"Jadi ini coffee shop yang mau kamu buka?"Rhea sedang merapikan catatan keuangan Amigos saat tiba-tiba mendengar suara yang tidak asing lagi menyapanya. Seorang lelaki paruh baya dengan mengenakan setelan jas tampak memmasuki coffee shop-nya yang belum buka itu sambil mengedarkan pandangan."Om?" Rhea membeku di tempat. Meskipun ini bukan pertemuan pertama mereka, tapi tetap saja rasanya masih canggung jika hanya berdua saja dengan lelaki di depannya itu.Setelah berhasil tersadar dari keterpanaannya, Rhea bangkit, mendekat ke arah lelaki itu dan mengajaknya untuk menuju salah satu meja yang berada di pojok. "Maaf, Om, masih berantakan," ucapnya sambil melemparkan senyum. Bisa ia lihat kemiripan garis wajah antara Naren dengan papanya, apalagi jika sedang tersenyum, rasanya ia seperti melihat Naren saat tua nanti. "Om, mau minum apa? Biar aku bikinin.""Kamu bisa bikin kopi?""Meskipun aku bukan barista, tapi kalau cuma bikin kopi, aku bisa kok, Om. Kecuali Om minta latte art yang ga
"Cantik banget sih!" seru Leny dan Amee yang kini berada di kamar Rhea, menemani wanita yang sedang gelisah menunggu dipanggil keluar untuk menemui calon tunangan dan keluarganya."Belom dateng ya emangnya?" tanya Rhea."Nggak sabar amat, Sis," ledek Amee.Rhea mengerucutkan bibir. Bukannya dia tidak sabar, dia hanya gugup, dan ingin acaranya segera berlangsung sehingga berakhirlah kegugupannya."Mereka nggak dari rumah Kak Naren yang depan kan? Berangkat dari rumah keluarganya kan?" tanya Leny. Pasalnya tidak mungkin keluarga Naren terlambat, kalau mereka tinggal menyeberang jalan."Lagian belum waktunya, masih lima belas menit lagi," ucap Amee menenangkan.Mereka tengah mengambil beberapa foto saat tiba-tiba pintu kamar Rhea terbuka dan mamanya melongokkan kepala untuk memanggil Rhea."Yuk, Naren sama keluarganya udah dateng."Mamanya menuntun Rhea sementara Leny dan Amee menyelinap menuju tempat duduk para tamu.Tidak terlalu banyak yang hadir saat itu. Hanya keluarga Naren, yang t
"Siapa sangka, bisa ngelihat Direktur Candra Group, mantan ketua OSIS, siswa teladan kesayangan guru, sekarang lagi ngelap meja coffee shop," ledek Leny.Rhea, Amee, dan Brian menatap Naren sambil terkikik geli."Sialan! Kalo nggak inget tunangan gue jungkir balik ngurus opening coffee shop ini, ogah gue capek-capek ikutan beres-beres."Jumat malam itu, sepulang kerja, Naren datang ke Amigos untuk membantu persiapan opening yang akan diadakan esok harinya. Saat ia datang, Rhea, Leny, dan Amee tengah berdiskusi di salah satu meja, didampingi Brian yang tentunya menjadi mentor mereka, mengingat ia yang telah lama berkecimpung di dunia bisnis kuliner. Karena tidak tahu harus mengerjakan apa, sementara pegawai yang dipekerjakan mereka tengah sibuk di dapur, Naren memilih mengambil lap dan membantu membersihkan meja.“Udah sini, Mas. Itu biar nanti dikerjain Diki sama Nuning.” Lama-lama Rhea tidak tega juga melihat Naren membersihkan meja dan kursi.Naren menuruti permintaan Rhea. Ia menye
Kejadian itu membuat Rhea membeku di tempat.Di hadapannya, Naren dipeluk wanita lain, dan … Naren membalas pelukan itu.'Mantannya? Atau saudara?' Hati Rhea terasa bergemuruh.Tidak biasanya Naren bersikap seperti ini. Selama ini Rhea sudah bertemu dengan banyak mantan Naren dan tidak ada satu pun yang diperlakukan Naren seperti itu. Umumnya bahkan Naren tidak ingat siapa nama mantannya.Tidak hanya Rhea yang menatap kejadian itu dengan bingung. Beberapa pasang mata juga ikut menatap Naren kemudian beralih menatap Rhea.Amee yang sedang ada di balik mesin kopi akhirnya membanting portafilter (bagian dari mesin kopi yang berfungsi jadi wadah bubuk kopi yang akan diekstraksi) untuk menyadarkan Naren tentang kelakuannya.Naren yang kaget langsung mengedarkan pandangan. Jantungnya mencelos saat melihat Rhea tengah memandangnya dengan tatapan tajam. Seketika Naren melepas pelukannya. "Kamu mau ke toilet?""Iya, tadinya. Cuma mau beresin rambut aja sih. Tapi karena ketemu Kak Naren, nggak
