“Apa maksudmu?” tanya Alex pada penjaga rumahnya. Suaranya terdengar datar tapi dingin. “Nyonya barusan sudah dibawa ke rumah sakit, Tuan. Beliau benar-benar akan melahirkan. Bahkan air ketubannya sudah pecah,” jelasnya, agak tergesa. Alex mengernyit, sedikit terdiam. Pikirannya langsung tertuju pada Sophia. Dia memang tahu hari perkiraan lahirnya sudah dekat, tapi tak menyangka akan secepat ini. Apalagi, tanpa pemberitahuan. “Siapa yang menemani? Siapa saja yang ikut pulang ke rumahku?” tanya Alex, matanya menatap ke arah lantai meski dia tidak benar-benar melihat ke mana pun. “Tidak ada, Tuan. Nyonya hanya datang sendiri. Sekarang yang menemani ke rumah sakit cuma sopir dan pelayan baru Anda,” jawab sang penjaga rumah dengan nada penuh rasa bersalah. “Tolong segera ke rumah sakit, Tuan. Saya kasihan melihat Nyonya menangis,” lanjutnya. Alex mendecak pelan. Bukan karena marah pada penjaga rumah, tapi karena merasa semuanya begitu tiba-tiba dan tidak terkontrol. Setelah memat
Terakhir Diperbarui : 2025-04-15 Baca selengkapnya