Chapter: Part 6“Ibu melamun?” Perkataan Indri membuyarkan lamunan Karenia.“Ah tidak, hanya sedikit memikirkan pekerjaan saja,” ucap spontan Karenia.“Tidak usah dipikirkan dulu Bu! Yang penting sekarang memikirkan kesembuhan Abiandra dulu. Masalah pekerjaan ‘kan ada Pak Salim yang tentu telah meng-handle semuanya.”“Aku akan diangkat CEO dua minggu lagi. Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Begitu Abiandra selesai dioperasi aku akan balik Jakarta.” “Tapi, Bu-““Urusan perawatan Abiandra biar ditangani sekolah. Toh itu sudah menjadi tanggung jawab sekolah ‘kan?”“Iya, Bu,” ucap Indri pelan. Dia seakan belum bisa memahami jalan pikiran Karenia. Seperti tidak ada rasa sayang sama sekali terhadap Abiandra.“Aku mau balik ke sekolah.”Indri tidak bisa melarang kepergian Karenia dari rumah sakit.Begitu pula Bagus. Ia tidak berniat untuk mencegah kepergian Karenia.Karenia telah masuk mobil dan hendak pergi saat tiba-tiba nada panggilan hape-nya bunyi. Karenia malas mengangkat panggilan itu setelah dil
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Part 5“ Mama!” teriak Abiandra tatkala melihat Karenia datang. Bola matanya berbinar senang.Namun, Karenia hanya tersenyum tipis. Ia mendekati Abiandra dan menjewer telinganya.“Aduh! Sakit Ma! Lepasin!”pinta Abiandra.“Bisa nggak sih normal dikit? Hari-hari hanya bikin onar terus. Mama tuh capek Abi!”“Maaf, Ma. Abi nggak sengaja kok jatuhnya.”Karenia tidak melepaskan telinga Abiandra hingga Indri berusaha membujuk Karenia untuk melepaskannya.“ Abi jatuh tidak sengaja Bu. Abi hanya ingin mengembalikan sarang burung yang jatuh dari pohonnya,” ucap Indri.Karenia justru semakin menarik kencang telinga Abiandra.“Sejak kapan kamu peduli dengan hewan? Kamu anggap itu bagus? Buat apa mengembalikan sarang burung jika akhirnya kamu justru jatuh dan patah tulang?”“Aduh! Sakit Ma! Pak Bagas tolongin Abi dong?” pinta Abi memelas.“Maaf Bu Karenia, tolong lepaskan telinga Abiandra!” Bagus berusaha meminta dengan lembut.Namun Karenia seakan tidak mau melepaskan. Lalu Bagus hendak memegang tangan
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Part 4Setengah jam berlalu. Principal masuk ruang kerjanya dan mendapati Karenia tertidur pulas di atas sofa. Ia meminta Indri mengambilkan selimut dan guling untuk Karenia. Tak berapa lama, Indri datang membawa selimut dan guling untuk Karenia.“Selimuti dia, kasihan masih capek kelihatannya!” perintah principal.Indri pun menyelimuti tubuh Karenia dan meletakkan guling di sampingnya.Begitu selimut hinggap di tubuh Karenia secara tidak sadar, ia meraih guling yang berada dekat di tangannya.Principal tersenyum melihatnya.“Apakah Mas mau menunggunya hingga bangun sendiri atau saya bangunkan setelah satu jam?”“Biarkan saja dia bangun sendiri. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Oh iya? Bagaimana dengan Abiandra? Apakah sudah didaftarkan untuk perawatan medis di rumah sakit?”“Sudah Mas. Tinggal berangkat saja kata dokter Himawan. Beliau juga telah merawat Abiandra untuk sementara waktu agar Abiandra tidak banyak bergerak.”“Makasih ya? Kalo begitu Kamu ikut menunggui Bu Kar
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Part 3Hanya sepuluh menit Karenia sudah sampai di tempat transit. Bagus menunjukkan kamar untuk Karenia yang terpisah dari kamar driver.Teman Bagus mengantar driver menuju kamar yang telah disiapkan. Ada pemisahan antara tamu laki-laki dan perempuan. Tempat transit itu terdiri dari empat bangunan. Dua bangunan untuk tamu laki-laki dan dua untuk tamu perempuan. Satu bangunan memiliki sepuluh kamar.Karenia merasa takjub dengan desain interior dalam kamar. Di dinding banyak ditemukan ornamen ukir kayu jati dan lampu-lampu klasik. Fasilitas kamar yang ditempatinya tak kalah dengan hotel bintang tiga.Benar apa yang dikatakan asisten pribadi opanya. Ruang transit yang ada di kawasan sekolah sangat nyaman. Padahal tadi sekilas ia merasa terkecoh dengan tampilan luarnya.Setelah membersihkan diri dan ganti pakaian, Karenia segera menghubungi Bagus melalui telepon yang tersedia di dalam kamar. Tak berapa lama pintu kamar diketuk dari luar.Karenia membuka pintu dan dilihatnya Bagus telah berdiri
