Share

BAB 6: Penolakan Ibu Mertua

Mery memandu Alice untuk bertemu dengan Ivana, wanita paruh baya itu pergi menuju halaman belakang rumah yang terdapat sebuah taman bunga dengan berbagai jenis tumbuhan yang terawat di sana.

Alice sempat dibuat terpukau, terpesona dengan keindahan taman keluarga Borsman.

Mery sempat memberitahu Alice jika taman bunga itu adalah tempat Ivana menyendiri dan menenangkan diri, Ivana sangat suka aroma bunga-bunga. Semenjak Ivana kehilangan penglihatannya, dia mulai belajar memperkuat kemampuan indra penciumannya, karena hal itulah taman bunga di halaman belakang rumah keluarga Borsman sangat diperhatikan secara khusus.

Langkah Mery terhenti di antara jalan setapak.

“Silahkan,” ucap Mery mempersilahkan.

“Anda tidak akan masuk?”

Mery tersenyum samar menyadari kegugupan Alice saat ini. “Tidak, saya akan menunggu di sini, tapi jika Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa memanggil saya.”

“Terima kasih,” jawab Alice melangkah ragu masuk ke dalam, sementara Mery berdiri menunggu di ujung jalan setapak.

Pandangan Alice mengedar, mencari-cari keberadaan Ivana. Alice tidak tahu apapun tentang Ivana, satu-satunya yang dia tahu adalah, Giselle sangat membencinya.

Ketika pertama kali Damian datang ke rumah dan ingin bertemu dengan Alice, meminta izin menikahkan Hayes dan Alice, Giselle berteriak menangis menyebut-nyebut nama Ivana dengan penuh kebencian dan mengutuknya dengan sumpah serapah.

Entah apa yang telah terjadi di masa lalu di antara mereka bertiga, Alice yakin jika telah terjadi sesuatu yang serius.

Langkah pelan Alice perlahan terhenti begitu melihat sosok seorang wanita yang duduk di bangku kayu dengan seekor kucing dipangkuannya.

Ivana, wanita paruh baya itu terlihat cantik, berpenampilan anggun meski memiliki rambut yang sebagiannya sudah hampir memutih, pakaiannya sederhana karena keterbatasannya yang tidak bisa melihat akibat dari glukoma.

Ivana terlihat sedang bermain dengan kucing hitam kesayangannya.

Telapak tangan Alice berkeringat dingin, gadis itu gugup sekaligus takut, dia tahu apa yang harus dikatakan untuk memberi salam kepada Ivana.

Menyadari ada seseorang yang datang dan memperhatikannya, Ivana segera melepaskan kucingnya agar pergi dari pangkuannya.

“Siapa itu?” tanya Ivana.

Dengan gugup Alice membungkuk memberi hormat, lalu kembali berdiri dengan kedua tangan yang meremas sisi rok yang kenakannya karena berkeringat dingin.

“Selamat siang Nyonya Ivana,” sapa Alice terbata.

Kening Ivana mengerut samar begitu tahu orang yang menyapanya adalah seorang peremuan. “Selamat siang,” jawab Ivana.

“Perkenalkan, nama saya Alice,” ucap Alice.

Pupil mata Ivana melebar tidak dapat menutupi keterkejutannya, wajahnya berubah pucat, begitu pula dengan senyuman ramah yang sempat terlukis di bibir menghilang dengan cepat. Ivana mencengkram kuat sisi kursi.

“Oh.. kau yang menjadi isteri putraku?” tanya Ivana mendengus dengan senyuman terhinanya.

“Itu benar,” jawab Alice ragu.

“Untuk apa kau muncul di hadapanku? Kau ingin menertawakan aku yang kini tersiksa dan melaporkannya kepada ibumu?” Ivana menggeram marah dan kecurigaan yang berlebihan.

“Saya datang atas perintah tuan Damian untuk memperkenalkan diri, saya tidak memiliki tujuan apapun.”

Ivana tertawa sumbang. “Ah.. sekarang kau sudah mulai dekat dengan suamiku ternyata,” gumam Ivana seraya berdiri dengan bantuan tongkatnya, “apa kau dan suamiku berencana mengusirku dan Hayes, sekarang?”

Alice mundur satu langkah, dia tidak mengerti sama sekali mengapa Ivana menuduhnya dengan alasan yang tidak dimengerti.

“Saya tidak mengerti ucapan Anda,” jawab Alice terbata.

“Jika kau tidak mengerti, maka pergilah jauh-jauh dari hadapanku! Kau ingin menyakitiku sebelum aku mati?” teriak Ivana marah.

“Sa-saya minta maaf, saya tidak memiliki tujuan apapun.”

“Omong kosong! Pergi!” teriak Ivana mengusir.

Wajah Alice memucat, teriakan Ivana yang keras membuat tubuhnya refleks mundur satu langkah. “Sa-saya permisi, Nyonya,” ucap Alice terburu-buru membungkuk memberi hormat, lalu berlari pergi sebelum diteriaki Ivana lagi.

Alice takut orang-orang akan menyalahkan dirinya dan berpikir jika dia telah menyakiti Ivana.

“Sialan kau Damian! Apa deritaku selama ini masih tidak cukup bagimu?” jerit Ivana menangis, tongkat di tangannya mengayun ke segala arah dan membuat benda-benda yang terjangkau di sekitarnya berjatuhan ke lantai.

Mery yang sejak tadi menunggu, langsung berlari menuju Ivana untuk menahan kemarahannya lebih jauh.

Sekilas Alice melihat ke belakang, gadis itu hanya bisa menatap sedih menghadapi kenyataan ada berapa banyak orang yang marah dan membenci keberadaannya.

Suara teriakan Ivana yang menangis meraung-raung berhasil membuat Damian datang lebih cepat. Damian langsung memeluk Ivana agar isterinya itu bisa mengendalikan amarahnya.

“Apa yang kau lakukan hah? Kau ingin menyiksaku dengan mendatangkan anak wanita itu?” teriak Ivana menangis kian keras seraya memukul-mukul dada Damian.

“Tenangkan dirimu lebih dulu dan berhenti berpikiran buruk,” nasihat Damian.

“Kau jahat Damian! Dasar brengsek!”

“Tenangkan dirimu Ivana!” Damian hampir berteriak menahan tangan Ivana agar berhenti memukul dadanya.

“Bawa pergi dia! Aku tidak ingin mendengar suaranya! Aku sudah tersiksa sejak lama, apa itu tidak cukup bagimu?” teriak Ivana semakin histeris seraya memukul-mukul kepalanya sendiri.

Alice yang mendengar permintaan Ivana berjalan semakin menjauh, gadis itu itu melangkah kebingungan tidak memahami apa yang telah terjadi hingga membuat Ivana histeris berlebihan seperti ini.

Langkah Alice terhenti, dia berpapasan dengan Hayes yang hendak melihat keadaan ibunya.

Sorot tajam penuh kebencian tergambar jelas di mata Hayes. Hayes langsung bisa menebak apa yang telah membuat ibunya menjadi histeris seperti sekarang.

“Kau menemui ibuku?” tanya Hayes.

To Be Continued...

Komen (19)
goodnovel comment avatar
Usti Anna
bgus bnget ceritanya
goodnovel comment avatar
Isti Ana
keren banget ceritanya
goodnovel comment avatar
Irawati Danubrata
ceritanya menarik,bgm keelanjutannya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status