Share

Tawaran Loli

Author: erie sawn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Gimana Ras, jadi tidak? Kok malah ngelamun gitu?” tanya Loli.

“Eh, iya. Saya ingin kerja di tempatnya Mami Amoy,” pintaku.

“Mau kerja apa? Pemandu Lagu, mau?” tanya Mami Amoy.

“Maaf saya nggak bisa nyanyi, Mi.”

Mami Amoy tertawa. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Apakah aku salah ngomong?

“Pemandu Lagu itu tugasnya menemani tamu nyanyi, bukan Kamu yang nyanyi,” terang Loli.

“Oh, gitu ya. Kalo juru masak kafe ada lowongan nggak Mi?” tanyaku.

“Nggak ada. Adanya Pemandu Lagu atau … Kamu mau coba open B0?”

“Kerja apa itu Mi?”

“Kerjanya hanya nemani pelanggan saja.Gajinya lumayan. Untuk tiga bulan pertama tiga juta, setelahnya lima juta. Itu belum ditambah tips dari pelanggan yang royal.”

“Ya, udah Mi. Aku mau kerja yang open B0 aja gapapa. Soalnya saya lagi banyak butuh uang untuk pengobatan Bapak dan biaya sekolah adikku.”

Mami Amoy tersenyum. Lalu dia mengeluarkan selembar kertas bermaterai. Dia menyerahkan kertas itu padaku. Aku membacanya sekilas karena langsung disuruh menandatangani surat itu.

”Udah tanda tangan cepet, nanti keburu malam,” pinta Mami Amoy.

Aku langsung menandatangani kontrak kerja itu tanpa tahu isinya lebih dalam. Bagas datang membawakan teh. 

“Silakan diminum dulu tehnya,” kataku menyilakan kepada Loli dan Mami Amoy.

“Sekarang berkemaslah, kita berangkat hari ini juga!” kata Mami Amoy. 

“Langsung hari ini, Mi?” Jantungku tiba-tiba berdebar-debar tak menentu. Ada sedikit rasa takut yang tiba-tiba menyergap dalam dada.

Aku bahkan belum memberitahukan kepada bapak tentang pekerjaanku ini. Namun, jika kuberitahu, aku takut bapak tidak akan mengizinkanku pergi jauh. 

Kuputuskan untuk memberitahukan ke Bagas saja. Kujelaskan aturan minum obat untuk Bapak kepada Bagas. Aku berpesan jika ada apa-apa bisa minta tolong Mas Hanif. Bagas pun mengerti dengan penjelasanku mengapa aku ingin segera bekerja lagi.

Beberapa saat kemudian aku sudah siap berangkat bersama Loli dan Mami Amoy. Sebelum berangkat, Mami Amoy mengeluarkan sebuah amplop cokelat tebal dan menyerahkannya padaku.

“Apa ini, Mi?” tanyaku.

“Itu uang lima belas juta, Kata Loli, Kamu lagi butuh uang untuk biaya berobat ayahmu. Loli udah cerita padaku. Makanya aku bawakan uang agar Kamu tidak kepikiran rumah.” kata Mami Amoy.

Aku seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ada rejeki lima belas juta tiba-tiba. Kuberikan uang itu kepada Bagas. Kuminta dia untuk mengembalikan pinjaman uang dari Mas Hanif. Sisanya dipegang Bagas. Aku sendiri hanya mengambil lima ratus ribu untuk pegangan.

Saat hendak berangkat terdengar suara adzan magrib. Aku minta izin kepada Mami Amoy untuk sholat magrib dulu. Dia mengizinkanku dengan wajah sewot karena mungkin sedikit memperlambat perjalanannya menuju ke kota. Sebelum berangkat kerja ke kota, aku berdoa kepada Allah agar selalu menguatkan imanku dan melancarkan segala urusanku.

Bakda Magrib tepat, aku meninggalkan rumah bapak. Tanpa terasa air mataku keluar deras memandangi Bagas yang melambaikan tangan padaku. Begitu pula Bagas. Dia pun menangis melepas kepergianku.

Mami Amoy mengemudikan mobil besar berwarna putih. Aku duduk di jok tengah. Sedangkan Loli dan Mami Amoy duduk di jok depan.

