Share

Bab 17

Author: Aura Tanjung
Suara Holden terdengar berat dan merdu. Jantung Camelia langsung berdebar.

“Holden ....” Camelia mengedipkan matanya, lalu merangkul leher Holden dan berkata, “Seingatku, kamu sudah janji padaku. Kalau aku nggak bersedia, kamu akan melakukan semuanya secara perlahan.”

Ketika berada di bangunan kecil waktu itu, suasana di antara mereka sangat bagus dan dia tidak rela untuk menolak. Apalagi, Holden juga menghiburnya dengan suaranya yang rendah dan mengatakan tidak akan memaksanya melakukan apa yang tidak ingin dilakukannya.

Holden tertawa sejenak, lalu mengangkat dagu Camelia. Matanya terlihat dingin dan jernih, tetapi malah penuh godaan.

“Kalau begitu, kamu nggak bersedia?”

Napas Holden yang hangat menyapu telinga Camelia. Suaranya terdengar menggoda dan membuat tubuh Camelia gemetar. Hati Camelia terasa seperti sudah digelitik.

Saat menyadari keanehan yang mulai menyelimuti dirinya, Camelia pun menggertakkan gigi dan diam-diam mengumpat dalam hati, ‘Apanya yang sulit didekati! Orang in
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
ayo thoer buat Holden dan Camelia bisa MP
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 18

    Camelia benar-benar tidak sanggup mendengar ocehan Maggie lagi dan buru-buru menyela, “Sudah, sudah. Aku mengerti. Dah!”Seusai berbicara, Camelia langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu respons dari Maggie. Ketika teringat Holden telah mendengar semua yang dikatakan Maggie tadi, Camelia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Holden. Holden juga tidak melanjutkan tindakannya lagi. Dia hanya menatap Camelia sambil tersenyum.Camelia merasa dirinya harus minum air untuk menenangkan diri. Dia pun mendorong Holden dan bangkit dari sofa, lalu merapikan pakaiannya yang berantakan. Dia mengambil gelas dari meja dan meminumnya untuk menyembunyikan kepanikannya.Melihat tampang Camelia yang seperti ini, Holden pun tersenyum makin lebar. Dia juga bangkit, lalu berjalan ke hadapan Camelia dan menunduk untuk menatap lurus matanya.“Kenapa wajahmu begitu merah?”Camelia merasa detak jantungnya sangat memekakkan telinga. Dia memalingkan wajah dengan panik, lalu melirik ke se

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 19

    Holden memiliki bahu lebar, pinggang ramping, dan garis otot yang jelas. Meskipun terbalut setelan jas, bentuk tubuhnya yang bagus masih tetap terlihat jelas.Camelia tiba-tiba teringat ucapan Maggie sebelumnya.‘Baik itu tubuh maupun wajah, pria biasa nggak akan bisa menandingi kakak sepupuku itu ....’Sepertinya, ucapan Maggie itu sama sekali tidak berlebihan.“Lagi mikirin apa?” Holden menyajikan sarapan ke meja, lalu duduk di seberang Camelia.Camelia tersadar dari lamunannya, lalu buru-buru menggeleng. “Nggak mikir apa-apa.”“Ayo diminum.” Holden menyodorkan segelas susu hangat kepada Camelia sambil berkata, “Nanti susunya jadi dingin.”Camelia menerima susu itu dan meminumnya. Namun, dia masih memikirkan hal lain. Dia diam-diam melirik Holden dan bergumam dalam hati, ‘Pria ini benar-benar memesona.’Ketika cairan hangat itu melalui tenggorokannya, ada sebuah pemikiran yang tiba-tiba melintasi benak Camelia. Ini adalah pertama kalinya dia menikah kilat dan menyantap sarapan bersam

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 20

    Camelia menghela napas panjang dan berusaha untuk menenangkan diri. “Emm, dia Steven, orang yang memecatku dari perusahaan kemarin.”Holden memicingkan matanya dan mengamati Steven. Ada kilatan dingin yang melintasi matanya. Tidak lama kemudian, pintu ruang ganti terbuka dan seorang wanita berjalan keluar.Camelia langsung mengenali wanita itu. Dia adalah Christine, rekan kerjanya yang juga bekerja di tim proyek. Dia mengenakan gaun merah dan berdandan cantik. Penampilannya ini sangat berbeda dengan penampilan sederhananya ketika berada di perusahaan. Christine menatap Steven dan segera tersenyum lebar. Kemudian, dia merangkul lengan Steven dan bertanya, “Sayang, gimana menurutmu dengan yang ini?”Steven memicingkan matanya dan mengamati Christine dari atas sampai bawah. “Lumayan, seksi banget. Yang ini saja.”Begitu menyaksikan hal ini, Camelia pun tertegun. Kenapa Christine bisa bersama Steven? Christine memang adalah rekan kerja Camelia, tetapi dia tidak mengetahui identitas asli

