Share

Bab 13

Author: Aura Tanjung
Levin menggertakkan giginya dan menatap Camelia lekat-lekat. Josie yang ada di sebelahnya sudah pucat pasi.

Melihat ada makin banyak orang yang berkumpul di sekeliling mereka, Levin menjawab dengan kesal, “Rekening!”

Camelia mengeluarkan ponselnya dengan tenang, lalu membiarkan Levin memindai kode QR-nya. Setelah uang itu masuk ke rekeningnya, dia pun tersenyum tipis dan berujar, “Makasih, mantanku.”

‘Lumayan juga. Dalam tiga tahun ini, setidaknya aku bisa hasilkan 220 juta,’ gumam Camelia dalam hati.

Setelah itu, Levin baru berjalan pergi dengan tampang suram. Ketika merasakan tatapan aneh orang-orang, Josie juga buru-buru mengikuti Levin meninggalkan tempat ini.

Di restoran yang tenang dan bersih, tatapan Holden tertuju pada Camelia yang berdiri tidak jauh dari sana. Rekan bisnis yang berada di samping menatap Holden dengan bingung, lalu mengalihkan perhatiannya pada Camelia dengan penuh semangat.

“Holden, itu pacarmu?”

“Bukan.” Holden tersenyum, lalu menjawab dengan bahasa asing yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
Holden .. lelaki y tepat untuk Camelia
goodnovel comment avatar
Masriany Ne Ne
penasaran dan keren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 14

    Holden tertegun sejenak, lalu tersenyum tipis. Dia tiba-tiba melingkarkan tangannya ke pinggang Camelia, lalu mencondongkan tubuhnya dan berbicara dengan suara yang dingin nan malas.“Bella, aku nggak pernah mengejar siapa pun. Baik itu tertarik karena penampilan fisik atau jatuh cinta seiring berjalannya waktu, berikanlah aku sebuah kesempatan. Kita buat sandiwara ini jadi kenyataan, ya?”Bella merupakan nama panggilan Camelia. Saat kecil, keluarganya paling suka memanggilnya dengan panggilan itu. Dia tidak menyangka Holden akan memanggilnya dengan nama itu. Dari mana Holden mengetahui nama panggilannya itu?Hati Camelia agak bergetar. Dia menatap sepasang mata pria itu dan bibirnya yang merah mulai bergerak. Dia benar-benar tidak dapat mengucapkan kata-kata penolakan.Camelia menunduk, lalu akhirnya menjawab, “Oke.”...Di sisi lain.Setelah berjalan keluar dari restoran, Levin membawa Josie meninggalkan tempat ini dengan ekspresi suram.Ada banyak orang yang menonton keramaian di re

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 15

    Camelia menunjukkan ekspresi tenang, tetapi auranya malah terasa mengintimidasi. Dia sama sekali tidak terlihat seperti mahasiswi yang baru lulus kuliah. Ketika teringat dia bermarga Winston, Steven mengernyit dan ada beberapa tebakan yang melintasi benaknya.Apa mungkin Camelia memiliki hubungan dengan Keluarga Winston? Namun, Tiffany tidak pernah mengungkit tentangnya.Oleh karena itu, semua keraguan Steven segera sirna. Dia tersenyum sinis dan berujar, “Grup Winston nggak memerlukan pecundang sepertimu.”Camelia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memungut dokumen itu dan langsung berbalik untuk pergi. Tidak lama kemudian, pemberitahuan pemecatan itu pun diumumkan.Setelah mengetahui hal ini, Naldo langsung tercengang. Orang lain mungkin tidak tahu jelas mengenai status Camelia, tetapi dia mengetahuinya dengan jelas. Camelia adalah putri Keluarga Winston. Apa Steven sudah gila?Naldo segera pergi mencari Steven dan berseru marah, “Kamu tahu Camelia itu siapa? Kamu berani memecatnya?