Rasa kantuk menyerang kedua mataku. Tiga hari tiga malam menjaga bapak membuatku kurang tidur. Aku pun ketiduran saat Loli dan Mami Amoy sedang membicarakan pekerjaan yang tidak kumengerti.

******

Related chapters

  • Mantanku Calon Mertuaku   Kerja ke Kota

    Suara klakson mobil membangunkan tidurku. Kulihat rumah besar berlantai dua dengan pagar yang tinggi. Tak berapa lama kemudian, pintu gerbang rumah terbuka.Ada petugas satpam membukakan pintu. Kemudian pintu itu ditutup kembali. Rumah itu memiliki tempat parkir yang luas. Di dalam rumah ada empat mobil juga beberapa motor terparkir.Loli menyuruhku turun dari mobil duluan. Begitu aku turun, seseorang berbadan tegap dan berambut pendek mengambil koper serta tasku. Dia memintaku untuk mengikutinya. Rupanya aku dibawa ke lantai dua. Kulihat Loli masih ngobrol sama Mami Amoy di dalam mobil.Kuhitung ada enam kamar berhadap-hadapan. Ada empat kamar mandi. Kamarku berada di paling ujung.“Ini kamarmu. Kuncinya ada di dalam pintu,” kata lelaki tegap itu.Aku memasuki kamarku yang luasnya kira-kira 2 x 3 meter. Di dalamnya ada AC dan televisi. Badanku terasa lelah habis perjalanan.Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang sangat empuk. Tak berapa lama, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka

  • Mantanku Calon Mertuaku   Mami Amoy

    Aku terpaksa mandi lagi. Untung Om Bram tidak melihatku saat mandi karena dia langsung masuk kamar tidur. Setelah mandi aku memakai baju transparan warna pink yang tidak berbau parfum dari Mami Amoy. Ah, aku baru sadar. Mungkinkah aku bekerja sebagai wanita panggilan seperti judul sinetron dalam televisi yang sering kulihat? Mengapa aku tidak menyadarinya dari kemarin? Uang lima belas juta itu benar-benar menumpulkan pikiran dan perasaanku. Berarti sebentar lagi aku harus melayani Om Bram selayaknya suami istri? Astagfirullah! Kenapa aku baru sadar setelah berada di kamarnya Om Bram?Jantungku terasa berdebar-debar tak beraturan. Om Bram keluar dan menarik tanganku ke dalam kamarnya. Kamar itu cukup luas dengan tempat tidur yang besar. Om Bram hanya mengenakan celana pendek.Dia langsung ingin menciumiku. Aku menolak karena belum pernah aku disentuh oleh laki-laki mana pun.“Jangan menolak, ato aku akan melakukannya dengan kasar!” ancam Om Bram. Mendengar ancamannya, kakiku terasa

  • Mantanku Calon Mertuaku   Training

    Usai sholat dhuhur aku membaca al Qur’ an. Baru dapat selembar, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka pintu kamar. Muncullah lelaki tegap yang mengantarkanku ke Om Bram.“Jangan baca Al Qur’an di tempat ini. Kalo Mami Amoy tahu, bisa dibakar. Bawa kemari al Qur’annya!” pintanya. Aku menyerahkan Al Qur’an kepadanya. Sebelum dia hendak pergi aku sengaja memanggilnya.“Mas! Bolehkah saya minta tolong?”“Minta tolong apa?”“Saya ingin beli ponsel baru. Merknya terserah yang penting seharga dua juta. Ini ada lima ratus buat ongkos belinya,” kataku sambil menyerahkan uang kepada lelaki itu.“Namaku Saiful. Kamu boleh minta tolong apa saja kepadaku, selain ingin kabur dari tempat ini,” ucapnya datar.“Baik Mas Saiful, terima kasih,” Aku menutup kamarku. ***Selama tiga hari bekerja di rumah Mami Amoy aku telah belajar banyak tentang situasi kerja yang sesungguhnya. Ternyata kamar tempatku tinggal adalah tempat melakukan transaksi jasa pelacuran. Ada dua belas perempuan yang bekerja seba

