Semua Bab Dokter Terhebat: Bab 1 - Bab 10

31 Bab

Bab 1 - Pengkhianatan

Sekilas, Udin melihat sosok yang begitu ia kenal.Lastri. Wanita yang selama ini mengisi hatinya, yang ia kagumi dan jaga seakan porselen rapuh.Tapi apa yang dilihatnya kini?Langkahnya terhenti. Matanya tak berkedip. Napasnya tercekat.Di balik kaca, Lastri sedang dalam pelukan pria lain.Keduanya… telanjang. Saling merengkuh, saling membelai, begitu intim, begitu mesra… seolah dunia milik mereka berdua.Udin tak percaya.Dunia seakan berhenti berputar. Suara-suara malam mendadak hilang. Hanya ada detak jantungnya sendiri yang menggema di telinga.“L–Lastri...?” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar, suaranya pecah oleh guncangan emosi.Tubuhnya bergetar hebat. Ia mundur satu langkah, tapi kakinya lemas. Ia tak sanggup berdiri tegak.Selama ini, ia menjaga hubungan mereka dengan kesabaran dan cinta. Ia tak pernah meminta lebih.Lastri bahkan belum pernah memberinya ciuman, hanya sekadar genggaman tangan yang ia simpan sebagai kenangan berharga.Namun kini, semua pengorbanan dan keperc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 2 - Tabrakan

Begitu melihat Udin pergi, Lastri langsung panik.Ia keluar kamar tergesa-gesa dengan pakaian seadanya, tanpa sempat memperhatikan penampilannya.“Kita tidak bisa membiarkannya pergi,” ucapnya penuh kepanikan, kehilangan kendali atas dirinya.Tanpa mempedulikan keberadaan Pak Agus yang berdiri di sampingnya, Lastri melangkah cepat hendak mengejar Udin.Tujuannya satu: mencegah video rekaman itu tersebar, terutama agar tidak sampai ke tangan keluarga atau pihak berwenang.Namun, begitu sampai di luar, harapannya pupus. Sosok Udin sudah menghilang, entah ke mana.“Sial, Mas Udin sudah pergi,” desis Lastri frustrasi, menggigit bibirnya dengan panik.Pikirannya langsung kacau. Bagaimana kalau video itu benar-benar viral di media sosial? batinnya cemas.Dia bisa saja menjadi bahan hinaan, bukan hanya oleh orang asing, tapi juga oleh keluarga dan teman-teman dekatnya.Viral karena prestasi atau penampilan? Mungkin aku bisa menerimanya. Tapi kalau karena video mesum? Itu mimpi buruk, pikirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 3 - Miranda

Miranda tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi tanggung jawab. Meski gugup dan takut terlibat masalah, wanita itu memutuskan untuk bertindak benar.“Tidak. Aku harus pastikan keadaannya!” ucapnya pelan, tapi tegas.Dengan tekad yang mulai menguat, ia membuka pintu mobil.Langkahnya ragu, tapi penuh niat. Ia mendekati sosok yang terkapar di pinggir jalan—pengendara motor yang sempat nyaris ia tabrak.Apa yang akan ditemukannya di sana akan mengubah banyak hal dalam hidup keduanya.“Apakah kau baik-baik saja?...”Suara lembut seorang wanita muda terdengar dari kejauhan.Ia belum bisa memastikan kondisi sang pengendara motor, apalagi tempat itu cukup gelap karena menjelang malam.Karena tidak mendapat jawaban, dia terus melangkah perlahan mendekati pohon besar itu dengan hati-hati.Dia sadar, jika tidak hati-hati, bisa saja dia dimintai pertanggungjawaban oleh pihak pengendara.Tapi dia tidak peduli. Wanita itu tidak kekurangan uang, dan jika memang harus memberikan kompensasi, dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 4 - Undangan Makan Malam

