หน้าหลัก / Romansa / Cinta pada Pandangan Pertama / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Cinta pada Pandangan Pertama: บทที่ 11 - บทที่ 20

50

Bab 11

“Nggak usah.” Camelia menjawab dengan nada acuh tak acuh, “Dia nggak suka acara seperti itu.”Camelia berkata jujur. Holden terlihat sangat sulit dijangkau dan dingin. Dia memang tidak cocok dengan acara seperti itu.Tiffany pun tersenyum makin lebar. Ketika mendengar Camelia sudah menikah, tetapi hanya langsung mendaftarkan pernikahannya tanpa mengadakan resepsi, dia makin yakin bahwa suami Camelia itu bukanlah seseorang yang layak dipamerkan.“Sayang sekali.” Tiffany berkata dengan nada menyesal, lalu menggoda, “Waktu kakak iparmu dengar kamu sudah menikah, dia sangat ingin berkenalan dengan suamimu.”“Ibu pernah bilang pernikahan itu cuma peraturan Keluarga Winston.” Camelia menatap Agnes dan berkata dengan nada datar, “Bagimu, nggak penting siapa itu suamiku. Jadi, aku juga nggak ingin mengganggunya karena urusan keluarga.”Agnes mengernyit dan menyahut dengan dingin, “Kakakmu juga cuma perhatian padamu. Ya sudah kalau kamu nggak bersedia. Kelak, akan ada kesempatan untuk bertemu.”
อ่านเพิ่มเติม

Bab 12

Camelia membacakan isi daftar itu dengan santai.“Tanggal 8 November 2022, aku merawatmu yang demam tinggi. Harga pasaran biaya perawatan seperti itu 1,2 juta. Tanggal 23 November, aku antarkan dokumenmu yang mendesak dan bolak-balik tiga kali. Jaraknya 12 kilometer, totalnya 600 ribu. Dari tahun 2022 sampai 2024, aku siapkan makan siang buatan sendiri dan sup bergizi untukmu selama tiga tahun, totalnya 166 juta ....”Ekspresi Camelia terlihat tenang saat dia membacakan kata demi kata. Tiga tahun yang penuh keabsurdan itu terlintas dalam benaknya. Camelia menghabiskan waktu dan usahanya untuk pria yang tidak layak. Dia bahkan belajar cara memasak dan membuat sup untuk Levin, lalu mengantarkannya kepada Levin tiga kali sehari selama tiga tahun. Pada akhirnya, mereka malah menyelesaikan masalah ini di depan publik.Awalnya, Levin masih mendengarkan dengan tenang. Akan tetapi, ketika Camelia selesai membacakan tagihan itu satu per satu, alisnya berkerut dan wajahnya menjadi makin muram.
อ่านเพิ่มเติม

Bab 13

Levin menggertakkan giginya dan menatap Camelia lekat-lekat. Josie yang ada di sebelahnya sudah pucat pasi.Melihat ada makin banyak orang yang berkumpul di sekeliling mereka, Levin menjawab dengan kesal, “Rekening!”Camelia mengeluarkan ponselnya dengan tenang, lalu membiarkan Levin memindai kode QR-nya. Setelah uang itu masuk ke rekeningnya, dia pun tersenyum tipis dan berujar, “Makasih, mantanku.”‘Lumayan juga. Dalam tiga tahun ini, setidaknya aku bisa hasilkan 220 juta,’ gumam Camelia dalam hati.Setelah itu, Levin baru berjalan pergi dengan tampang suram. Ketika merasakan tatapan aneh orang-orang, Josie juga buru-buru mengikuti Levin meninggalkan tempat ini.Di restoran yang tenang dan bersih, tatapan Holden tertuju pada Camelia yang berdiri tidak jauh dari sana. Rekan bisnis yang berada di samping menatap Holden dengan bingung, lalu mengalihkan perhatiannya pada Camelia dengan penuh semangat.“Holden, itu pacarmu?”“Bukan.” Holden tersenyum, lalu menjawab dengan bahasa asing yan
อ่านเพิ่มเติม