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Part 2Karenia membuka pintu. Sesaat dilihatnya dua orang laki-laki berbaju safari menganggukkan kepada kepadanya.“Maaf, Non Nia. Kami diperintahkan untuk mengantar ke Jogja hari ini. Apakah bisa berangkat sekarang?” kata salah satu laki-laki itu dengan sopan.“ Ok, Aku dah siap. Tolong bawakan tas dan koper warna hitam itu!” ucap Karenia sambil berjalan menuju mobil SUV warna metalik yang telah terparkir di tepi jalan depan rumah.Saat hendak masuk mobil, Karenia menoleh ke driver yang bertanya kepadanya.“Non? Adakah tas yang perlu dibawakan lagi?”“Hanya itu saja, Pak. Aku hanya sebentar di Jogja karena agendaku bulan ini sangat padat.”“Baiklah Non.” Driver duduk di depan kemudi.Karenia masuk ke mobil dan duduk di kursi tengah. Driver menunggu aba-aba jalan dari Karenia. Sesaat mereka saling menunggu. Lalu Karenia sadar dengan situasinya.“Jalan, Pak!”Berangkat dari Jakarta ke Jogja menggunakan mobil? Ini adalah pengalaman pertama Karenia. Biasanya ia akan naik pesawat untuk menghema
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Part 1“Jenguk Abiandra, sekarang! Atau Opa akan batalkan penunjukanmu sebagai CEO bulan depan!” titah opa dengan nada suara meninggi.“Fuck that shit!” Ingin rasanya Karenia meneriakkan kata itu persis di dekat telinga lelaki paruh baya itu.Dilemparnya hape ke atas springbed. Terduduk ia di pinggir ranjang dengan menangkupkan kedua telapak tangan ke wajahnya yang berminyak. Perlahan diusap wajah itu beberapa kali, juga dahi dan matanya yang sedikit kering dan perih.Ini kali ketiga dirinya harus membatalkan ngedate-nya dengan Brian, anak direktur perusahaan rekanan bisnis utamanya. Jika acara itu batal, hangus juga investasi puluhan juta di depan mata. Itulah konsekuensi yang harus diterimanya. Setelah sekian lama dan sekian usaha telah diupayakan dengan tim marketing, akhirnya gagal juga proyek kerjasama itu. Memang rejeki sudah ada yang ngatur, ia percaya itu. Namun, kalau berulang begini apa ia harus selalu kalah dengan keadaan terus?Hanya dalam hitungan menit setelah mendapatkan
Last Updated: 2024-03-15
Chapter: Tawaran Om Bram“ Aargh!”Om Bram tersenyum puas setelah menuntaskan hasratnya padaku. Dia luruh di sampingku. Aku beranjak duduk dan beringsut dari springbed. Kuambil pakaianku dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ada rasa sesal dan kecewa setelah melakukannya. Namun, aku hanya pasrah menjalaninya karena memang sudah menjadi kewajibanku melayani pelanggan setiaku.Ini kali kedua Om Bram open B0 denganku. Dia adalah pelanggan yang royal memberiku tips. Ketika aku hendak pamit kepada Om Bram, dia menarik tanganku.“Temani aku makan siang dulu! Nggak usah buru-buru! Nanti akan ku antar ke rumah Mami Amoy. Aku dah bayar lebih untuk waktumu hari ini. Aku ingin membelikanmu sesuatu yang selama ini kamu inginkan,” ucap Om Bram sambil membelai rambutku yang masih setengah basah.Dia mem-bo0king-ku long time. Hampir delapan hingga sembilan jam aku harus menemaninya. Aku tersenyum kepadanya. Lalu menganggukkan kepala tanda menyetujui ajakannya. Dalam pekerjaanku, menolak ajakan klien adalah pa
Last Updated: 2024-03-23
Chapter: Masa Lalu LoliBeruntung film dewasa itu berhenti ketika aku hampir mau muntah. Setelah itu, Loli memintaku mengenakan bajuku kembali. Loli meminta maaf kepadaku setelah keluar dari kamar training.Dia sengaja melakukan semua itu agar Mami Amoy masih percaya dengan kesetiaannya selama ini. Rupanya dia hanya berpura-pura menikmati adegan dalam film dewasa itu.Aku segera masuk kamar dan memeriksa adakah kamera CCTV terpasang di kamarku. Rupanya apa yang dikatakan Loli benar. Ada alat terpasang di pojok langit-langit kamarku. Itu adalah kamera CCTV yang selama ini tidak pernah kutahu. Mulai saat itu juga, aku selalu memakai baju atau kaos panjang meskipun di dalam kamar. Saat malam tiba pun aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal yang ada di dalam kamar tidurku. Sial bagiku. Saat tidur suara-suara dalam adegan film dewasa yang diputar tadi kembali terngiang-ngiang dalam pendengaran dan pikiranku. Aku berusaha mengusirnya dengan membaca istigfar dan membaca surat-surat pendek. Sayang, upay
Last Updated: 2024-03-23
