Satu persatu tamu undangan berdatangan sejak setengah jam yang lalu, mereka duduk dan berbicara dengan tenang sambil menunggu kedua mempelai menunjukan diri mereka. Hari ini adalah hari pernikahan dari anak sulung seorang pengusaha dengan gadis misterius yang belum pernah dipublikasikan identitasnya.Pernikahan dadakan yang hanya dipersiapkan selama tiga hari tidak mengundang banyak orang, hanya orang-orang terdekat saja yang diundang.Jam besar di dinding sudah menunjukan pukul sembilan.Tidak lama setelah itu, suara lonceng terdengar, seorang laki-laki keluar dengan langkah yang lebar dan tubuh yang tegak sempurna, para tamu undangan yang tengah duduk berdecak kagum tidak dapat menutupi keterpukauan mereka pada sosok mempelai pria yang mengenakan setelah berwarna putih.Sebuah pintu besar di belakang menyusul di buka, sosok mempelai wanita yang ditunggu akhirnya datang.Respon semua orang berubah dan berbeda, alih-alih terpukau, mereka mengerutkan kening karena tidak mengerti denga
Namaku Alice, itu adalah nama yang diberikan oleh seorang tukang kebun ketika harus merawatku sejak beberapa menit setelah di lahirkan.Aku adalah anak hasil dari korban pemerkosaan.Sejak dalam kandungan, ibuku beberapa kali berusaha menggugurkanku karena aku adalah aib yang paling dia benci di dunia ini. Aku tidak lebih dari bayangan dan buah kesengsaraan yang menghantui ibuku.Sejak aku dilahirkan, aku tumbuh seadanya dengan asuhan beberapa pelayan yang mau mengurusku, aku tidak diizinkan memanggil wanita yang telah melahirkanku ibu, aku tidak diizinkan untuk menunjukan diri di hadapannya. Setiap kali ibuku tidak sengaja melihatku yang berkeliaran, dia selalu merasa mual dan memanggil pelayan untuk menyeretku pergi ke sebuah gudang, di sana dia memukulku untuk meredakan amarahnya yang tidak bisa dia buang di masa lalu.Kebencian ibu yang tidak menganggapku dan tidak mau memanggil namaku membuat orang disekitar tidak menghargaiku dan meremehkanku, mereka memandangku tidak lebih d
“Alice, apa ada sesuatu yang ingin kau lakukan sebelum pulang ke rumah?” tanya Damian yang duduk di hadapan Alice.Wajah Alice sedikit terangkat, gadis itu menggeleng dengan canggung, tidak terbiasa dengan tatapan hangat penuh kelembutan dari seseorang. “Tidak ada, Tuan.”“Mulai sekarang, panggil aku ayah. Sekarang kau bagian dari keluargaku.”“Baik, Ayah,” ucap Alice terbata.Damian tersenyum sendu diselimuti rasa kasihan, dari sekian banyak tamu undangan, tidak ada yang benar-benar memperlakukan Alice dengan baik, terutama kedua orang tua Alice sendiri yang tidak peduli dengan putrinya.“Aku minta maaf, Ivana tidak datang karena tengah sakit, dia juga memiliki gangguan dengan penglihatannya, tolong jangan kecewa, kalian bisa berkenalan di rumah,” ucap Damian.“Tidak apa-apa Ayah, saya mengerti dengan keadaan nyonya Ivana.”“Mulai sekarang kau harus belajar memanggilnya ibu juga.”“Baik, Ayah.”“Nona, ibu Anda ingin berbicara,” ucap Inara yang berdiri di belakang Alice untuk memberit
Alice memasuki pintu yang mengarah ke tangga darurat, dengan gaun pengantin yang masih melekat padanya, gadis itu terduduk di lantai dan bersandar ke pintu untuk mengatur napas menenangkan diri.Tangan Alice yang gemetar dan berkeringat dingin beberapa kali mencoba meremas permukaan gaun.“Ya Tuhan,” bisik Alice dengan lirihan sakitnya terngiang ucapan Giselle beberapa saat yang lalu.Alice mengusap dadanya yang sesak dan sakit, beberapa kali dia memukulnya agar bisa tenang.Luka yang terlalu dalam di dalam hatinya tidak mampu membuat Alice menangis, Alice kesulitan mengekspresikan kesedihannya karena sudah terlalu sering memendamnya dalam diam.Pandangan Alice sedikit mengabur, kepalanya berdenyut sakit, dengan lemah gadis itu tetap berusaha mengatur napasnya agar bisa memiliki kekuatan untuk kembali bangkit.Perlu beberapa menit untuk Alice menghabiskan waktu agar bisa keluar.Tangan Alice terkepal kuat, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa hari ini mungkin saja penderitaan