Bab 14

Holden tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis. Dia tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pinggang Camelia, lalu mencondongkan tubuhnya dan berbicara dengan suara yang dingin nan malas.“Bella, aku nggak pernah mengejar siapa pun. Baik itu tertarik karena penampilan fisik atau jatuh cinta seiring berjalannya waktu, berikanlah aku sebuah kesempatan. Kita buat sandiwara ini jadi kenyataan, ya?”Bella merupakan nama panggilan Camelia. Saat kecil, keluarganya paling suka memanggilnya dengan panggilan itu. Dia tidak menyangka Holden akan memanggilnya dengan nama itu. Dari mana Holden mengetahui nama panggilannya itu?Hati Camelia agak bergetar. Dia menatap sepasang mata pria itu dan bibirnya yang merah mulai bergerak. Dia benar-benar tidak dapat mengucapkan kata-kata penolakan.Camelia menunduk, lalu akhirnya menjawab, “Oke.”...Di sisi lain.Setelah berjalan keluar dari restoran, Levin membawa Josie meninggalkan tempat ini dengan ekspresi suram.Ada banyak orang yang menonton keramaian di re
อ่านเพิ่มเติม

Bab 15

Camelia menunjukkan ekspresi tenang, tetapi auranya malah terasa mengintimidasi. Dia sama sekali tidak terlihat seperti mahasiswi yang baru lulus kuliah. Ketika teringat dia bermarga Winston, Steven mengernyit dan ada beberapa tebakan yang melintasi benaknya.Apa mungkin Camelia memiliki hubungan dengan Keluarga Winston? Namun, Tiffany tidak pernah mengungkit tentangnya.Oleh karena itu, semua keraguan Steven segera sirna. Dia tersenyum sinis dan berujar, “Grup Winston nggak memerlukan pecundang sepertimu.”Camelia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memungut dokumen itu dan langsung berbalik untuk pergi. Tidak lama kemudian, pemberitahuan pemecatan itu pun diumumkan.Setelah mengetahui hal ini, Naldo langsung tercengang. Orang lain mungkin tidak tahu jelas mengenai status Camelia, tetapi dia mengetahuinya dengan jelas. Camelia adalah putri Keluarga Winston. Apa Steven sudah gila?Naldo segera pergi mencari Steven dan berseru marah, “Kamu tahu Camelia itu siapa? Kamu berani memecatnya?
อ่านเพิ่มเติม

Bab 16

Malam ini, Maggie mengajak Camelia keluar untuk berbelanja. Dia membantu Camelia memilih gaun yang akan dikenakannya untuk menghadiri pesta Grup Wardana. Namun, mereka malah kebetulan bertemu dengan Levin dan Josie.Josie menatap Camelia dan tersenyum tipis, “Sepertinya, mentalmu lumayan bagus. Setelah dipecat perusahaan, kamu masih bisa keluar untuk berbelanja.”Begitu mendengar ucapan itu, Maggie langsung menunjukkan ekspresi seperti sudah melihat hantu. Apa? Putri kedua Keluarga Winston dipecat dari Grup Winston?Camelia memicingkan mata. Dia menatap Levin dan bertanya dengan nada tenang, “Ini ulahmu?”“Orang dengan status serendah kamu memang seharusnya tahu diri.” Levin melanjutkan dengan kesal, “Camelia, aku awalnya nggak ingin mempersulitmu. Kamu yang bersikeras mau menggangguku.”Sebagai sahabat Camelia, Maggie tentu saja mengetahui dengan jelas masalah di antara mereka. Dia pun menjulingkan mata dan berujar, “Otakmu bermasalah, ya? Dasar bebal! Kamu sendiri yang nggak berhenti
อ่านเพิ่มเติม

Bab 17

Suara Holden terdengar berat dan merdu. Jantung Camelia langsung berdebar.“Holden ....” Camelia mengedipkan matanya, lalu merangkul leher Holden dan berkata, “Seingatku, kamu sudah janji padaku. Kalau aku nggak bersedia, kamu akan melakukan semuanya secara perlahan.”Ketika berada di bangunan kecil waktu itu, suasana di antara mereka sangat bagus dan dia tidak rela untuk menolak. Apalagi, Holden juga menghiburnya dengan suaranya yang rendah dan mengatakan tidak akan memaksanya melakukan apa yang tidak ingin dilakukannya.Holden tertawa sejenak, lalu mengangkat dagu Camelia. Matanya terlihat dingin dan jernih, tetapi malah penuh godaan.“Kalau begitu, kamu nggak bersedia?”Napas Holden yang hangat menyapu telinga Camelia. Suaranya terdengar menggoda dan membuat tubuh Camelia gemetar. Hati Camelia terasa seperti sudah digelitik.Saat menyadari keanehan yang mulai menyelimuti dirinya, Camelia pun menggertakkan gigi dan diam-diam mengumpat dalam hati, ‘Apanya yang sulit didekati! Orang in
อ่านเพิ่มเติม