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 21

    Tiffany berjalan turun dengan perlahan. “Camelia, ucapanmu keterlaluan. Steven pernah menyelamatkan nyawaku. Kalau kamu menargeti dia, aku akan merasa serbasalah.”Tiffany berjalan ke sisi Agnes, lalu merangkul lengannya.Melihat tampang Tiffany seperti ini, Camelia pun merasa sangat kesal. Dia berusaha menekan amarahnya dan berkata, “Ibu, aku cuma mau tahu, kamu berencana untuk tangani masalah Steven atau nggak?”“Camelia, kamu nggak usah ikut campur dalam masalah ini. Aku akan menanganinya.”Mendengar ibunya yang mengelak, hati Camelia terasa dingin. Dia tahu ibunya tidak akan menangani masalah Steven. Dia hanya akan menjaga perdamaian dan melindungi Tiffany.“Oke. Kalau begitu, biar aku sendiri yang menanganinya.”Camelia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan mereka. Dia pun berbalik dan hendak pergi.“Camelia.” Melihat Camelia yang hendak pergi, Tiffany buru-buru menghentikannya. Nada bicaranya dipenuhi dengan rasa tidak mengerti yang bercampur dengan bujukan.“Kenapa k

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 22

    “Camelia, kenapa raut wajahmu begitu jelek? Kamu teringat sesuatu?”Maggie dengan tajam menangkap perubahan ekspresi Camelia.Camelia menghela napas panjang dan menekan tebakannya. “Aku cuma curiga, nggak punya bukti.”“Jadi, apa rencanamu?”“Kita amati saja dulu situasinya. Sekarang, aku harus keluarkan Steven dari perusahaan dulu.”Ada kilatan dingin yang melintasi mata Camelia. Dia bukanlah orang yang bisa ditindas siapa pun dengan seenaknya.Pada saat ini, pelayan berjalan mendekat untuk menghidangkan makanan mereka. Percakapan mereka pun terhenti. Namun, hidangan lezat yang memenuhi meja itu sama sekali tidak membangkitkan selera makan Camelia. Dia hanya memainkan makanan di piringnya. Benaknya dipenuhi oleh sosok Steven dan Tiffany. Dia makan sambil melamun dan memikirkan kemungkinan Tiffany bekerja sama dengan Steven.Setelah dipikir-pikir, tampang Tiffany yang lemah dan polos itu benar-benar memuakkan. Dia memasukkan sepotong iga asam manis ke mulutnya, tetapi merasa seperti s

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 23

    Holden hanya tersenyum misterius tanpa langsung menjawab. Dia berjalan ke sisi Camelia, lalu memeluk pinggangnya.“Gaunnya cantik dan pasti sangat cocok denganmu.”Camelia pun tersipu akibat Holden yang tiba-tiba bersikap mesra. Jantungnya juga berdebar kencang. Dia mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan tatapan mendalam Holden.“Oh iya.” Holden tiba-tiba teringat sesuatu dan mengeluarkan sebuah kotak kecil yang indah dari sakunya. “Ini buat kamu.”Camelia menerima kotak itu dan membukanya. Di dalam, terdapat kalung berlian yang sangat indah dan berkilau di bawah lampu.“Hadiah ini terlalu mahal .... Aku nggak bisa menerimanya!”Camelia merasa agak terkejut karena tidak menyangka Holden akan memberinya hadiah yang begitu mahal. Namun, Holden hanya tertawa dan mendorong kembali kotak itu ke tangan Camelia.“Ini cuma sebuah hadiah kecil. Kelak, akan ada lebih banyak hadiah lain untukmu, Nyonya Camelia.” Holden terdiam sejenak. Ada gejolak perasaan yang melintasi matanya. “Jangan