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 16

    Malam ini, Maggie mengajak Camelia keluar untuk berbelanja. Dia membantu Camelia memilih gaun yang akan dikenakannya untuk menghadiri pesta Grup Wardana. Namun, mereka malah kebetulan bertemu dengan Levin dan Josie.Josie menatap Camelia dan tersenyum tipis, “Sepertinya, mentalmu lumayan bagus. Setelah dipecat perusahaan, kamu masih bisa keluar untuk berbelanja.”Begitu mendengar ucapan itu, Maggie langsung menunjukkan ekspresi seperti sudah melihat hantu. Apa? Putri kedua Keluarga Winston dipecat dari Grup Winston?Camelia memicingkan mata. Dia menatap Levin dan bertanya dengan nada tenang, “Ini ulahmu?”“Orang dengan status serendah kamu memang seharusnya tahu diri.” Levin melanjutkan dengan kesal, “Camelia, aku awalnya nggak ingin mempersulitmu. Kamu yang bersikeras mau menggangguku.”Sebagai sahabat Camelia, Maggie tentu saja mengetahui dengan jelas masalah di antara mereka. Dia pun menjulingkan mata dan berujar, “Otakmu bermasalah, ya? Dasar bebal! Kamu sendiri yang nggak berhenti

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 17

    Suara Holden terdengar berat dan merdu. Jantung Camelia langsung berdebar.“Holden ....” Camelia mengedipkan matanya, lalu merangkul leher Holden dan berkata, “Seingatku, kamu sudah janji padaku. Kalau aku nggak bersedia, kamu akan melakukan semuanya secara perlahan.”Ketika berada di bangunan kecil waktu itu, suasana di antara mereka sangat bagus dan dia tidak rela untuk menolak. Apalagi, Holden juga menghiburnya dengan suaranya yang rendah dan mengatakan tidak akan memaksanya melakukan apa yang tidak ingin dilakukannya.Holden tertawa sejenak, lalu mengangkat dagu Camelia. Matanya terlihat dingin dan jernih, tetapi malah penuh godaan.“Kalau begitu, kamu nggak bersedia?”Napas Holden yang hangat menyapu telinga Camelia. Suaranya terdengar menggoda dan membuat tubuh Camelia gemetar. Hati Camelia terasa seperti sudah digelitik.Saat menyadari keanehan yang mulai menyelimuti dirinya, Camelia pun menggertakkan gigi dan diam-diam mengumpat dalam hati, ‘Apanya yang sulit didekati! Orang in

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 18

    Camelia benar-benar tidak sanggup mendengar ocehan Maggie lagi dan buru-buru menyela, “Sudah, sudah. Aku mengerti. Dah!”Seusai berbicara, Camelia langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu respons dari Maggie. Ketika teringat Holden telah mendengar semua yang dikatakan Maggie tadi, Camelia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi Holden. Holden juga tidak melanjutkan tindakannya lagi. Dia hanya menatap Camelia sambil tersenyum.Camelia merasa dirinya harus minum air untuk menenangkan diri. Dia pun mendorong Holden dan bangkit dari sofa, lalu merapikan pakaiannya yang berantakan. Dia mengambil gelas dari meja dan meminumnya untuk menyembunyikan kepanikannya.Melihat tampang Camelia yang seperti ini, Holden pun tersenyum makin lebar. Dia juga bangkit, lalu berjalan ke hadapan Camelia dan menunduk untuk menatap lurus matanya.“Kenapa wajahmu begitu merah?”Camelia merasa detak jantungnya sangat memekakkan telinga. Dia memalingkan wajah dengan panik, lalu melirik ke se

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 19

    Holden memiliki bahu lebar, pinggang ramping, dan garis otot yang jelas. Meskipun terbalut setelan jas, bentuk tubuhnya yang bagus masih tetap terlihat jelas.Camelia tiba-tiba teringat ucapan Maggie sebelumnya.‘Baik itu tubuh maupun wajah, pria biasa nggak akan bisa menandingi kakak sepupuku itu ....’Sepertinya, ucapan Maggie itu sama sekali tidak berlebihan.“Lagi mikirin apa?” Holden menyajikan sarapan ke meja, lalu duduk di seberang Camelia.Camelia tersadar dari lamunannya, lalu buru-buru menggeleng. “Nggak mikir apa-apa.”“Ayo diminum.” Holden menyodorkan segelas susu hangat kepada Camelia sambil berkata, “Nanti susunya jadi dingin.”Camelia menerima susu itu dan meminumnya. Namun, dia masih memikirkan hal lain. Dia diam-diam melirik Holden dan bergumam dalam hati, ‘Pria ini benar-benar memesona.’Ketika cairan hangat itu melalui tenggorokannya, ada sebuah pemikiran yang tiba-tiba melintasi benak Camelia. Ini adalah pertama kalinya dia menikah kilat dan menyantap sarapan bersam