Chapter: TrainingUsai sholat dhuhur aku membaca al Qur’ an. Baru dapat selembar, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka pintu kamar. Muncullah lelaki tegap yang mengantarkanku ke Om Bram.“Jangan baca Al Qur’an di tempat ini. Kalo Mami Amoy tahu, bisa dibakar. Bawa kemari al Qur’annya!” pintanya. Aku menyerahkan Al Qur’an kepadanya. Sebelum dia hendak pergi aku sengaja memanggilnya.“Mas! Bolehkah saya minta tolong?”“Minta tolong apa?”“Saya ingin beli ponsel baru. Merknya terserah yang penting seharga dua juta. Ini ada lima ratus buat ongkos belinya,” kataku sambil menyerahkan uang kepada lelaki itu.“Namaku Saiful. Kamu boleh minta tolong apa saja kepadaku, selain ingin kabur dari tempat ini,” ucapnya datar.“Baik Mas Saiful, terima kasih,” Aku menutup kamarku. ***Selama tiga hari bekerja di rumah Mami Amoy aku telah belajar banyak tentang situasi kerja yang sesungguhnya. Ternyata kamar tempatku tinggal adalah tempat melakukan transaksi jasa pelacuran. Ada dua belas perempuan yang bekerja seba
Last Updated: 2024-03-23
Chapter: Mami AmoyAku terpaksa mandi lagi. Untung Om Bram tidak melihatku saat mandi karena dia langsung masuk kamar tidur. Setelah mandi aku memakai baju transparan warna pink yang tidak berbau parfum dari Mami Amoy. Ah, aku baru sadar. Mungkinkah aku bekerja sebagai wanita panggilan seperti judul sinetron dalam televisi yang sering kulihat? Mengapa aku tidak menyadarinya dari kemarin? Uang lima belas juta itu benar-benar menumpulkan pikiran dan perasaanku. Berarti sebentar lagi aku harus melayani Om Bram selayaknya suami istri? Astagfirullah! Kenapa aku baru sadar setelah berada di kamarnya Om Bram?Jantungku terasa berdebar-debar tak beraturan. Om Bram keluar dan menarik tanganku ke dalam kamarnya. Kamar itu cukup luas dengan tempat tidur yang besar. Om Bram hanya mengenakan celana pendek.Dia langsung ingin menciumiku. Aku menolak karena belum pernah aku disentuh oleh laki-laki mana pun.“Jangan menolak, ato aku akan melakukannya dengan kasar!” ancam Om Bram. Mendengar ancamannya, kakiku terasa
Last Updated: 2024-03-23
Chapter: Kerja ke KotaSuara klakson mobil membangunkan tidurku. Kulihat rumah besar berlantai dua dengan pagar yang tinggi. Tak berapa lama kemudian, pintu gerbang rumah terbuka.Ada petugas satpam membukakan pintu. Kemudian pintu itu ditutup kembali. Rumah itu memiliki tempat parkir yang luas. Di dalam rumah ada empat mobil juga beberapa motor terparkir.Loli menyuruhku turun dari mobil duluan. Begitu aku turun, seseorang berbadan tegap dan berambut pendek mengambil koper serta tasku. Dia memintaku untuk mengikutinya. Rupanya aku dibawa ke lantai dua. Kulihat Loli masih ngobrol sama Mami Amoy di dalam mobil.Kuhitung ada enam kamar berhadap-hadapan. Ada empat kamar mandi. Kamarku berada di paling ujung.“Ini kamarmu. Kuncinya ada di dalam pintu,” kata lelaki tegap itu.Aku memasuki kamarku yang luasnya kira-kira 2 x 3 meter. Di dalamnya ada AC dan televisi. Badanku terasa lelah habis perjalanan.Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang sangat empuk. Tak berapa lama, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka
Last Updated: 2024-03-23
Chapter: Tawaran Loli“Gimana Ras, jadi tidak? Kok malah ngelamun gitu?” tanya Loli.“Eh, iya. Saya ingin kerja di tempatnya Mami Amoy,” pintaku.“Mau kerja apa? Pemandu Lagu, mau?” tanya Mami Amoy.“Maaf saya nggak bisa nyanyi, Mi.”Mami Amoy tertawa. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Apakah aku salah ngomong?“Pemandu Lagu itu tugasnya menemani tamu nyanyi, bukan Kamu yang nyanyi,” terang Loli.“Oh, gitu ya. Kalo juru masak kafe ada lowongan nggak Mi?” tanyaku.“Nggak ada. Adanya Pemandu Lagu atau … Kamu mau coba open B0?”“Kerja apa itu Mi?”“Kerjanya hanya nemani pelanggan saja.Gajinya lumayan. Untuk tiga bulan pertama tiga juta, setelahnya lima juta. Itu belum ditambah tips dari pelanggan yang royal.”“Ya, udah Mi. Aku mau kerja yang open B0 aja gapapa. Soalnya saya lagi banyak butuh uang untuk pengobatan Bapak dan biaya sekolah adikku.”Mami Amoy tersenyum. Lalu dia mengeluarkan selembar kertas bermaterai. Dia menyerahkan kertas itu padaku. Aku membacanya sekilas karena langsung disuruh menandatangani
Last Updated: 2024-03-23