Miranda terdiam sejenak, lalu merogoh tas kecilnya. Ia mengeluarkan kartu ATM dan menyodorkannya ke Udin."Ambillah. Di dalamnya ada sepuluh juta. Ini kode PIN-nya. Gunakan untuk memperbaiki motormu," ucapnya tenang.Bagi Miranda, uang itu hanya recehan. Tapi ia yakin, jumlah itu sangat berarti bagi Udin. Namun reaksi pria itu tak seperti yang ia perkirakan.Udin mengangkat tangannya, menolak."Nona, aku sudah bilang, aku tidak bisa menerima apa pun darimu. Ini murni tanggung jawabku. Tolong hargai keputusanku," sahut Udin tegas.Sikapnya teguh. Tak tergoda oleh nominal.Miranda menyipitkan mata, menatap pria keras kepala itu. Lalu tanpa banyak bicara, ia mengganti kartu yang tadi dengan kartu lain."Baiklah. Kalau begitu, bagaimana dengan seratus juta? Kamu bisa beli motor baru yang lebih bagus. Terima saja," ujarnya dengan suara lebih lembut, namun tetap serius.Udin membeku.Ucapan itu seperti petir di siang bolong. Seratus juta? Itu jumlah yang tak pernah ia bayangkan bisa dimiliki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 5 - Penawaran

Dia melihat potensi dari pria ini. Udin mungkin bisa digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya.Meski Miranda tidak mengatakan niat sebenarnya, ia telah memikirkan rencana dengan matang.(Huh, aku punya rencana dengan pria ini. Tidak mungkin aku membatalkannya hanya karena dia sedikit bau dan basah. Aku harus tetap membiarkannya masuk), batin Miranda sambil melirik pria itu dari spion.Tak ada waktu mencari orang lain. Udin sudah cukup memenuhi kriterianya untuk rencana yang telah disusun.“Kau bisa masuk. Jangan pikirkan pakaianmu yang basah. Cepat, jangan membuatku menunggu,” katanya mantap, mengusir keraguan dari wajahnya.Udin terdiam sejenak, ragu. “Kau yakin…?” tanyanya memastikan.“Tentu saja. Apa aku terlihat sedang bercanda?” sahut Miranda tajam.“....”“Kalau begitu, baiklah,” ucap Udin akhirnya.Wajahnya menunjukkan ekspresi campur aduk antara tidak percaya dan pasrah.Ia sendiri tak tahu apakah keputusan ikut Miranda ini akan membawa kebaikan atau justru masal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 6 - Permintaan Kotor

Permohonan itu membuat Jalok mengangkat alis. Ia tak tertarik.Tapi tiba-tiba, matanya menangkap sosok Lastri di belakang Pak Agus. Tatapannya berubah.Wanita muda itu bukan tipe ideal, tapi cukup untuk memuaskan para preman sebagai ganti potongan harga.“Baiklah. Sepuluh juta, tapi wanita itu harus melayani kami semua malam ini. Kalau tidak, tawaran batal,” kata Jalok tanpa basa-basi.Lastri langsung tersentak, wajahnya pucat. Ia mundur pelan, ketakutan.Ia mungkin rela tidur dengan Pak Agus demi uang, tapi bukan dengan para preman bau keringat dan kasar itu.“Tidak… itu tidak mungkin!” teriaknya, suara gemetar. “Kumohon, jangan lakukan apa pun padaku…”Ia mundur terus, seakan ingin menghilang. Ketakutan membekukan tubuhnya, dan dunia terasa sepi dan sempit seketika.Perselingkuhannya dengan Pak Agus terjadi karena godaan dan janji manis lelaki paruh baya itu—bukan karena dia wanita murahan.Kini, dalam ketakutan, dia berdiri di belakang Pak Agus, berharap ada perlindungan. Wajahnya p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 7 - Pacar Palsu

Matanya menatap Lastri dengan nafsu. Lastri merinding, wajahnya pucat pasi.“Kau cukup patuh malam ini. Jangan coba-coba melarikan diri,” ancam Jalok, suaranya seram.Pak Agus mengangguk puas, merasa masalah akan segera selesai.“Jalok, cepatlah! Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi,” desaknya tak sabar.“Sudah kubilang, tenang saja. Setelah kami bersenang-senang dengannya, semua akan beres,” jawab Jalok sambil tertawa kecil.Tanpa banyak bicara, Jalok langsung merangkul Lastri dengan kasar dan mulai menyentuh tubuhnya.“Apa yang kau lakukan?!” seru Lastri panik, mencoba menolak.Namun Jalok jauh lebih kuat. Ia membopong Lastri yang meronta dan membawanya ke kamar terdekat.“.....”Pak Agus hanya menonton, ekspresinya datar.Dalam hati, ia tahu Lastri adalah selingkuhannya. Tapi semua ini, baginya, adalah konsekuensi dari pilihan Lastri sendiri.Para preman lainnya tertawa, bersiap menunggu giliran.Mereka menanti "pesta" yang baru saja dimulai.***Sementara itu, di dalam sebuah mobi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 8 - Sandiwara