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 24

    Di mata Levin, Camelia yang dulunya terlihat polos dan tidak menarik tiba-tiba berubah menjadi bagaikan permata yang berkilau dan membuatnya nyaris tidak dapat membuka matanya. Meskipun dia membenci Camelia, dia harus mengakui bahwa Camelia yang sekarang sangatlah cantik.Ada perasaan aneh yang muncul dalam hati Levin dan dia hampir tidak dapat mengendalikannya. Namun, perasaan aneh itu segera digantikan oleh rasa benci dan amarah. Dia merasa Camelia hanya ingin menarik perhatiannya. Wanita itu selalu berbuat begitu dari dulu.“Camelia? Kenapa dia ada di sini?” gumam Levin. Nadanya mengandung sedikit rasa tidak percaya dan jengkel.Josie berpura-pura khawatir dan menambahkan, “Dia berpakaian seperti itu karena mau menarik perhatian seseorang? Dia benar-benar ....”Josie tidak melanjutkan kata-katanya, tetapi ada rasa sombong yang menghiasi matanya. Jika Camelia lanjut mengganggu Levin dengan tidak tahu malu, itu hanya akan makin menonjolkan “kebijaksanaan, kebaikan, dan kelembutan” Jos

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 25

    Josie merasa lebih murka lagi. Awalnya, dia mengira keadaan Camelia akan sangat tragis setelah dipecat dari Grup Winston. Tak disangka, Camelia malah muncul di tempat ini, juga tampil begitu memukau dan percaya diri. Dia menggenggam erat gelas anggurnya. Kuku-kukunya nyaris menancap ke daging telapak tangannya.“Apa dia sudah dapat cowok kaya baru?” tanya Josie dengan tampang masam. Nadanya dipenuhi dengan penghinaan dan rasa cemburu.Levin mendengus, “Dia? Selain wajahnya itu, apa lagi yang dimilikinya? Dia paling-paling cuma jadi seorang sosialita kelas atas yang dipermainkan habis-habisan sama para bos besar.”Josie menambahkan, “Makanya. Entah cara apa yang dipakainya untuk datang ke acara ini.”Kecemburuan dalam mata Josie benar-benar tidak dapat disembunyikan. Dia harus melakukan sesuatu untuk menekan kearoganan wanita itu.Camelia sama sekali tidak peduli pada Levin dan Josie. Dia hanya lanjut mengobrol dengan orang lain di pesta ini dengan sikap yang anggun dan penuh percaya di

Latest chapter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 50

    Beberapa hari sudah berlalu. Masih belum ada kabar dari Levin.Dengar-dengar Levin akan ditahan, kemudian baru akan dilepaskan setelah beberapa hari. Kehidupan Camelia juga mulai kembali tenang. Hanya saja Holden masih sangat sibuk. Saking sibuknya, mereka pun jarang ketemuan.Ada sesuatu yang disembunyikan di dalam hati Camelia. Itulah sebabnya dia merasa tidak fokus. Hari demi hari berlalu. Tidak lama kemudian, sampailah ke acara ulang tahun.“Istriku, hari ini aku ada sedikit urusan. Mungkin aku akan telat untuk menghadiri acara ulang tahun.” Sebelum Holden keluar rumah, dia pun berpesan.Saat mendengar ucapan itu, Camelia yang tadinya hendak berbicara pun mengurungkan niatnya. Ketika kepikiran dengan pesan yang dikirim Tiffany sebelumnya, raut wajah Camelia spontan menjadi muram. Dia pun terdiam hingga mengepal erat tangannya. Namun pada akhirnya, Camelia tidak mengatakan apa-apa. Dia menebak mungkin Holden sibuk untuk menemani cinta pertamanya. Pada saat ini, jika Camelia malah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 49

    Camelia spontan hendak menghalanginya, tetapi pergelangan tangannya malah ditahan oleh Holden. Hawa panas membuat hati Camelia menjadi tenang dalam seketika.Setelah Levin menelepon, dia menambah bumbu di dalam ucapannya, lalu menjelaskan sekali lagi. Hanya saja, dia malah tidak mengungkit perilaku buruk yang dia lakukan.Panggilan diakhiri. Levin duduk di atas lantai dengan menatap mereka berdua dengan tatapan benci.“Polisi akan segera datang. Camelia, bukannya kamu suka untuk membiayai mokondo? Hari ini aku ingin lihat bagaimana kamu melindungi bawahannya. Aku nggak percaya kamu bahkan bisa menyogok polisi!” Levin tertawa lantang. Ekspresi wajahnya kelihatan sangat galak.Namun, ekspresi Holden malah tidak berubah sama sekali. Dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim sebuah pesan. Kemudian, dia pun menunggu kedatangan polisi dengan sabar.Polisi datang dengan sangat cepat. Setelah melihat polisi yang datang dengan berseragam, Levin segera berdiri dan mulai mengadu. Dia menunjuk lu