  • Mantanku Calon Mertuaku   Masa Lalu Loli

    Beruntung film dewasa itu berhenti ketika aku hampir mau muntah. Setelah itu, Loli memintaku mengenakan bajuku kembali. Loli meminta maaf kepadaku setelah keluar dari kamar training.Dia sengaja melakukan semua itu agar Mami Amoy masih percaya dengan kesetiaannya selama ini. Rupanya dia hanya berpura-pura menikmati adegan dalam film dewasa itu.Aku segera masuk kamar dan memeriksa adakah kamera CCTV terpasang di kamarku. Rupanya apa yang dikatakan Loli benar. Ada alat terpasang di pojok langit-langit kamarku. Itu adalah kamera CCTV yang selama ini tidak pernah kutahu. Mulai saat itu juga, aku selalu memakai baju atau kaos panjang meskipun di dalam kamar. Saat malam tiba pun aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal yang ada di dalam kamar tidurku. Sial bagiku. Saat tidur suara-suara dalam adegan film dewasa yang diputar tadi kembali terngiang-ngiang dalam pendengaran dan pikiranku. Aku berusaha mengusirnya dengan membaca istigfar dan membaca surat-surat pendek. Sayang, upay

  • Mantanku Calon Mertuaku   Tawaran Om Bram

    “ Aargh!”Om Bram tersenyum puas setelah menuntaskan hasratnya padaku. Dia luruh di sampingku. Aku beranjak duduk dan beringsut dari springbed. Kuambil pakaianku dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ada rasa sesal dan kecewa setelah melakukannya. Namun, aku hanya pasrah menjalaninya karena memang sudah menjadi kewajibanku melayani pelanggan setiaku.Ini kali kedua Om Bram open B0 denganku. Dia adalah pelanggan yang royal memberiku tips. Ketika aku hendak pamit kepada Om Bram, dia menarik tanganku.“Temani aku makan siang dulu! Nggak usah buru-buru! Nanti akan ku antar ke rumah Mami Amoy. Aku dah bayar lebih untuk waktumu hari ini. Aku ingin membelikanmu sesuatu yang selama ini kamu inginkan,” ucap Om Bram sambil membelai rambutku yang masih setengah basah.Dia mem-bo0king-ku long time. Hampir delapan hingga sembilan jam aku harus menemaninya. Aku tersenyum kepadanya. Lalu menganggukkan kepala tanda menyetujui ajakannya. Dalam pekerjaanku, menolak ajakan klien adalah pa

  • Mantanku Calon Mertuaku   Opname

    “Pa, kenalkan! Ini Laras calon istriku,” ucap Hafiz kepada papanya yang masih makan malam membelakangiku. Lelaki paruh baya yang dipanggil papa itu berdiri dan berbalik badan.Jantungku terasa mau copot. Bukankah itu Om Bram? Apakah aku tidak salah lihat? Dia juga terkejut menatapku lekat-lekat dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.“Ka … Kamu Laras?” ucapnya bergetar sambil memegangi dadanya sebelah kiri. Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum.Sesaat kemudian tubuhnya limbung. Hafiz cepat menangkap tubuh papanya sebelum terjatuh ke lantai.“Cepat telpon ambulan! Papaku terkena serangan jantung!”Aku tertegun.Tak menyangka calon mertuaku adalah mantan langgananku dulu.****Tiga bulan sebelumnya …“Laras! Kamu Laras ‘kan?” suara perempuan cantik itu membuatku mengernyitkan dahi.“Eh, siapa ya?” aku memandangi perempuan itu lekat-lekat.“Ini, aku. Loli. Teman SD-mu dulu.”Aku baru sadar dan ingat dengan tahi lalat yang ada di bawah bibir perempuan itu. Ya, itu Loli sahabatku sem

