Olivia benar-benar membuka matanya. Pelan. Perlahan. Bola matanya yang basah tampak bergerak, seperti mencari sesuatu di ruang itu. Napasnya masih berat, naik turun dengan ritme yang belum stabil, namun wajah pucatnya kini menunjukkan tanda-tanda kehidupan.Angelica tak mampu menahan luapan emosinya. Ia menjatuhkan diri di kursi di sisi ranjang, menggenggam dan mencium tangan kecil itu berulang kali. Air matanya jatuh deras tanpa bisa dihentikan. “Nak… Mama di sini… Mama di sini, Sayang… Terima kasih sudah kembali,” isaknya lirih, penuh syukur dan rasa tak percaya.Tangisnya bukan hanya karena haru, tapi juga karena rasa bersalah, cemas, dan sayang yang menumpuk begitu lama. Tubuh kecil itu telah berjuang keras, dan kini, membuka matanya seperti mukjizat nyata.Alex berdiri di samping ranjang, terdiam. Tubuhnya kaku, seperti tak mampu bergerak. Matanya menatap lekat pada Olivia yang kini menoleh pelan ke arahnya. Tatapan gadis kecil itu menembus pertahanannya, membuat dadanya sesak.
Terakhir Diperbarui : 2025-04-18 Baca selengkapnya