Hayes membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk, berdiri di depan ranjangnya, pria itu berbalik melihat Alice yang kini sudah berdiri di belakang pintu kamar.
Hayes langsung merasakan sesuatu yang menyesakan dada. Hayes harus mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya yang cerah, kini dia sudah menikah dengan gadis menyebalkan, gadis yang akan membuat harinya menjadi suram karena harus sering melihat wajahnya.Pernikahan ini akan berlangsung dua bulan, Hayes harus bersabar demi posisi penerus yang harus jatuh ke tangan dia.“Kau sudah tahu kan jika ayahku sudah membelimu dan sudah memberikan banyak uang untuk ibumu,” ucap Hayes seraya melepas kasar dasi dan jassnya, tatapannya yang tajam tidak berhenti memperhatikan penampilan norak Alice yang sangat mengganggu.Alice mengangguk pelan tanpa suara.“Gara-garamu, sekarang aku harus berbagi kamar dengan orang yang sangat aku benci, karena kini kau sudah dibeli, jadi bersikap penurutlah seperti peliharaan.”Samar Alice tersenyum menyembunyikan rasa sakit di dalam hatinya atas kata-kata Hayes.“Jangan pernah berharap karena sekarang kau berstatus isteriku dan kita tinggal satu kamar, kau bisa bersikap tidak tahu diri seperti ibumu. Kau akan tidur di sofa selama dua bulan ini, jangan menyentuh barang-barang pribadiku, jangan mengajakku berbicara jika bukan aku yang memulai,” peringat Hayes dengan rentetan perintahnya.Bola mata Alice bergerak melirik ke arah kursi panjang di depan jendela. Sofa itu terlihat empuk dan nyaman, tidak seperti lantai beralaskan karpet lusuh yang ada di ruang bawah tanah.“Aku mengerti,” jawab Alice tersenyum senang penuh rasa syukur karena Hayes tidak memerintahkannya tidur di lantai.Hayes mendengus kesal, dia sudah banyak berbicara kasar, ternyata Alice tidak terpancing dan masih belum menunjukan sisi buruknya seperti Giselle. ‘Kau lihat saja nanti, akan aku tunggu seberapa lama kau mampu menunjukan topeng kepura-puraanmu yang so polos itu’ batin Hayes.“Kemasi barang-barang murahanmu di lemari itu, jangan membuat berantakan,” titah Hayes seraya menunjuk sebuah lemari kecil yang menyatu dengan cermin.“Aku mengerti.”“Apapun yang terjadi, jangan pernah menunjukan jika memiliki masalah di hadapan orang lain, terutama ayahku,” perintah Hayes lagi.“Aku mengerti,” jawab Alice dengan kata-kata yang sama untuk yang ketiga kalinya.“Saat ada di luar, aku tidak ingin siapapun tahu kau isteriku.”“Aku mengerti.” Sekali lagi Alice menyetujui segala syarat yang telah diminta Hayes tanpa tawar menawar.Hayes melempar dasi dan jassnya ke ranjang, lalu pergi ke tertidur untuk menenangkan diri dari kenyataan menyebalkan yang sulit untuk diterima.Hayes masih tidak menyangka harus terjebak pernikahan dengan anak dari selingkuhan ayahnya. Damian tidak hanya berhasil menyakiti hati Hayes, dia juga berhasil menoreh luka lebih dalam di hati ibunya yang kini tengah sakit.Hayes tidak akan pernah membiarkan kegilaan ini berlangsung lebih lama lagi, dia bersumpah akan membalas segala hal buruk yang terjadi pada ibunya setalah menduduki posisi pewaris.Melihat Hayes yang sudah mulai tertidur, Alice melangkah ke sofa dan duduk di lantai, gadis itu memilih merapikan pakaiannya yang hanya sekoper kecil, pakaian lusuh bekas beberapa pelayan yang mau berbaik memberikannya.Apapun yang terjadi, Alice tidak akan mengeluh, bertahan menjadi isteri Hayes selama dua bulan sangatlah singkat, dia sudah melewati banyak tantangan lebih dari dua puluh tahun lamanya, ini bukan apa-apa.