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 48

    “Lepaskan! Levin, kamu benar-benar menjijikkan!” Camelia berusaha untuk melepaskan diri dari Levin, tetapi tenaga Levin terlalu besar, dia hanya merasa sakit pada pergelangan tangannya. Pada saat ini, Steven yang bersembunyi di ujung berjalan keluar. Dia diam-diam mengeluarkan ponselnya untuk merekam gambaran ini.Betul! Hari ini Levin bukan datang sendiri. Dia sudah menghubungi Steven untuk merekam video. Dengan begitu, dia pun memiliki cukup bukti untuk menghancurkan Camelia.Levin sungguh penasaran apa lagi yang bisa dikatakan Camelia nantinya!“Aku ingin semua orang di Grup Winston tahu betapa murahannya kamu. Camelia, inilah akibat dari menyinggungku!” Levin seperti sudah menggila saja, terus menarik kerah pakaian Camelia. Namun belum sempat dia menarik pakaian Camelia, dia pun telah ditendang.Satu detik kemudian, jas berukuran besar dibungkuskan di atas tubuh Camelia. Camelia yang masih syok itu tiba-tiba masuk ke dalam pelukan Holden.“Kamu baik-baik saja, ‘kan?” Suara rendah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 47

    Usai mendengar, raut wajah Camelia langsung berubah dingin. Dia menatap Levin dengan tatapan tajam. “Levin, jaga mulutmu! Masalahku nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu juga nggak berhak untuk mengatur hidupku.”Levin tertegun dengan balas Camelia. Namun, dalam seketika, dia kembali bersikap arogan. “Kemampuan? Camelia, memangnya kamu punya kemampuan apa? Sekarang kamu itu bukan apa-apa! Setelah meninggalkanku, kamu hanyalah orang yang nggak berguna!”Ketika mendengar ucapan menusuk telinga itu, hati Camelia juga tidak terlalu bergejolak. Dia sudah menyadari betapa munafik dan arogan si Levin. Dia pernah mengira Levin adalah penyelamat dan cahayanya. Namun pada akhirnya, Levin hanya menganggapnya sebagai mainan yang bisa dikendalikan setiap saat.“Levin.” Camelia berbicara dengan tenang dan perlahan, “Tiga tahun lalu, aku memang buta, makanya aku bisa menyukaimu. Sekarang aku sudah sadar. Kamu sudah bukan apa-apa bagiku. Aku, Camelia, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hatimu.”Se

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 46

    Keesokan paginya, Camelia dibangunkan oleh jam alarm. Dia mengucek matanya, lalu meraba ke ujung ranjang, tetapi dia menyadari tidak ada apa-apa di sana.Holden tidak pulang semalaman.Tatapan Camelia dipenuhi dengan emosi yang sulit ditebak. Dia mengesampingkan selimut, melangkah turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang, lalu berjalan menuju lemari pakaian.Tanpa banyak berpikir, Camelia mengambil sebuah sweater rajut berwarna krim dan celana kulot hitam, lalu mengenakannya. Setelah selesai membasuh tubuh dan sarapan seadanya, dia buru-buru keluar rumah.Setibanya di kantor, Camelia duduk di depan mejanya, menyalakan komputer, dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Namun, tidak peduli seberapa keras Camelia berusaha, dia tetap tidak bisa memfokuskan perhatiannya.Di dalam benaknya terus terbayang ekspresi dingin saat Holden mengangkat telepon semalam dan juga bayangan punggung buru-buru itu. Camelia pergi menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Akhirnya dia baru mulai segar, lalu kemba