Latest chapter

  • Mantanku Calon Mertuaku   Tawaran Om Bram

    “ Aargh!”Om Bram tersenyum puas setelah menuntaskan hasratnya padaku. Dia luruh di sampingku. Aku beranjak duduk dan beringsut dari springbed. Kuambil pakaianku dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ada rasa sesal dan kecewa setelah melakukannya. Namun, aku hanya pasrah menjalaninya karena memang sudah menjadi kewajibanku melayani pelanggan setiaku.Ini kali kedua Om Bram open B0 denganku. Dia adalah pelanggan yang royal memberiku tips. Ketika aku hendak pamit kepada Om Bram, dia menarik tanganku.“Temani aku makan siang dulu! Nggak usah buru-buru! Nanti akan ku antar ke rumah Mami Amoy. Aku dah bayar lebih untuk waktumu hari ini. Aku ingin membelikanmu sesuatu yang selama ini kamu inginkan,” ucap Om Bram sambil membelai rambutku yang masih setengah basah.Dia mem-bo0king-ku long time. Hampir delapan hingga sembilan jam aku harus menemaninya. Aku tersenyum kepadanya. Lalu menganggukkan kepala tanda menyetujui ajakannya. Dalam pekerjaanku, menolak ajakan klien adalah pa

  • Mantanku Calon Mertuaku   Masa Lalu Loli

    Beruntung film dewasa itu berhenti ketika aku hampir mau muntah. Setelah itu, Loli memintaku mengenakan bajuku kembali. Loli meminta maaf kepadaku setelah keluar dari kamar training.Dia sengaja melakukan semua itu agar Mami Amoy masih percaya dengan kesetiaannya selama ini. Rupanya dia hanya berpura-pura menikmati adegan dalam film dewasa itu.Aku segera masuk kamar dan memeriksa adakah kamera CCTV terpasang di kamarku. Rupanya apa yang dikatakan Loli benar. Ada alat terpasang di pojok langit-langit kamarku. Itu adalah kamera CCTV yang selama ini tidak pernah kutahu. Mulai saat itu juga, aku selalu memakai baju atau kaos panjang meskipun di dalam kamar. Saat malam tiba pun aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal yang ada di dalam kamar tidurku. Sial bagiku. Saat tidur suara-suara dalam adegan film dewasa yang diputar tadi kembali terngiang-ngiang dalam pendengaran dan pikiranku. Aku berusaha mengusirnya dengan membaca istigfar dan membaca surat-surat pendek. Sayang, upay

  • Mantanku Calon Mertuaku   Training

    Usai sholat dhuhur aku membaca al Qur’ an. Baru dapat selembar, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka pintu kamar. Muncullah lelaki tegap yang mengantarkanku ke Om Bram.“Jangan baca Al Qur’an di tempat ini. Kalo Mami Amoy tahu, bisa dibakar. Bawa kemari al Qur’annya!” pintanya. Aku menyerahkan Al Qur’an kepadanya. Sebelum dia hendak pergi aku sengaja memanggilnya.“Mas! Bolehkah saya minta tolong?”“Minta tolong apa?”“Saya ingin beli ponsel baru. Merknya terserah yang penting seharga dua juta. Ini ada lima ratus buat ongkos belinya,” kataku sambil menyerahkan uang kepada lelaki itu.“Namaku Saiful. Kamu boleh minta tolong apa saja kepadaku, selain ingin kabur dari tempat ini,” ucapnya datar.“Baik Mas Saiful, terima kasih,” Aku menutup kamarku. ***Selama tiga hari bekerja di rumah Mami Amoy aku telah belajar banyak tentang situasi kerja yang sesungguhnya. Ternyata kamar tempatku tinggal adalah tempat melakukan transaksi jasa pelacuran. Ada dua belas perempuan yang bekerja seba

  • Mantanku Calon Mertuaku   Mami Amoy

    Aku terpaksa mandi lagi. Untung Om Bram tidak melihatku saat mandi karena dia langsung masuk kamar tidur. Setelah mandi aku memakai baju transparan warna pink yang tidak berbau parfum dari Mami Amoy. Ah, aku baru sadar. Mungkinkah aku bekerja sebagai wanita panggilan seperti judul sinetron dalam televisi yang sering kulihat? Mengapa aku tidak menyadarinya dari kemarin? Uang lima belas juta itu benar-benar menumpulkan pikiran dan perasaanku. Berarti sebentar lagi aku harus melayani Om Bram selayaknya suami istri? Astagfirullah! Kenapa aku baru sadar setelah berada di kamarnya Om Bram?Jantungku terasa berdebar-debar tak beraturan. Om Bram keluar dan menarik tanganku ke dalam kamarnya. Kamar itu cukup luas dengan tempat tidur yang besar. Om Bram hanya mengenakan celana pendek.Dia langsung ingin menciumiku. Aku menolak karena belum pernah aku disentuh oleh laki-laki mana pun.“Jangan menolak, ato aku akan melakukannya dengan kasar!” ancam Om Bram. Mendengar ancamannya, kakiku terasa