***Waktu berjalan dengan cepat, Alice hanya duduk di depan jendela memandangi langit yang cerah. Sangat jarang dia memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sederhana, termasuk memandangi langit dengan leluasa.Tangan kurus Alice meremas permukaan sweater, ada sesak yang dirasakan hatinya mengingat di usianya yang ke dua puluh tahun, dia baru memiliki kesempatan untuk berada di tempat lain untuk yang pertama kalinya.Saking tidak tahu apa-apa tentang kehidupan, kini Alice tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan. Jangankan melakukan sesuatu, berinteraksi dengan seseorang saja, Alice selalu merasa berdebar karena takut dimarahi dan dipukul.Alice menopang dagunya, gadis itu menghela napasnya dengan berat, pikirannya berkelana, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai apa yang dilakukan orang-orang dalam menjalani hari-hari mereka.Apakah bisa jika dia bekerja dan mendapatkan uang karena jika keluar rumah ini, Alice butuh uang.Tapi siapa yang mau mempekerjakan orang yang buta hurup dan tidak bisa melakukan apapun?Apakah Alice bisa meminta tolong kepada Damian untuk diajari membaca? Bagaimana reaksi Damian dan orang-orang disekitar jika mereka tahu Alice buta hurup? Apakah mereka akan semakin mencelanya?Bibir Alice menekan sedih, tanpa sadar dia mengusap lengannya yang terluka karena puntung rokok.Beruntung saja Athur memberinya obat, Alice bisa mengobati lukanya sendiri secara diam-diam ketika sedang berada di kamar mandi.Suara pergerakan Hayes yang sudah kembali bangun terdengar, pria itu beranjak dari ranjang dan melangkah pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan keberadaan Alice yang berada satu ruangan dengannya.Alice bersyukur, Hayes memilih untuk mendiamkannya dan hanya mencelanya, setidaknya pria itu tidak memukulinya seperti Giselle dan Xavier, ayah tirinya.Suara ketukan di pintu terdengar.Alice beranjak dan membukanya. Seorang pelayan wanita paruh baya berkacamata berdiri di hadapannya dan membungkuk memberi hormat. “Perkenalkan, nama saya Mery, salah satu pelayan di rumah ini. Saya datang ke sini untuk mneyampaikan pesan dari tuan Damian, beliau meminta saya mengantar Anda untuk menyapa nyonya.Alice menelan salivanya dengan kesulitan. “Apakah sekarang?”“Benar, tuan Damian berpesan seperti itu, beliau akan menyusul dan sekarang tengah menerima panggilan terlebih dahulu,” jelas Mery.“Baiklah.”“Ikut saya,” pinta Mery sebelum berbalik.Dengan patuh pada Alice pergi mengkikuti langkah Mery yang memandunya sambil memberitahu beberapa ruangan yang dilewati.To Be Continued...Mery memandu Alice untuk bertemu dengan Ivana, wanita paruh baya itu pergi menuju halaman belakang rumah yang terdapat sebuah taman bunga dengan berbagai jenis tumbuhan yang terawat di sana.Alice sempat dibuat terpukau, terpesona dengan keindahan taman keluarga Borsman.Mery sempat memberitahu Alice jika taman bunga itu adalah tempat Ivana menyendiri dan menenangkan diri, Ivana sangat suka aroma bunga-bunga. Semenjak Ivana kehilangan penglihatannya, dia mulai belajar memperkuat kemampuan indra penciumannya, karena hal itulah taman bunga di halaman belakang rumah keluarga Borsman sangat diperhatikan secara khusus.Langkah Mery terhenti di antara jalan setapak.“Silahkan,” ucap Mery mempersilahkan.“Anda tidak akan masuk?”Mery tersenyum samar menyadari kegugupan Alice saat ini. “Tidak, saya akan menunggu di sini, tapi jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa memanggil saya.”“Terima kasih,” jawab Alice melangkah ragu masuk ke dalam, sementara Mery berdiri menunggu di ujung jalan setap
