Semua Bab Jerat Ambisi Penguasa Kejam: Bab 1 - Bab 10

24 Bab

Malam Terburuk Dalam Hidupku

Halwa berdiri di haluan kapal pesiar milik Edzhar, pria itu memintanya untuk datang dan turut serta mencari Tita, tangan Halwa memegang erat tepian kapal hingga buku jarinya memutih, sementara pandangan Halwa terus terarahkan ke air laut di bawahnya, berharap salah satu penyelam menemukan tubuh Tita. .Tim penyelamat sudah berkali-kali menyelam secara bergantian, tapi hasilnya nihil, Tita belum juga di temukan."Tita ... Jangan becanda ini tidak lucu. Kamu di mana?" bisik Halwa lirih. "Apa kau senang Tita tidak dapat di temukan?" tanya Edzhar dengan suara dingin, yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya saat ini.Halwa mengalihkan perhatiannya ke Edzhar, "Apa maksudmu?" tanyanya."Kau yang menjebaknya, ya kan? Kau yang mengirim Tita ke para begundal itu!" tukas Edzhar."Menjebak apa? Begundal apa? Tolong kamu jelaskan padaku Ed, kenapa Tita bisa bunuh diri? Kamu apakan dia?" cecar Halwa."Seharusnya saya yang bertanya, kenapa kamu bisa sejahat itu dengan Tita?" "Aku tidak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Iblis Berwajah Malaikat

Dua bulan kemudian ..."Tuan, wanita itu di rawat di rumah sakit!" seru Yas pada Edzhar, yang sedang fokus melihat layar laptopnya."Wanita mana?" tanya Edzhar tanpa mengalihkan perhatiannya."Nona Halwa," jawab Yas."Kenapa bisa masuk rumah sakit? Saya sudah bilang kasih wanita itu pelajaran, tapi tidak perlu sampai masuk rumah sakit!" geram Edzhar."Nona Halwa hamil, Tuan." jelas Yas."Hamil? Wanita sialan itu hamil?”"Ya, Tuan."Apa Halwa sedang mengandung anakku? Halwa masih suci saat itu, dan aku langsung menjebloskannya ke dalam penjara, jadi tidak mungkin dia bersama dengan pria lain."Perintahkan untuk menghentikan sementara menyiksa batin wanita itu, sampai saya benar-benar yakin anak yang dikandungnya itu adalah benar anak saya!""Baik, Tuan.""Segera siapkan mobil, sudah saatnya saya melihat wanita itu!”Sejurus kemudian mereka sudah sampai di bangsal rumah sakit, terlihat Halwa dengan wajah pucat dan di penuhi dengan memar itu tengah tertidur pulas. Sesekali terdengar rint
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Penyelamat

"Kenapa menamparku?!" tanya Halwa sambil memegang pipinya.Alih-alih menjawab wanita lainnya kembali menampar Halwa, kali ini mendarat di pipi kirinya."Apa salahku pada kalian?" tanya Halwa lagi, matanya sudah mulai kabur akibat dua tamparan keras di pipinya.Ketiga wanita itu hanya tertawa, Halwa berteriak minta tolong sambil memegang jeruji besi itu, tapi tidak ada satupun yang peduli dan menolongnya.Hingga pukulan demi pukulan ia terima dari ketiga wanita itu, hingga Halwa jatuh terduduk, ia menatap nanar ketiga wanita itu, wanita yang menyiksanya, yang ia yakini atas suruhan Edzhar.Hanya pria itulah yang mampu melakukan semua ini, tidak ada yang mampu melawan perintahnya, mau seperti apapun Halwa berteriak minta tolong, semua pasti akan tetap diam, bahkan anginpun akan ikut membisu.Air mata Halwa kembali mengalir, ia kembali terisak sambil menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Ia tidak pernah membayangkan akan berada di dalam situasi seperti ini.Merenggut kehormatannya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Halwa Bebas?

"Ya, kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk meneleponku, kau lihat ponsel di atas meja itu ... "Halwa mengalihkan perhatiannya ke atas meja kecil di samping tempat tidurnya, terlihat di sana sebuah ponsel keluaran terbaru, dan Halwa langsung mengangguk sambil kembali menatap Victor."Ada nomor ponselku di sana. Jangan ragu-ragu untuk meneleponku, Ok?" "Iya, terima kasih, Vic.""Ah, ya. Jangan menghubungi orang tuamu dengan ponsel itu, takutnya Edzhar nanti akan melacaknya saat dia tahu kamu sudah bebas dan keluar dari Turki.""Iyaa ... ""Dan jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Edzhar," ujarnya seolah mengerti apa yang sedang di khawatirkan Halwa saat ini."Terima kasih," ucapnya lagi"Istirahatlah, aku tidak akan lama ... " Dan setelah Halwa mengangguk, Victor kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Halwa tidak dapat menghentikan air matanya, ia terharu dengan kebaikan Victor yang mau membebaskannya dari neraka itu, juga menyelamatkan nyawanya dan ju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Cinta Pada Pandangan Pertama

