperti pelacur sudah berhasil mempengaruhimu?”Alice berhenti menelan buburnya, matanya terpejam erat merasakan sakit yang begitu kuat masuk ke dalam hatinya.“Ibu!” Hayes berhenti bersuara begitu sadar dia sudah meninggikan suaranya.Pupil mata Ivana bergetar. “Kau berani berteriak padaku demi perempuan itu?”Hayes menggeleng tidak membenarkan. “Berhentilah berbicara sesuatu yang tidak perlu, aku tidak ingin Ibu minum obat lagi karena tidak bisa mengendalikan pikiran.”Bibir Ivana gemetar dengan tangan terkepal di atas meja. “Jika kau peduli padaku, lebih baik kau diam Hayes. Kau sudah tahu kan Damian tidak mencintaiku meski kami sudah menikah puluhan tahun, apakah sekarang kau juga akan membela anak wanita itu dan meninggalkan aku?” lirih Ivana bertanya.Kening Hayes mengerut samar, bertanya-tanya dari mana Ivana tahu? Apakah selama ini Ivana selalu memata-matainya dan Damian?“Berhenti mengungkitnya di tempat seperti ini,” jawab Hayes
”Alice,” sapa Safira dengan senyuman formalnya menyambut Alice yang baru datang untuk mengambil kostumnya.“Selamat pagi, Safira.” Alice balas menyapa.Senyuman formal Safira memudar dan perlahan hilang menyisakan kecanggungan, wanita itu menarik kursinya dan duduk. “Kemarilah dulu, ada yang perlu kita bicarakan.”Gerak-gerik Safira yang tidak biasa menyadarkan Alice jika telah terjadi sesuatu yang mungkin serius. Tanpa membuang waktu, Alice segera duduk berhadapan dengan Safira.“Kau ingin meminum sesuatu?” tanya Safira bergerak gelisah.Alice menggeleng, dia kian yakin jika akan terjadi sesuatu. “Tidak ada, jadi Anda ingin berbicara apa dengan saya?”Kedua tangan Safira saling bertautan di atas meja untuk menyalurkan kegelisahan, wanita itu sempat terdiam memikirkan kata-kata apa yang harus dia sampaikan kepada Alice.“Alice, aku sudah melihat wajahmu di koran dan beberapa flatporm. Apa benar kau menantu keluarga Borsman?” tanya Safira berhati-hati.Alice menelan salivanya dengan k
“Setelah ini, apakah kau akan pergi pulang?” tanya Theodor masih berdiri di tempat yang sama, berhadapan dengan Alice.Alice menghela napasanya dengan berat, gurat kesedihan samar terlihat di kilatan matanya meski bibirnya masih tersenyum. Alice sangat bingung harus melangkah kemana, jika semua orang sudah tahu siapa dirinya, orang-orang akan berpikir dua kali untuk menerimanya bekerja.“Aku akan pergi mencari pekerjaan baru, jika masih sulit mungkin aku akan pulang,” jawab Alice.Theodor bersedekap, kening pria itu menekuk menatap serius Alice. Theodor tidak begitu setuju dengan rencana Alice.Mental Alice sudah bermasalah sejak awal mereka bertemu, ditambah lagi kini dia terus menerus terkena masalah. Seperti sebuah bunga yang terkena hama, lalu diserang kemarau, dia membutuhkan air yang disegarkan.“Ini masih pagi, waktu masih panjang. Apakah ada suatu tempat yang ingin kau kunjungi?” tanya Theodor.Seketika wajah Alice mendongkak, pertanyaan sederhana Theodor mengingatkan dirinya
Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan
Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec
Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan
“Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri
Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s
“Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan
Gelombang ombak menari-nari dibawah langit sore yang cerah, permukaan laut terlihat indah dilukis bayangan cahaya matahari sore, sapuan angin membelai pipi, suara burung terdengar bernyanyi di udara dan bibir pantai.Bayangan lumba-lumba yang tengah berenang terlihat dibawah permukaan air, suaranya terdengar di antara gemuruh air, mereka berenang dengan cepat dan sesekali melompat, cipratan air menyentuh ujung permukaan yachts.Alice beranjak dari duduknya dan mendekat pagar untuk melihat mereka lebih dekat. Alice tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, pemandangan indah ini masih terasa seperti mimpi untuk Alice meski dia sudah tinggal di Emilia Island lebih dari setengah tahun lamanya.Pulau ini sangat indah seperti negeri dongeng, terkadang keindahannya seperti sesuatu yang mustahil benar-benar ada di dunia nyata.Emilia Island dimiliki seorang salah satu miliarder negeri ini sekaligus salah satu anggota kerajaan, orang itu bernama Julian Giedon, dulu pulau ini hutan belantara sel
“Pak Damian,” panggil Duma memasuki ruangan Damian dan mendapatinya tengah berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang harus dikerjakan besok akan diselesaikan hari ini juga.Damian tidak sabar ingin pergi ke Emilia Island dan berkumpul dengan keluarganya untuk merayakan kabar cucu kembarnya yang kini masih berada dalam kandungan Alice.Damian berencana untuk pergi meninggalkan kantor pusat selama dua hari dan menghabiskan waktunya bersama Alice juga Hayes.Damian tidak ingin kehilangan setiap moment perkembangan cucunya yang sangan dia nantikan.Usia Damian sudah menginjak enam puluh tahun, dan meski dia sudah menikah, namun Damian tidak pernah sekalipun mengalami fase dimana dia mendampingi seseorang yang mengandung hingga melahirkan dan merawatnya sampai tumbuh besar.Meski Damian menikahi Ivana dan menjadi ayah untuk Hayes, namun itu dilakukan sejak Hayes akan memasuki bangku taman kanak-kanak.Itupun, butuh proses yang sangat lama bagi Damian bisa menyayangi Hayes setelah dia tahu Ha
Seikat bunga mawar kuning berada dalam genggaman, Theodor berdiri dalam ketegangan menatap dua pintu besar di hadapannya yang terjaga oleh dua orang tentara.Kapan terakhir kali Theodor datang ke rumah Eniko? Sepertinya saat dia masih berada di bangku sekolah dasar. Saat itu Theodor menghadiri pesta ulang tahun Eniko yang ke lima, sejak malam pesta ulang tahun itu, Theodor tidak pernah lagi mau datang ke rumah Eniko karena sebuah alasan yang kuat. Theodor masih ingat ada sebuah kejadian memalukan yang dia alami ditengah pesta karena Eniko. Eniko mengajaknya pergi berdansa, karena Theodor mengantuk dan menolak keinginannya, Eniko menggigit pipinya sampai Theodor menangis hingga menjadi tontonan banyak orang.Bila ingat-ingat lagi, Theodor tidak memiliki kenangan baik setiap kali bersma Eniko. Eniko selalu saja menciptakan warna kacau dalam hidup Theodor.Sangat menyebalkannya lagi Theodor tidak bisa berbicara kasar ataupun melakukan sedikit kekerasaan karena Eniko seorang perempuan.