Suasana ruangan Departemen Finance memdadak mencekam. Kedatangan Naren dengan raut muka marahnya menjadi penyebab utama.Beberapa pegawai berbisik-bisik saat melihat Naren menghampiri meja Rhea.Naren menatap Rhea tanpa mengalihkan pandangannya, ia masih menunggu jawaban Rhea atas one month notice yang diajukannya.Baru Rhea berniat membuka mulut untuk menjawab, ponsel Naren berbunyi dan membuat lelaki itu bergegas mengangkatnya."Aku ada meeting. Kuharap kamu udah siap dengan jawabanmu pas nanti kita ketemu," ucap Naren sebelum berlalu.Rhea menghela napas berat. Danar yang ada di sampingnya menatap Rhea dengan tatapan iba."Itu one month notice yang waktu itu kan? Bener kan kamu mau resign? Waktu itu kutanya nggak ngaku," cecar Danar."Hmm. Aku belum sempet cerita aja.""Kamu mau resign?""Iya, udah kupikirin mateng-mateng kok.""Jangan-jangan kamu di-hijack perusahaan lain ya?""Nggak.""Atau mau jadi ibu bos aja?"Rhea mendelik kesal kepada Danar. "Aku mau buka bisnis sama temenku
"Lima hari lagi ya? Cepet banget, Mas," ujar Rhea yang kini menatap langit-langit ruangan kerja Naren.Dua hari sebelumnya, keluarga Naren—yang tentunya hanya dihadiri kakek dan papanya, mengajak keluarga Rhea untuk makan siang bersama.Semula keluarga Naren berniat berkunjung ke Batam, tapi berhubung kondisi kesehatan kakeknya yang sedang turun, orang tua Rhea menawarkan diri untuk datang ke Jakarta. Bukan hal yang berat bagi mereka, kondisi keduanya dalam keadaan fit, ditambah lagi Ranu yang kegirangan karena jalan-jalan dengan menggunakan pesawat.Dalam makan siang dua keluarga inti itu, mereka sepakat untuk mengadakan acara lamaran seminggu kemudian.Rhea sempat terbengong beberapa saat ketika usulan itu tercetus. Tujuh hari, bagaimana caranya menyiapkan acara pertunangan dalam tujuh hari?Naren tidak berhenti mengulum senyum. Ia pikir, acara pertunangannya paling cepat akan diadakan dua bulan kemudian. Ternyata semua di luar ekspektasinya."Ya nggak apa-apa, kamu kan udah resign,
"Jadi ini coffee shop yang mau kamu buka?"Rhea sedang merapikan catatan keuangan Amigos saat tiba-tiba mendengar suara yang tidak asing lagi menyapanya. Seorang lelaki paruh baya dengan mengenakan setelan jas tampak memmasuki coffee shop-nya yang belum buka itu sambil mengedarkan pandangan."Om?" Rhea membeku di tempat. Meskipun ini bukan pertemuan pertama mereka, tapi tetap saja rasanya masih canggung jika hanya berdua saja dengan lelaki di depannya itu.Setelah berhasil tersadar dari keterpanaannya, Rhea bangkit, mendekat ke arah lelaki itu dan mengajaknya untuk menuju salah satu meja yang berada di pojok. "Maaf, Om, masih berantakan," ucapnya sambil melemparkan senyum. Bisa ia lihat kemiripan garis wajah antara Naren dengan papanya, apalagi jika sedang tersenyum, rasanya ia seperti melihat Naren saat tua nanti. "Om, mau minum apa? Biar aku bikinin.""Kamu bisa bikin kopi?""Meskipun aku bukan barista, tapi kalau cuma bikin kopi, aku bisa kok, Om. Kecuali Om minta latte art yang ga
"Cantik banget sih!" seru Leny dan Amee yang kini berada di kamar Rhea, menemani wanita yang sedang gelisah menunggu dipanggil keluar untuk menemui calon tunangan dan keluarganya."Belom dateng ya emangnya?" tanya Rhea."Nggak sabar amat, Sis," ledek Amee.Rhea mengerucutkan bibir. Bukannya dia tidak sabar, dia hanya gugup, dan ingin acaranya segera berlangsung sehingga berakhirlah kegugupannya."Mereka nggak dari rumah Kak Naren yang depan kan? Berangkat dari rumah keluarganya kan?" tanya Leny. Pasalnya tidak mungkin keluarga Naren terlambat, kalau mereka tinggal menyeberang jalan."Lagian belum waktunya, masih lima belas menit lagi," ucap Amee menenangkan.Mereka tengah mengambil beberapa foto saat tiba-tiba pintu kamar Rhea terbuka dan mamanya melongokkan kepala untuk memanggil Rhea."Yuk, Naren sama keluarganya udah dateng."Mamanya menuntun Rhea sementara Leny dan Amee menyelinap menuju tempat duduk para tamu.Tidak terlalu banyak yang hadir saat itu. Hanya keluarga Naren, yang t