Setahun yang laluHalwa dan Tita duduk di barisan kursi terdepan, mereka terpisah dari teman-teman satu fakultasnya, untuk memudahkan prosesi wisuda, karena mereka termasuk wisudawan berprestasi.Tepat pukul delapan, rektor dan jajaran rektorat masuk dan duduk di tempat yang sudah disiapkan untuk mereka.Setelah semua rektor dan jajarannya sudah menempati posisi mereka masing-masing, pemimpin paduan suara keluar dari barisannya, disusul dengan suara MC yang meminta seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama.Hingga akhirnya nama-nama wisudawan yang berprestasi dari tiap fakultas, dipanggil satu persatu untuk naik ke atas panggung, untuk menerima ijasah langsung dari rektor.Tempat duduk mereka yang berada di barisan terdepan dekat panggung, membantu prosesi berjalan sangat cepat dan mulus, hingga akhirnya MC menyebut nama Halwa."Aira Halwatuzahra!" "Semangat!" seru Tita sambil meremas tangan Halwa sebelum ia berdiri dan naik ke atas panggung.Dengan arahan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Kosong

Turki, negara transkontinental, satu negara seribu rasa. Negara yang penuh dengan kekontrasan, tempat bertemunya tradisi Timur dan Barat, dimana pemandangan reruntuhan dan bangunan kuno bersanding dengan dunia modern, serta kehidupan sekuler dan religius yang berjalan berdampingan. Negara yang ingin sekali Halwa kunjungi, itu makanya ia tidak menolak saat Tita mengajaknya ke negara ini, untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Edzhar. Kini, nyaris tiga bulan Halwa berada di negara ini, dan sekarang adalah malam terakhirnya di negara ini.Halwa menatap ke luar jendela kamarnya, menatap nanar ke pemandangan kota Istanbul ini, yang pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan ibu kota Turi, Ankara. Satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua. Hanya dengan menaiki kapal ferry, kita sudah bisa berpindah dari Benua Asia ke Benua Eropa."Kamu sudah siap?" tanya Victor.Halwa balik badan menghadap pria yang sudah menyelamatkannya itu, "Ya," jawabnya, lalu melangkah mundur saat Vic
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Depresi

Halwa sudah membayangkan kalau pertemuannya dengan kedua orang tuanya akan mengharu biru. Tapi ternyata lebih dari itu.Kini Halwa terduduk di lantai, dengan kepalanya yang ia rebahkan di atas pangkuan mamanya, dengan papanya yang duduk di sebelahnya, yang tangan tuanya kini sedang mengusap lembut kepala Halwa.Segala kepahitan dan penderitaan hidupnya selama tiga bulan ini, Halwa curahkan semuanya kepada kedua orang tuanya itu, sambil sesengukan ia menceritakan semuanya, tidak ada satupun yang ia sembunyikan."Aku sudah hancur sekarang, Ma, Pa. Pria itu sudah menghancurkan masa depanku," isak Halwa, airmatanya masih terus membasahi celana pajang mamanya.Orang tua mana yang tidak akan bersedih mendengar nasib malang yang menimpa putrinya, tidak terkecuali dengan mama dan papanya Halwa.Halwa dapat merasakan tetesan air mata mamanya yang jatuh ke kepala Halwa, tapi Halwa tetap bergeming, ia tetap merebahkan kepalanya di atas pangkuan mama
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Kenangan Yang Berbahaya

"Kenapa aku harus ke Psikiater?" tanya Halwa keesokan harinya. Mama merangkul pundak Halwa, "Untuk membantumu supaya lebih cepat pulih dari trauma itu, Sayang. Dan bukan di sini, kamu akan memulai konsultasi saat sudah berada di Spanyol nanti," jawabnya. "Dimana Victor? Aku belum melihatnya pagi ini?" tanya Halwa. "Dia dan Papa sedang mengurus dokumen kepindahan kita. Beruntung kamu menemukan pria sebaik dia Aira," jawab mama sambil merapikan rambut Halwa, "Mau Mama kuncir?" tanyanya dan Halwa menganggukkan kepalanya. Kini ia tidak bisa mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bahkan hanya sekedar untuk mengikat rambutnya. Akibat dari tendangan keras di bahunya hingga menyebabkan tulang lengan atas bergeser dari soket bahunya. "Tunggu sebantar, Mama ambil sisir dan ikat rambut dulu," ujar mamanya sambil berdiri, lalu melangkah ke dalam kamar Halwa. Bosan hanya duduk-duduk saja sejak tadi, Halwa melangkahkan kakinya dengan pelan ke halaman rumahnya. Desanya ini berada d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Jebakan

Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini. Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk. Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya. "Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat." Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa. "Besok Victor akan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Jangan Sakiti Mereka

Dengan kedua telapak tangan bersandar pada kaca besar ruang kerjanya, Edzhar terlihat seperti sedang menikmati pemandangan ibu kota, yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat, dan kendaraan yang padat merayap. Tapi sebenarnya pikirannya sedang tersita pada sosok wanita yang ia cari-cari selama ini. Sudah satu bulan lebih anak buah Edzhar belum bisa menemukan keberadaannya, Halwa. Wanita yang sudah menyebabkan kekasihnya bunuh diri. Kedua matanya masih menyala-nyala dengan api dendam. Ia belum puas memberi pelajaran pada wanita itu, tapi seseorang telah berhasil mengeluarkannya dari dalam penjara. Edzhar selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sosok yang sudah berani menantangnya itu? Dan sampai kini pun ia belum menemukan para pria yang sudah melecehkan kekasihnya itu. Semua yang terlibat di dalam insiden itu seperti menghilang di telan bumi, termasuk Halwa. "Sampai aku bisa menemukanmu, habis kau Halwa!!" geram Edzhar sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status