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 45

    Camelia yang kliyengan itu bersandar di tubuh Holden. Napas hangat mengembus ke bagian leher Holden. Samar-samar tercium aroma alkohol juga. Dia mengangkat tangannya, lalu menoel-noel dada Camelia dengan lembut, lalu jari tangannya berputar-putar di atas kemeja Holden.“Holden, kamu … kenapa kamu tinggi sekali?”Tatapan Holden sangat dalam. Jakunnya bergerak. Suaranya terdengar rendah. “Kamu sudah mabuk.”“Aku nggak mabuk!” gumam Camelia dengan tidak puas. Tangannya melingkari leher Holden. Sekujur tubuhnya menggantung di atas tubuh Holden. “Aku sadar sekali! Aku cuma … merasa kamu ganteng banget.”Camelia mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Matanya agak memerah lantaran mabuk. Saat ini, dia kelihatan sangat manja.Holden merasa hatinya membara, seolah-olah ada aliran arus listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya. Dia berusaha untuk menekan perasaannya, lalu berkata dengan nada tenang, “Jangan beronar lagi. Aku akan papah kamu ke dalam.”Holden merangkul pinggang Camelia, lalu

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 44

    Camelia bersandar di bangkunya. “Sudah semalam ini, mau ke mana lagi?”“Ada teman yang membuka sebuah sirkuit balapan mobil di pegunungan. Gimana kalau kita pergi ke sana?” Holden memutar setir mobilnya. “Pemandangan malam di sana sangat indah. Kita juga bisa melihat pemandangan malam seluruh kota di sana.”Camelia terbengong sejenak. Terlintas kilauan gembira di dalam matanya. “Balapan? Serius?” Camelia langsung duduk dengan tegak. “Saat aku kuliah dulu, aku sering main balap mobil bersama temanku. Tapi setelah bekerja, aku pun sudah jarang main lagi.”“Kebetulan malam ini kamu bisa merasakan kembali perasaan waktu itu,” ucap Holden sembari menaikkan kecepatan mobilnya.Mobil melaju ke area balapan di pegunungan.Angin malam bertiup masuk melalui jendela mobil yang setengah terbuka, membawa aroma sejuk dari pegunungan, menghilangkan kelelahan yang menyelimuti mereka sepanjang hari.Tidak lama kemudian, mobil Maybach hitam berhenti di area parkir sirkuit balap di puncak gunung.Pintu m

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 43

    Camelia mengambil roti, lalu menggigit dengan perlahan. Aroma wangi gandum berpadu dengan rasa manis yang ringan itu langsung menyingkirkan rasa capek saat lembur.Tatapan Holden terfokus pada diri Camelia. Tatapannya sangatlah lembut. Dia pun tersenyum tipis.Sisa cahaya matahari sore memancar ke dalam jendela kaca. Cahaya keemasan membalut wajahnya yang tegas, semakin menonjolkan ketampanannya.Dari tubuh Holden, terpancar aroma lembut parfum bercampur dengan harum kopi yang pekat, yang mana memberikan sensasi menenangkan. Bahu lebar dengan postur tubuh tegap. Setiap detailnya memancarkan pesona seorang pria dewasa.“Kamu beli di bawah?” Camelia menelan roti sembari mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Nada bicaranya terdengar sedikit kaget.Holden mengangguk. Terlintas sedikit rasa lembut di dalam tatapan tajamnya.“Tadinya aku ingin langsung ke atas, tapi aku lihat masih ada beberapa orang yang lagi lembur. Aku takut kamu akan merasa canggung. Jadi, aku pun turun untuk membe

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 42

    Suara rendah Holden terdengar dari ujung telepon. Terdengar sedikit rasa letih dan tawa di dalam suaranya.Camelia menghentikan gerakan tangannya, lalu melihat jam di ujung kanan bawah layar komputer.“Apa kamu nggak sibuk hari ini? Kenapa kamu ada waktu untuk menjemputku?”Camelia mengeklik folder lain dengan mouse, lalu segera melihat isi dokumen.“Aku sudah merencanakannya dari awal.” Suara Holden terdengar lembut. “Belakangan ini banyak orang jahat. Aku mengkhawatirkanmu. Nggak aman untuk pulang sendiri.”Hati Camelia terasa hangat. Dia spontan mengusap daun telinganya. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. “Aku masih harus lembur. Kamu tunggu sebentar, ya. Proposal ini untuk dipakai esok hari.”“Kalau begitu, aku akan naik untuk temani kamu.” Usai berbicara, Holden langsung mengakhiri panggilan.“Jangan ….” Camelia ingin segera menghalanginya. Namun belum sempat dia menyelesaikan omongannya, suara nada sibuk sudah terdengar di telinganya.Camelia menggenggam ponselnya dan ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status