Nada suaranya penuh kekecewaan.Ia merasa dimanfaatkan, seperti boneka dalam drama yang tidak pernah ingin ia perankan.Ia tahu posisinya—miskin, tak punya apa-apa, dan bahkan membawa beban impoten. Ia tidak ingin menjadi bahan tertawaan para orang kaya.“Aku tahu ini terdengar egois, tapi aku benar-benar tak punya pilihan,” ucap Miranda pelan. “Aku tidak dekat dengan pria lain. Aku hanya butuh bantuanmu malam ini...”Untuk pertama kalinya, Miranda memohon. Wajahnya serius, tak lagi penuh percaya diri seperti biasanya.“Aku memang salah karena tidak memberitahumu dari awal... tapi tolong... bantu aku kali ini saja. Aku akan membayarmu, berapa pun yang kau minta,” ujarnya tulus.Udin menghela napas.Baginya, tawaran uang bukanlah hal yang bisa menggoyahkan harga dirinya. Ia memang miskin, tapi bukan pengemis yang bisa dibeli.Namun, melihat wanita secantik Miranda memohon di hadapannya... hatinya sedikit luluh. Ia tidak tahan melihatnya bersedih.(Uang bisa dicari… tapi harga diri tetap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 9 - Terluka

Miranda sadar satu-satunya cara untuk mempertahankan kebohongannya adalah memperdalam hubungan palsunya dengan Udin.Ia harus tampil lebih meyakinkan sebagai pasangan.Walaupun sebagai wanita ia merasa dirugikan, tapi demi kelangsungan rencana ini, Miranda tak punya pilihan selain membiarkan Udin memainkan perannya sepenuhnya.“Itu tidak benar! Kami sudah lama bersama, hanya saja tidak ingin mengumumkannya ke siapa pun. Benar begitu, Sayang?” ucap Miranda penuh penghayatan, meski wajahnya memerah karena malu dan tegang.(Tolong bantu aku...) desaknya dalam hati, menekan tangan Udin dengan lembut namun penuh arti—sebuah sinyal jelas bahwa Udin harus segera bertindak.Udin bisa merasakannya.Meski sempat teralihkan oleh kedekatan fisik mereka, ia segera sadar ini bukan waktunya untuk terbawa suasana.“Mas Bro! Kenalin, aku Udin,” ujar Udin dengan senyum santai. “Aku nggak peduli sama bajuku atau penampilan luar. Yang penting, aku pacarnya Nona Miranda. Dan kamu? Kamu bukan siapa-siapa.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 10 - Karma

Andai saja Udin tidak datang, ia yakin malam ini akan berbeda. Tapi semuanya sudah terlambat.Meski begitu, Erik bukan tipe yang menyerah begitu saja. Dendamnya membara. Ia bertekad menyingkirkan Udin—secara diam-diam.Dan demi alibi yang kuat, Erik takkan bertindak sendiri. Ia akan menyewa seseorang untuk menyelesaikan masalah ini... secara permanen.***Di luar restoran, Udin dibantu Miranda berjalan perlahan menuju tempat parkir.Keduanya tampak tidak punya pilihan selain meninggalkan tempat itu setelah insiden pemukulan oleh Erik Penadol.Miranda tampak diliputi rasa bersalah, merasa insiden itu terjadi karena dirinya.“Aku benar-benar minta maaf. Karena aku, kau jadi terluka seperti ini,” ucap Miranda dengan nada sesal.Dia tak pernah membayangkan Erik akan melakukan hal seburuk itu. Segalanya di luar perkiraannya.Ia tak bermaksud membuat Udin tersakiti, namun kini semuanya sudah terlanjur. Penyesalan saja tidak cukup untuk mengubah apa pun.“Jangan salahkan dirimu, Nona Miranda.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status