  • Mantanku Calon Mertuaku   Kerja ke Kota

    Suara klakson mobil membangunkan tidurku. Kulihat rumah besar berlantai dua dengan pagar yang tinggi. Tak berapa lama kemudian, pintu gerbang rumah terbuka.Ada petugas satpam membukakan pintu. Kemudian pintu itu ditutup kembali. Rumah itu memiliki tempat parkir yang luas. Di dalam rumah ada empat mobil juga beberapa motor terparkir.Loli menyuruhku turun dari mobil duluan. Begitu aku turun, seseorang berbadan tegap dan berambut pendek mengambil koper serta tasku. Dia memintaku untuk mengikutinya. Rupanya aku dibawa ke lantai dua. Kulihat Loli masih ngobrol sama Mami Amoy di dalam mobil.Kuhitung ada enam kamar berhadap-hadapan. Ada empat kamar mandi. Kamarku berada di paling ujung.“Ini kamarmu. Kuncinya ada di dalam pintu,” kata lelaki tegap itu.Aku memasuki kamarku yang luasnya kira-kira 2 x 3 meter. Di dalamnya ada AC dan televisi. Badanku terasa lelah habis perjalanan.Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang sangat empuk. Tak berapa lama, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka

  • Mantanku Calon Mertuaku   Tawaran Loli

    “Gimana Ras, jadi tidak? Kok malah ngelamun gitu?” tanya Loli.“Eh, iya. Saya ingin kerja di tempatnya Mami Amoy,” pintaku.“Mau kerja apa? Pemandu Lagu, mau?” tanya Mami Amoy.“Maaf saya nggak bisa nyanyi, Mi.”Mami Amoy tertawa. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Apakah aku salah ngomong?“Pemandu Lagu itu tugasnya menemani tamu nyanyi, bukan Kamu yang nyanyi,” terang Loli.“Oh, gitu ya. Kalo juru masak kafe ada lowongan nggak Mi?” tanyaku.“Nggak ada. Adanya Pemandu Lagu atau … Kamu mau coba open B0?”“Kerja apa itu Mi?”“Kerjanya hanya nemani pelanggan saja.Gajinya lumayan. Untuk tiga bulan pertama tiga juta, setelahnya lima juta. Itu belum ditambah tips dari pelanggan yang royal.”“Ya, udah Mi. Aku mau kerja yang open B0 aja gapapa. Soalnya saya lagi banyak butuh uang untuk pengobatan Bapak dan biaya sekolah adikku.”Mami Amoy tersenyum. Lalu dia mengeluarkan selembar kertas bermaterai. Dia menyerahkan kertas itu padaku. Aku membacanya sekilas karena langsung disuruh menandatangani

  • Mantanku Calon Mertuaku   Opname

    “Pa, kenalkan! Ini Laras calon istriku,” ucap Hafiz kepada papanya yang masih makan malam membelakangiku. Lelaki paruh baya yang dipanggil papa itu berdiri dan berbalik badan.Jantungku terasa mau copot. Bukankah itu Om Bram? Apakah aku tidak salah lihat? Dia juga terkejut menatapku lekat-lekat dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.“Ka … Kamu Laras?” ucapnya bergetar sambil memegangi dadanya sebelah kiri. Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum.Sesaat kemudian tubuhnya limbung. Hafiz cepat menangkap tubuh papanya sebelum terjatuh ke lantai.“Cepat telpon ambulan! Papaku terkena serangan jantung!”Aku tertegun.Tak menyangka calon mertuaku adalah mantan langgananku dulu.****Tiga bulan sebelumnya …“Laras! Kamu Laras ‘kan?” suara perempuan cantik itu membuatku mengernyitkan dahi.“Eh, siapa ya?” aku memandangi perempuan itu lekat-lekat.“Ini, aku. Loli. Teman SD-mu dulu.”Aku baru sadar dan ingat dengan tahi lalat yang ada di bawah bibir perempuan itu. Ya, itu Loli sahabatku sem

DMCA.com Protection Status