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 20

    Camelia menghela napas panjang dan berusaha untuk menenangkan diri. “Emm, dia Steven, orang yang memecatku dari perusahaan kemarin.”Holden memicingkan matanya dan mengamati Steven. Ada kilatan dingin yang melintasi matanya. Tidak lama kemudian, pintu ruang ganti terbuka dan seorang wanita berjalan keluar.Camelia langsung mengenali wanita itu. Dia adalah Christine, rekan kerjanya yang juga bekerja di tim proyek. Dia mengenakan gaun merah dan berdandan cantik. Penampilannya ini sangat berbeda dengan penampilan sederhananya ketika berada di perusahaan. Christine menatap Steven dan segera tersenyum lebar. Kemudian, dia merangkul lengan Steven dan bertanya, “Sayang, gimana menurutmu dengan yang ini?”Steven memicingkan matanya dan mengamati Christine dari atas sampai bawah. “Lumayan, seksi banget. Yang ini saja.”Begitu menyaksikan hal ini, Camelia pun tertegun. Kenapa Christine bisa bersama Steven? Christine memang adalah rekan kerja Camelia, tetapi dia tidak mengetahui identitas asli

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 21

    Tiffany berjalan turun dengan perlahan. “Camelia, ucapanmu keterlaluan. Steven pernah menyelamatkan nyawaku. Kalau kamu menargeti dia, aku akan merasa serbasalah.”Tiffany berjalan ke sisi Agnes, lalu merangkul lengannya.Melihat tampang Tiffany seperti ini, Camelia pun merasa sangat kesal. Dia berusaha menekan amarahnya dan berkata, “Ibu, aku cuma mau tahu, kamu berencana untuk tangani masalah Steven atau nggak?”“Camelia, kamu nggak usah ikut campur dalam masalah ini. Aku akan menanganinya.”Mendengar ibunya yang mengelak, hati Camelia terasa dingin. Dia tahu ibunya tidak akan menangani masalah Steven. Dia hanya akan menjaga perdamaian dan melindungi Tiffany.“Oke. Kalau begitu, biar aku sendiri yang menanganinya.”Camelia tidak ingin lanjut berbicara omong kosong dengan mereka. Dia pun berbalik dan hendak pergi.“Camelia.” Melihat Camelia yang hendak pergi, Tiffany buru-buru menghentikannya. Nada bicaranya dipenuhi dengan rasa tidak mengerti yang bercampur dengan bujukan.“Kenapa k

Latest chapter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 50

    Beberapa hari sudah berlalu. Masih belum ada kabar dari Levin.Dengar-dengar Levin akan ditahan, kemudian baru akan dilepaskan setelah beberapa hari. Kehidupan Camelia juga mulai kembali tenang. Hanya saja Holden masih sangat sibuk. Saking sibuknya, mereka pun jarang ketemuan.Ada sesuatu yang disembunyikan di dalam hati Camelia. Itulah sebabnya dia merasa tidak fokus. Hari demi hari berlalu. Tidak lama kemudian, sampailah ke acara ulang tahun.“Istriku, hari ini aku ada sedikit urusan. Mungkin aku akan telat untuk menghadiri acara ulang tahun.” Sebelum Holden keluar rumah, dia pun berpesan.Saat mendengar ucapan itu, Camelia yang tadinya hendak berbicara pun mengurungkan niatnya. Ketika kepikiran dengan pesan yang dikirim Tiffany sebelumnya, raut wajah Camelia spontan menjadi muram. Dia pun terdiam hingga mengepal erat tangannya. Namun pada akhirnya, Camelia tidak mengatakan apa-apa. Dia menebak mungkin Holden sibuk untuk menemani cinta pertamanya. Pada saat ini, jika Camelia malah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 49

    Camelia spontan hendak menghalanginya, tetapi pergelangan tangannya malah ditahan oleh Holden. Hawa panas membuat hati Camelia menjadi tenang dalam seketika.Setelah Levin menelepon, dia menambah bumbu di dalam ucapannya, lalu menjelaskan sekali lagi. Hanya saja, dia malah tidak mengungkit perilaku buruk yang dia lakukan.Panggilan diakhiri. Levin duduk di atas lantai dengan menatap mereka berdua dengan tatapan benci.“Polisi akan segera datang. Camelia, bukannya kamu suka untuk membiayai mokondo? Hari ini aku ingin lihat bagaimana kamu melindungi bawahannya. Aku nggak percaya kamu bahkan bisa menyogok polisi!” Levin tertawa lantang. Ekspresi wajahnya kelihatan sangat galak.Namun, ekspresi Holden malah tidak berubah sama sekali. Dia mengeluarkan ponselnya untuk mengirim sebuah pesan. Kemudian, dia pun menunggu kedatangan polisi dengan sabar.Polisi datang dengan sangat cepat. Setelah melihat polisi yang datang dengan berseragam, Levin segera berdiri dan mulai mengadu. Dia menunjuk lu