Bab 18

Camelia benar-benar tidak sanggup mendengar ocehan Maggie lagi dan buru-buru menyela, “Sudah, sudah. Aku mengerti. Dah!”Seusai berbicara, Camelia langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu respons dari Maggie. Ketika teringat Holden telah mendengar semua yang dikatakan Maggie tadi, Camelia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Holden. Holden juga tidak melanjutkan tindakannya lagi. Dia hanya menatap Camelia sambil tersenyum.Camelia merasa dirinya harus minum air untuk menenangkan diri. Dia pun mendorong Holden dan bangkit dari sofa, lalu merapikan pakaiannya yang berantakan. Dia mengambil gelas dari meja dan meminumnya untuk menyembunyikan kepanikannya.Melihat tampang Camelia yang seperti ini, Holden pun tersenyum makin lebar. Dia juga bangkit, lalu berjalan ke hadapan Camelia dan menunduk untuk menatap lurus matanya.“Kenapa wajahmu begitu merah?”Camelia merasa detak jantungnya sangat memekakkan telinga. Dia memalingkan wajah dengan panik, lalu melirik ke se
อ่านเพิ่มเติม

Bab 19

Holden memiliki bahu lebar, pinggang ramping, dan garis otot yang jelas. Meskipun terbalut setelan jas, bentuk tubuhnya yang bagus masih tetap terlihat jelas.Camelia tiba-tiba teringat ucapan Maggie sebelumnya.‘Baik itu tubuh maupun wajah, pria biasa nggak akan bisa menandingi kakak sepupuku itu ....’Sepertinya, ucapan Maggie itu sama sekali tidak berlebihan.“Lagi mikirin apa?” Holden menyajikan sarapan ke meja, lalu duduk di seberang Camelia.Camelia tersadar dari lamunannya, lalu buru-buru menggeleng. “Nggak mikir apa-apa.”“Ayo diminum.” Holden menyodorkan segelas susu hangat kepada Camelia sambil berkata, “Nanti susunya jadi dingin.”Camelia menerima susu itu dan meminumnya. Namun, dia masih memikirkan hal lain. Dia diam-diam melirik Holden dan bergumam dalam hati, ‘Pria ini benar-benar memesona.’Ketika cairan hangat itu melalui tenggorokannya, ada sebuah pemikiran yang tiba-tiba melintasi benak Camelia. Ini adalah pertama kalinya dia menikah kilat dan menyantap sarapan bersam
อ่านเพิ่มเติม

Bab 20

Camelia menghela napas panjang dan berusaha untuk menenangkan diri. “Emm, dia Steven, orang yang memecatku dari perusahaan kemarin.”Holden memicingkan matanya dan mengamati Steven. Ada kilatan dingin yang melintasi matanya. Tidak lama kemudian, pintu ruang ganti terbuka dan seorang wanita berjalan keluar.Camelia langsung mengenali wanita itu. Dia adalah Christine, rekan kerjanya yang juga bekerja di tim proyek. Dia mengenakan gaun merah dan berdandan cantik. Penampilannya ini sangat berbeda dengan penampilan sederhananya ketika berada di perusahaan. Christine menatap Steven dan segera tersenyum lebar. Kemudian, dia merangkul lengan Steven dan bertanya, “Sayang, gimana menurutmu dengan yang ini?”Steven memicingkan matanya dan mengamati Christine dari atas sampai bawah. “Lumayan, seksi banget. Yang ini saja.”Begitu menyaksikan hal ini, Camelia pun tertegun. Kenapa Christine bisa bersama Steven? Christine memang adalah rekan kerja Camelia, tetapi dia tidak mengetahui identitas asli
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12345
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status