Hayes membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk, berdiri di depan ranjangnya, pria itu berbalik melihat Alice yang kini sudah berdiri di belakang pintu kamar.Hayes langsung merasakan sesuatu yang menyesakan dada. Hayes harus mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya yang cerah, kini dia sudah menikah dengan gadis menyebalkan, gadis yang akan membuat harinya menjadi suram karena harus sering melihat wajahnya.Pernikahan ini akan berlangsung dua bulan, Hayes harus bersabar demi posisi penerus yang harus jatuh ke tangan dia.“Kau sudah tahu kan jika ayahku sudah membelimu dan sudah memberikan banyak uang untuk ibumu,” ucap Hayes seraya melepas kasar dasi dan jassnya, tatapannya yang tajam tidak berhenti memperhatikan penampilan norak Alice yang sangat mengganggu.Alice mengangguk pelan tanpa suara.“Gara-garamu, sekarang aku harus berbagi kamar dengan orang yang sangat aku benci, karena kini kau sudah dibeli, jadi bersikap penurutlah seperti peliharaan.”Samar Alice tersenyum menye
Mery memandu Alice untuk bertemu dengan Ivana, wanita paruh baya itu pergi menuju halaman belakang rumah yang terdapat sebuah taman bunga dengan berbagai jenis tumbuhan yang terawat di sana.Alice sempat dibuat terpukau, terpesona dengan keindahan taman keluarga Borsman.Mery sempat memberitahu Alice jika taman bunga itu adalah tempat Ivana menyendiri dan menenangkan diri, Ivana sangat suka aroma bunga-bunga. Semenjak Ivana kehilangan penglihatannya, dia mulai belajar memperkuat kemampuan indra penciumannya, karena hal itulah taman bunga di halaman belakang rumah keluarga Borsman sangat diperhatikan secara khusus.Langkah Mery terhenti di antara jalan setapak.“Silahkan,” ucap Mery mempersilahkan.“Anda tidak akan masuk?”Mery tersenyum samar menyadari kegugupan Alice saat ini. “Tidak, saya akan menunggu di sini, tapi jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa memanggil saya.”“Terima kasih,” jawab Alice melangkah ragu masuk ke dalam, sementara Mery berdiri menunggu di ujung jalan setap
“Kau menemui ibuku?” tanya Hayes.“Aku minta maaf,” jawab Alice mengakui kesalahannya.“Untuk apa kau lancang menemui ibuku? Kau ingin membanggakan diri karena ayah menikahkan aku dengan anak selingkuhannya?” tanya Hayes dengan tuduhan yang tidak berdasar.Alice tertunduk seketika, tuduhan dan kebencian di mata Hayes membuatnya takut. “Aku diperintahkan oleh tuan Damian untuk memperkenalkan diri pada nyonya Ivana, karena itulah aku datang ke sini,” jawab Alice menjelaskan.Hayes mendengus kesal. “Kau dan ayahku sama saja tidak tahu malunya.”“Sebaiknya jangan dulu menuduhku tanpa alasan,” jawab Alice sedikit membela diri.“Tanpa alasan? Memangnya butuh berapa alasan lagi untuk mengatakan jika kau perempuan tidak tahu malu? Jika kau masih memiliki harga diri setidaknya jaga sikapmu, ibuku membencimu, jangan pernah menunjukan diri di hadapannya lagi!”Alice tersentak kaget, tubuhnya menegang kaku tidak mampu bergerak, pupil mata Alice bergetar melihat kepergian Hayes yang sudah semakin
“Apa kau tidak memiliki waktu tadi pagi? Sebelum pernikahan berlangsung, ada banyak waktu dan kesempatan untukmu berkenalan dengan isteri Hayes,” ucap Theodor terdengar tajam.Bella bergerak kaku, ucapan sederhana Theodor membuatnya tertekan sampai harus memikirkan jawaban apa yang harus diberikan. “A-aku tidak bermaksud bersikap lancang, aku hanya lupa jika tadi pagi belum berkenalan.”“Kenapa kalian meributkan hal sepele? Akhir pekan nanti Hayes akan membawa isterinya ke pesta,” timpal Axel.“Kalian tidak perlu berkenalan dengan dia, kalian sudah tahu kan namanya Alice? Itu saja sudah cukup,” ucap Hayes terlihat semakin badmood karena semua orang membicarakan Alice. “Aku akan pulang,” pamit Hayes sebelum melangkah pergi.“Tolong antar aku ke apartement, hari ini aku tidak membawa mobil,” pinta Bella mengejar langkah Hayes.Hayes hanya menjawabnya dengan anggukan dan membiarkan Bella mengikutinya dari belakang.“Ada apa denganmu? Kenapa kau berbicara kasar padanya? Kau tahu sendiri