"Siapa sangka, bisa ngelihat Direktur Candra Group, mantan ketua OSIS, siswa teladan kesayangan guru, sekarang lagi ngelap meja coffee shop," ledek Leny.Rhea, Amee, dan Brian menatap Naren sambil terkikik geli."Sialan! Kalo nggak inget tunangan gue jungkir balik ngurus opening coffee shop ini, ogah gue capek-capek ikutan beres-beres."Jumat malam itu, sepulang kerja, Naren datang ke Amigos untuk membantu persiapan opening yang akan diadakan esok harinya. Saat ia datang, Rhea, Leny, dan Amee tengah berdiskusi di salah satu meja, didampingi Brian yang tentunya menjadi mentor mereka, mengingat ia yang telah lama berkecimpung di dunia bisnis kuliner. Karena tidak tahu harus mengerjakan apa, sementara pegawai yang dipekerjakan mereka tengah sibuk di dapur, Naren memilih mengambil lap dan membantu membersihkan meja.“Udah sini, Mas. Itu biar nanti dikerjain Diki sama Nuning.” Lama-lama Rhea tidak tega juga melihat Naren membersihkan meja dan kursi.Naren menuruti permintaan Rhea. Ia menye
Kejadian itu membuat Rhea membeku di tempat.Di hadapannya, Naren dipeluk wanita lain, dan … Naren membalas pelukan itu.'Mantannya? Atau saudara?' Hati Rhea terasa bergemuruh.Tidak biasanya Naren bersikap seperti ini. Selama ini Rhea sudah bertemu dengan banyak mantan Naren dan tidak ada satu pun yang diperlakukan Naren seperti itu. Umumnya bahkan Naren tidak ingat siapa nama mantannya.Tidak hanya Rhea yang menatap kejadian itu dengan bingung. Beberapa pasang mata juga ikut menatap Naren kemudian beralih menatap Rhea.Amee yang sedang ada di balik mesin kopi akhirnya membanting portafilter (bagian dari mesin kopi yang berfungsi jadi wadah bubuk kopi yang akan diekstraksi) untuk menyadarkan Naren tentang kelakuannya.Naren yang kaget langsung mengedarkan pandangan. Jantungnya mencelos saat melihat Rhea tengah memandangnya dengan tatapan tajam. Seketika Naren melepas pelukannya. "Kamu mau ke toilet?""Iya, tadinya. Cuma mau beresin rambut aja sih. Tapi karena ketemu Kak Naren, nggak
"Sayang, aku boleh nganterin Zanna pulang?" tanya Naren pada Rhea yang sedang istirahat makan siang bersama Amee di salah satu meja.Rhea menatap Naren kemudian melirik Zanna yang kelihatannya sedang bersiap-siap."Makan siang dulu. Aku udah beliin loh tadi, buat Zanna juga. Mending makan bareng dulu.""Iya deh," jawab Naren.Rhea beranjak untuk mengambil box makanan yang ia simpan di kabinet dapur, sementara Naren menghampiri Zanna untuk menjelaskan."Tapi aku nggak makan fast food, Kak," rengek Zanna."Sorry, aku nggak tau kalo kamu nggak makan fast food," balas Rhea ramah. "Mau pesen yang lain?"Zanna menggeleng lemah."Ya udah, aku makan punyaku dulu. Kamu tunggu dulu ya." Naren menarik Rhea untuk duduk di sampingnya selagi ia mulai membuka kotak makanan."Lama dong, Kak. Aku mesti minum obatku, dan aku lupa bawa, jadi mesti cepetan pulang," ucap Zanna kemudian sambil mengerucutkan bibir."Lima menit, paling lama sepuluh menit. Mas makannya cepet kok." Rhea menatap Zanna seakan be
-Whatsapp group Diet Mulai Besok-Amee: Ngumpul yuk!Leny: Sabtu? Amigos?Rheajingga: Jahat kalianRheajingga: Gue setiap hari udah di Amigos, harus ya kita ngumpul di situ juga?Amee: Daripada kita buang-buang uang di cafe orang, mending dibuang ke cafe kita sendiriRheajingga: Ok, fine, gue siap-siap ngelamar kerja jadi akuntan atau auditor lagiLeny: Duileh, sensi amat Buk, lagi PMS ya?Leny: Ya udah kita window shopping aja yuk ah, sekalian nyari lipstik, lipstik gue abis. Amigos biar dijaga Yoga aja.Amee: Kasihan Yoga, apa gue temenin dia aja?Rheajingga: Jangan di chat ini doang lo berani gitu @Amee pas ada orangnya kicep.***Sudah sebulan coffee shop yang dikelola Rhea buka dan dengan kesepakatan bersama serta tambahan masukan dari Brian, mereke mempekerjakan seorang lagi, Yoga, sebagai barista sekaligus wakil manager coffee shop.Karena keberadaan Yoga, di hari sabtu siang itu Rhea bisa jalan-jalan bersama Amee dan Leny."Nggak ngedate sama Kak Naren?" tanya Amee.Rhea mengg