"Sayang, aku boleh nganterin Zanna pulang?" tanya Naren pada Rhea yang sedang istirahat makan siang bersama Amee di salah satu meja.Rhea menatap Naren kemudian melirik Zanna yang kelihatannya sedang bersiap-siap."Makan siang dulu. Aku udah beliin loh tadi, buat Zanna juga. Mending makan bareng dulu.""Iya deh," jawab Naren.Rhea beranjak untuk mengambil box makanan yang ia simpan di kabinet dapur, sementara Naren menghampiri Zanna untuk menjelaskan."Tapi aku nggak makan fast food, Kak," rengek Zanna."Sorry, aku nggak tau kalo kamu nggak makan fast food," balas Rhea ramah. "Mau pesen yang lain?"Zanna menggeleng lemah."Ya udah, aku makan punyaku dulu. Kamu tunggu dulu ya." Naren menarik Rhea untuk duduk di sampingnya selagi ia mulai membuka kotak makanan."Lama dong, Kak. Aku mesti minum obatku, dan aku lupa bawa, jadi mesti cepetan pulang," ucap Zanna kemudian sambil mengerucutkan bibir."Lima menit, paling lama sepuluh menit. Mas makannya cepet kok." Rhea menatap Zanna seakan be
-Whatsapp group Diet Mulai Besok-Amee: Ngumpul yuk!Leny: Sabtu? Amigos?Rheajingga: Jahat kalianRheajingga: Gue setiap hari udah di Amigos, harus ya kita ngumpul di situ juga?Amee: Daripada kita buang-buang uang di cafe orang, mending dibuang ke cafe kita sendiriRheajingga: Ok, fine, gue siap-siap ngelamar kerja jadi akuntan atau auditor lagiLeny: Duileh, sensi amat Buk, lagi PMS ya?Leny: Ya udah kita window shopping aja yuk ah, sekalian nyari lipstik, lipstik gue abis. Amigos biar dijaga Yoga aja.Amee: Kasihan Yoga, apa gue temenin dia aja?Rheajingga: Jangan di chat ini doang lo berani gitu @Amee pas ada orangnya kicep.***Sudah sebulan coffee shop yang dikelola Rhea buka dan dengan kesepakatan bersama serta tambahan masukan dari Brian, mereke mempekerjakan seorang lagi, Yoga, sebagai barista sekaligus wakil manager coffee shop.Karena keberadaan Yoga, di hari sabtu siang itu Rhea bisa jalan-jalan bersama Amee dan Leny."Nggak ngedate sama Kak Naren?" tanya Amee.Rhea mengg
"Mbak, ada yang nyari Mbak di depan," ujar Nuning yang baru saja melongokkan kepala ke sela pintu ruang kerja Rhea."Siapa?" Seingat Rhea ia tidak memiliki janji dengan seseorang."Bapak-bapak, pake jas rapi."Dari jauh, Rhea melihat calon mertuanya duduk sambil membaca (entah apa) di tab-nya."Om?"Adityo mendongak dan mendapati Rhea yang mendekat ke arahnya. "Om nggak ganggu kamu kan?""Nggak kok, Om. Harusnya aku yang nanya, kok Om punya waktu buat ke sini?""Om mulai ketagihan buat kabur-kabur dari kerjaan nih, mungkin udah saatnya Om pensiun.""Belum lah, Om. Masih muda gini. Mungkin butuh liburan aja, Om. Oh iya, mau minum apa, Om? Kopi susu lagi?""Om pengen kopi kekinian dong, suruh pegawaimu aja yang bikinin. Om pengen ngomong sesuatu sama kamu."Rhea memanggil Nuning dan memintanya membuat 2dua ice coffee latte palm sugar untuk menemani mereka berbincang. Setelahnya, baru Rhea bergabung dengan Adityo yang kali ini lagi-lagi memilih duduk di pojok."Rame, Rhe?""Lumayan, Om.
Zanna mendengkus pelan saat melihat Naren datang bersama Rhea. Padahal ia sedang menahan sakit di kakinya, tapi tetap saja keberadaan Rhea membuatnya lebih terusik dibanding rasa sakitnya."Mana yang sakit, Na? Gimana kata dokter?" tanya Naren yang kini berdiri di samping ranjangnya.Karena masih menunggu hasil pemeriksaan, Zanna masih berada di ruang UGD bergabung dengan pasien-pasien lain yang juga sedang menunggu pemeriksaan dokter."Nggak tau, Kak. Masih nunggu hasil tes. Kakiku sakit, kayak kram, kaku, tapi ... nggak ngerti deh, pokoknya sakit banget kalo digerakin.""Udah nelepon mamamu?"Zanna menggeleng.Naren menarik satu kursi plastik yang ada di dekat ranjang dan memaksa Rhea untuk mendudukinya, sementara ia bertahan berdiri dengan kedua tangannya bertumpu pada pundak Rhea.Zanna yang tak tahan melihatnya memilih memejamkan mata. Lagipula rasa sakit di kakinya benar-benar tak tertahankan lagi.Sekitar setengah jam kemudian, barulah seorang dokter menghampiri mereka dan menj