“Kau menemui ibuku?” tanya Hayes.“Aku minta maaf,” jawab Alice mengakui kesalahannya.“Untuk apa kau lancang menemui ibuku? Kau ingin membanggakan diri karena ayah menikahkan aku dengan anak selingkuhannya?” tanya Hayes dengan tuduhan yang tidak berdasar.Alice tertunduk seketika, tuduhan dan kebencian di mata Hayes membuatnya takut. “Aku diperintahkan oleh tuan Damian untuk memperkenalkan diri pada nyonya Ivana, karena itulah aku datang ke sini,” jawab Alice menjelaskan.Hayes mendengus kesal. “Kau dan ayahku sama saja tidak tahu malunya.”“Sebaiknya jangan dulu menuduhku tanpa alasan,” jawab Alice sedikit membela diri.“Tanpa alasan? Memangnya butuh berapa alasan lagi untuk mengatakan jika kau perempuan tidak tahu malu? Jika kau masih memiliki harga diri setidaknya jaga sikapmu, ibuku membencimu, jangan pernah menunjukan diri di hadapannya lagi!”Alice tersentak kaget, tubuhnya menegang kaku tidak mampu bergerak, pupil mata Alice bergetar melihat kepergian Hayes yang sudah semakin
“Apa kau tidak memiliki waktu tadi pagi? Sebelum pernikahan berlangsung, ada banyak waktu dan kesempatan untukmu berkenalan dengan isteri Hayes,” ucap Theodor terdengar tajam.Bella bergerak kaku, ucapan sederhana Theodor membuatnya tertekan sampai harus memikirkan jawaban apa yang harus diberikan. “A-aku tidak bermaksud bersikap lancang, aku hanya lupa jika tadi pagi belum berkenalan.”“Kenapa kalian meributkan hal sepele? Akhir pekan nanti Hayes akan membawa isterinya ke pesta,” timpal Axel.“Kalian tidak perlu berkenalan dengan dia, kalian sudah tahu kan namanya Alice? Itu saja sudah cukup,” ucap Hayes terlihat semakin badmood karena semua orang membicarakan Alice. “Aku akan pulang,” pamit Hayes sebelum melangkah pergi.“Tolong antar aku ke apartement, hari ini aku tidak membawa mobil,” pinta Bella mengejar langkah Hayes.Hayes hanya menjawabnya dengan anggukan dan membiarkan Bella mengikutinya dari belakang.“Ada apa denganmu? Kenapa kau berbicara kasar padanya? Kau tahu sendiri
Di sepanjang perjalanan pulang, perkataan Theodor terus terngiang di kepala Hayes, Hayes marah dan tersinggung, Hayes sangat kesal karena Theodor sudah berbicara begitu enteng tentang pernikahannya.Hayes datang untuk bersenang-senang dan bertemu dengan teman lamanya yang sudah cukup lama tidak dijumpai, tapi justru Theodor membuatnya kesal dan merusak kembali suasana hatinya.Tidak banyak orang yang tahu bahwa selama ini Hayes telah menjalani kehidupan yang menyebalkan.Di mata orang lain, Hayes mungkin terlihat sempurna karena memiliki karier yang cemerlang, orang tua yang sukses dan mencintainya. Di depan umum keluarga Borman adalah keluarga yang kompak dan rukun.Orang-orang tidak pernah tahu jika sebenarnya, sepanjang pernikahan kedua orang tuanya, Damian selalu menghabiskan waktunya untuk mencari cinta pertamanya, Giselle.Kesibukan Damian yang mencari Giselle terkadang membuat Hayes dan Ivana terabaikan. Tidak peduli meski Ivana memohon kepada Damian agar tetap tinggal, Damian
Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, Alice masih belum tertidur, gadis itu terlihat duduk di lantai sedang menonton televisi bersama Mery dan dua pelayan lainnya yang tengah menikmati waktu istirahat mereka.Alice senang, kehadirannya di sambut dengan baik.Mulai hari ini, Alice sudah memutuskan untuk melangkah sedikit lebih maju, belajar untuk menjadi lebih berani, belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, memandang mata lawan bicaranya, dan mempelajari apa yang mereka lakukan.Semua yang ingin dilakukan Alice mungkin terdengar sangat biasa dan mendasar untuk seseorang.Pada kenyataannya Alice tidak lebih seperti hewan yang terbiasa di hutan yang hanya terbiasa untuk bertahan hidup saja. Bahkan, mungkin orang-orang tidak akan percaya bahwa sebenarnya Alice tidak bisa melakukan apapun selain bekerja kasar seperti mencuci dengan tangan, memotong rumput dan mengangkat benda-benda yang berat.Hari ini, Alice baru merasakan sensasi kesenangan di tengah keramaian orang-orang yan
Pagi-pagi sekali, jauh sebelum matahari terbit, Alice sudah bangun dan menggunakan kamar mandi.Alice sudah duduk di lantai sisi jendela kamar, dia tidak sabar melihat pemandangan matahari terbit yang terlihat di antara pepohonan.Pemandangan kediaman keluarga Borsman sangat sempurna, mereka tidak hanya memiliki rumah mewah yang besar, namun juga penataan taman hingga lapangan golf pribadi dibuat dengan baik.Hayes bergerak gelisah dalam tidurnya, perlahan pria itu membuka matanya, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Alice yang tengah duduk di depan jendela dalam keadaan rambut panjangnya yang basah.Hayes tidak dapat menyembunyikan senyuman masamnya melihat penampilan Alice yang tetap lusuh seperti pengemis di musim dingin. Gadis itu terbalut pakaian tebal tertutup, dan wajahnya tidak mengenakan apapun.Perlahan Hayes duduk dan bersandar di kepala ranjang, kepalanya masih pusing dan perutnya masih mual padahal semalam dia sudah banyak muntah.Hayes tidak begitu suka mabuk, nam
Damian berdiri di ambang pintu, memperhatikan Hayes yang menghabiskan waktu paginya untuk berenang.Kejadian semalam mungkin bukan masalah besar, namun Damian tidak ingin apa yang terjadi semalam kembali terulang, Damian harus berbicara dengan putranya.Damian memutuskan mendekat dan berdiri di tepian, menunggu Hayes selesai berolahraga dan naik ke permukaan. Damian menyerahkan sebuah handuk kepada Hayes begitu putranya nik kepermukaan.Mungkin selama ini Damian dan Hayes sering bersitegang dan berdebat, namun mereka berdua tidak benar-benar menunjukan ada masalah apapun secara terang-terangan.Dalam beberapa hal, Damian menerima kegagalan dirinya sebagai seorang ayah untuk Hayes, disisi lain Damian harus menjaga sesuatu yang penting untuknya agar semua orang tidak terluka.Pada saatnya nanti sudah tiba, Damian berharap jika Hayes menerima kebenaran yang sesungguhnya.“Apa kau sudah baikan?” tanya Damian terdengar berbasa-basi.“Aku baik-baik saja.”“Kau akan melakukan pertandingan g
Flashback..Malam itu, di jam Sembilan malam, seperti biasanya Alice keluar dari ruang bawah tanah tempatnya tinggalnya.Samar suara musik terdengar bersama keramaian orang-orang yang memenuhi kediaman utama Giselle, malam itu sedang digelar pesta ulang tahun Athur yang ke dua belas.Pesta digelar dengan meriah, dipersiapkan dengan sangat teliti empat hari sebelum dimulai, semua teman Athur datang dan mengikuti pesta.Empat pelayan di kediaman Giselle sibuk bekerja membawa makanan baru, sebagiannya lagi membawa perabotan kotor dari dalam ruangan pesta. Alice yang baru datang langsung disambut oleh segunung perabotan kotor yang harus dicuci olenya. Alice harus bekerja terlebih dahulu baru akan diberi makan, jika pekerjaannya malam ini tidak selesai, mungkin Alice harus menahan laparnya atau diam-diam mencuri makanan selagi orang-orang tertidur.Di sela-sela pekerjaannya yang menumpuk, sesekali wajah Alice terangkat, melihat kediaman rumah Giselle yang kain ramai. Hal seperti ini selal