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 48

    “Lepaskan! Levin, kamu benar-benar menjijikkan!” Camelia berusaha untuk melepaskan diri dari Levin, tetapi tenaga Levin terlalu besar, dia hanya merasa sakit pada pergelangan tangannya. Pada saat ini, Steven yang bersembunyi di ujung berjalan keluar. Dia diam-diam mengeluarkan ponselnya untuk merekam gambaran ini.Betul! Hari ini Levin bukan datang sendiri. Dia sudah menghubungi Steven untuk merekam video. Dengan begitu, dia pun memiliki cukup bukti untuk menghancurkan Camelia.Levin sungguh penasaran apa lagi yang bisa dikatakan Camelia nantinya!“Aku ingin semua orang di Grup Winston tahu betapa murahannya kamu. Camelia, inilah akibat dari menyinggungku!” Levin seperti sudah menggila saja, terus menarik kerah pakaian Camelia. Namun belum sempat dia menarik pakaian Camelia, dia pun telah ditendang.Satu detik kemudian, jas berukuran besar dibungkuskan di atas tubuh Camelia. Camelia yang masih syok itu tiba-tiba masuk ke dalam pelukan Holden.“Kamu baik-baik saja, ‘kan?” Suara rendah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 47

    Usai mendengar, raut wajah Camelia langsung berubah dingin. Dia menatap Levin dengan tatapan tajam. “Levin, jaga mulutmu! Masalahku nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu juga nggak berhak untuk mengatur hidupku.”Levin tertegun dengan balas Camelia. Namun, dalam seketika, dia kembali bersikap arogan. “Kemampuan? Camelia, memangnya kamu punya kemampuan apa? Sekarang kamu itu bukan apa-apa! Setelah meninggalkanku, kamu hanyalah orang yang nggak berguna!”Ketika mendengar ucapan menusuk telinga itu, hati Camelia juga tidak terlalu bergejolak. Dia sudah menyadari betapa munafik dan arogan si Levin. Dia pernah mengira Levin adalah penyelamat dan cahayanya. Namun pada akhirnya, Levin hanya menganggapnya sebagai mainan yang bisa dikendalikan setiap saat.“Levin.” Camelia berbicara dengan tenang dan perlahan, “Tiga tahun lalu, aku memang buta, makanya aku bisa menyukaimu. Sekarang aku sudah sadar. Kamu sudah bukan apa-apa bagiku. Aku, Camelia, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hatimu.”Se

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 46

    Keesokan paginya, Camelia dibangunkan oleh jam alarm. Dia mengucek matanya, lalu meraba ke ujung ranjang, tetapi dia menyadari tidak ada apa-apa di sana.Holden tidak pulang semalaman.Tatapan Camelia dipenuhi dengan emosi yang sulit ditebak. Dia mengesampingkan selimut, melangkah turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang, lalu berjalan menuju lemari pakaian.Tanpa banyak berpikir, Camelia mengambil sebuah sweater rajut berwarna krim dan celana kulot hitam, lalu mengenakannya. Setelah selesai membasuh tubuh dan sarapan seadanya, dia buru-buru keluar rumah.Setibanya di kantor, Camelia duduk di depan mejanya, menyalakan komputer, dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Namun, tidak peduli seberapa keras Camelia berusaha, dia tetap tidak bisa memfokuskan perhatiannya.Di dalam benaknya terus terbayang ekspresi dingin saat Holden mengangkat telepon semalam dan juga bayangan punggung buru-buru itu. Camelia pergi menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Akhirnya dia baru mulai segar, lalu kemba

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 45

    Camelia yang kliyengan itu bersandar di tubuh Holden. Napas hangat mengembus ke bagian leher Holden. Samar-samar tercium aroma alkohol juga. Dia mengangkat tangannya, lalu menoel-noel dada Camelia dengan lembut, lalu jari tangannya berputar-putar di atas kemeja Holden.“Holden, kamu … kenapa kamu tinggi sekali?”Tatapan Holden sangat dalam. Jakunnya bergerak. Suaranya terdengar rendah. “Kamu sudah mabuk.”“Aku nggak mabuk!” gumam Camelia dengan tidak puas. Tangannya melingkari leher Holden. Sekujur tubuhnya menggantung di atas tubuh Holden. “Aku sadar sekali! Aku cuma … merasa kamu ganteng banget.”Camelia mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Matanya agak memerah lantaran mabuk. Saat ini, dia kelihatan sangat manja.Holden merasa hatinya membara, seolah-olah ada aliran arus listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya. Dia berusaha untuk menekan perasaannya, lalu berkata dengan nada tenang, “Jangan beronar lagi. Aku akan papah kamu ke dalam.”Holden merangkul pinggang Camelia, lalu

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 44

    Camelia bersandar di bangkunya. “Sudah semalam ini, mau ke mana lagi?”“Ada teman yang membuka sebuah sirkuit balapan mobil di pegunungan. Gimana kalau kita pergi ke sana?” Holden memutar setir mobilnya. “Pemandangan malam di sana sangat indah. Kita juga bisa melihat pemandangan malam seluruh kota di sana.”Camelia terbengong sejenak. Terlintas kilauan gembira di dalam matanya. “Balapan? Serius?” Camelia langsung duduk dengan tegak. “Saat aku kuliah dulu, aku sering main balap mobil bersama temanku. Tapi setelah bekerja, aku pun sudah jarang main lagi.”“Kebetulan malam ini kamu bisa merasakan kembali perasaan waktu itu,” ucap Holden sembari menaikkan kecepatan mobilnya.Mobil melaju ke area balapan di pegunungan.Angin malam bertiup masuk melalui jendela mobil yang setengah terbuka, membawa aroma sejuk dari pegunungan, menghilangkan kelelahan yang menyelimuti mereka sepanjang hari.Tidak lama kemudian, mobil Maybach hitam berhenti di area parkir sirkuit balap di puncak gunung.Pintu m

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 43

    Camelia mengambil roti, lalu menggigit dengan perlahan. Aroma wangi gandum berpadu dengan rasa manis yang ringan itu langsung menyingkirkan rasa capek saat lembur.Tatapan Holden terfokus pada diri Camelia. Tatapannya sangatlah lembut. Dia pun tersenyum tipis.Sisa cahaya matahari sore memancar ke dalam jendela kaca. Cahaya keemasan membalut wajahnya yang tegas, semakin menonjolkan ketampanannya.Dari tubuh Holden, terpancar aroma lembut parfum bercampur dengan harum kopi yang pekat, yang mana memberikan sensasi menenangkan. Bahu lebar dengan postur tubuh tegap. Setiap detailnya memancarkan pesona seorang pria dewasa.“Kamu beli di bawah?” Camelia menelan roti sembari mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Nada bicaranya terdengar sedikit kaget.Holden mengangguk. Terlintas sedikit rasa lembut di dalam tatapan tajamnya.“Tadinya aku ingin langsung ke atas, tapi aku lihat masih ada beberapa orang yang lagi lembur. Aku takut kamu akan merasa canggung. Jadi, aku pun turun untuk membe

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 42

    Suara rendah Holden terdengar dari ujung telepon. Terdengar sedikit rasa letih dan tawa di dalam suaranya.Camelia menghentikan gerakan tangannya, lalu melihat jam di ujung kanan bawah layar komputer.“Apa kamu nggak sibuk hari ini? Kenapa kamu ada waktu untuk menjemputku?”Camelia mengeklik folder lain dengan mouse, lalu segera melihat isi dokumen.“Aku sudah merencanakannya dari awal.” Suara Holden terdengar lembut. “Belakangan ini banyak orang jahat. Aku mengkhawatirkanmu. Nggak aman untuk pulang sendiri.”Hati Camelia terasa hangat. Dia spontan mengusap daun telinganya. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. “Aku masih harus lembur. Kamu tunggu sebentar, ya. Proposal ini untuk dipakai esok hari.”“Kalau begitu, aku akan naik untuk temani kamu.” Usai berbicara, Holden langsung mengakhiri panggilan.“Jangan ….” Camelia ingin segera menghalanginya. Namun belum sempat dia menyelesaikan omongannya, suara nada sibuk sudah terdengar di telinganya.Camelia menggenggam ponselnya dan ter

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status