Semua Bab Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan: Bab 31 - Bab 40

61 Bab

Bab 31

“Saya tidak mau ikut ke mana pun, Tuan. Tidak ada dalam perjanjian yang sudah kita sepakati kalau saya harus menemani Anda ke luar negeri.”Angelica berbicara dengan tegas dan jelas. Tidak ada ketakutan dalam suaranya. Wajahnya lurus menatap sang majikan, tak sedikit pun menunjukkan rasa gugup atau gentar. Ia tahu siapa pria yang berdiri di hadapannya. Ia tahu bagaimana sifat dan karakternya. Tapi untuk yang satu ini, Angelica sudah menetapkan hati. Tidak peduli bagaimana cara Alex memaksanya, dia tidak akan goyah.Angelica tidak mungkin menyerahkan dirinya begitu saja untuk sebuah permintaan yang tidak pernah dia sepakati sejak awal. Permintaan itu terlalu berat untuk dikabulkan. Terlalu melewati batas. Tidak ada orang waras yang bisa meninggalkan anaknya hanya untuk menuruti keinginan orang lain, apalagi seorang pria yang sejak awal hanya memperlakukannya seperti wanita penghibur. Ia tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa.Alex yang sejak tadi berdiri mematung, tiba-tiba melangkah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 32

Alex menarik sebuah kursi yang ada sandarannya. Dia duduk di sana lalu meminta Angelica untuk naik ke atas pangkuannya. “Duduklah, aku ingin kau ambil kendali permainan ini, tapi aku juga ingin melahap gunung kembarmu yang selalu melambai untuk disentuh,” ucap Alex.“Baik, Tuan.”Angelica lalu naik ke atas pangkuan Alex dan duduk berhadap-hadapan dengan pria itu, dia mengangkat sedikit bokongnya dan melakukan penyatuan dengan Alex kedua kaki Angelica berpijak pada ujung kanan dan kiri kursi itu tangannya melingkar di leher.Saat milik mereka menyatu, Alex memejamkan matanya seakan menikmati sentuhan hangat milik Angelica di bagian intinya. “Bergeraklah yang liar, Angel,” bisik Alex.Pria itu melahap puncak dada Angelica, sekali memberikan gigitan kecil di sana. Tangannya juga meremas dada itu seolah tak ada yang boleh terlewatkan untuk tidak disentuh olehnya. Sementara Angelica terus bergerak naik turun di atas pangkuan pria itu. Semakin lama miliknya semakin sering menjepit milik A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 33

Angelica dengan susah payah mengangkat koper besar milik Alex dan dimasukkan ke bagasi mobil. Tubuh mungilnya tampak kesulitan, tapi ia tetap berusaha tanpa minta bantuan Alex. William yang berdiri di dekat mobil sempat hendak maju membantu, namun Alex menggeleng pelan memberi kode agar dia tidak membantu Angel. William terpaksa mengurungkan niat, walau hatinya cukup miris melihat Angelica harus menangani beban sebesar itu sendirian.“Sudah, Tuan,” ucap Angelica setelah koper masuk dan bagasi tertutup.Alex berdiri sambil merapikan kerah jasnya. “Hmm. Titip rumahku. Bekerjalah seperti biasa dan—”“Bawel,” potong Angelica cepat lalu berbalik meninggalkannya.Angelica sudah bosan mendengar ceramah Alex sejak tadi. Dan jangan sampai dia kembali mendengar pesan yang sama, demi apapun terkadang Alex sangat menyebalkan dan bawel.“Ck.” Alex mendecak kesal. Ucapannya seperti angin lalu bagi wanita itu. Alex tidak suka diperlakukan seperti itu oleh Angelica. Siapapun yang bicara dengannya har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 34

Angelica mengernyit heran saat raut wajah sang anak berubah sedih saat melihat sepatu roda idaman Olivia ada di depan matanya.“Via gak suka, ya?” tanya Angel.Olivia mengangguk, “suka Mama. Tapi Via gak bisa memakainya. Via kan sakit,” jawabnya lesu.Angelica merangkak naik ke atas ranjang pasien. Lalu merengkuh tubuh sang anak membawanya dalam dekapan.“Justru mama sengaja belikan agar memotivasi Via untuk segera sembuh. Mama sudah membayar biaya operasinya, sekarang hanya tinggal menunggu kondisi Via membaik agar operasi bisa segera dilakukan. Via sayang sama Mama, kan?” tanya Angel. Lagi dan lagi gadis kecil itu mengangguk.“Maka berjanjilah pada Mama, Via akan pulih agar kita bisa segera pulang dari rumah sakit. Mama akan lakukan apapun untuk kesembuhan Via. Janji ya sayang, Via akan berjuang agar kondisi Via cepat stabil?” bujuk Angel. “Apa operasi itu sakit, Mama? Via takut,” ucapnya.Meski tidak pernah mengetahui operasi itu seperti apa, tapi entah kenapa semakin ke sini Oli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-13
Baca selengkapnya

Bab 35

Setelah menyelesaikan tugasnya hari ini—termasuk memenuhi permintaan Alex lewat video call yang membuatnya benar-benar lelah lahir batin—Angelica akhirnya bisa menarik napas lega. Ia duduk sebentar di tepi ranjang, masih di dalam kamar tempatnya biasa beristirahat selama bekerja di rumah itu. Handuk kecil yang tadi ia siapkan sudah tergantung di gantungan dekat kamar mandi. Ia bergegas berdiri, hendak membersihkan diri agar bisa segera bersiap pulang lebih awal. Hari ini cukup melelahkan, dan tubuhnya sudah terasa lengket serta pegal karena terlalu lama duduk di depan kamera.Baru beberapa langkah menuju kamar mandi, ponselnya tiba-tiba berdering. Getaran ponsel di atas meja membuat Angelica sontak menoleh. Ia segera berbalik dan mengambilnya. Tanpa perlu dilihat dua kali, ia tahu siapa yang menelepon. Hanya satu orang yang sering menghubunginya tanpa mengenal waktu: Alex.“Halo, Tuan,” jawab Angelica sambil sedikit membenarkan posisi duduknya di atas ranjang.“Besok Sophia akan mula
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 36

"Saya memanggil Anda ke sini untuk menyampaikan kabar baik," ujarnya tenang.“Be–benarkah, dok?” Angelica sampai terbatas saking hampir tak percaya dengan ucapan dokter Aurora. Biasanya selalu kabar buruk yang ia terima setiap kali dipanggil ke ruangan dokter tersebut. Tapi kali ini sejak Angelica memasuki ruangannya, senyum dokter Aurora tak pernah surut dari bibirnya. "Benar Bu. Kondisi Olivia sudah semakin membaik. Hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, terutama dari sisi kekuatan paru-parunya dan stabilitas detak jantungnya."Dokter Angelica menunjuk data-data dalam lembar kertas yang tadi diberikan oleh nya kepada Angelica. Meski Angelica tidak sepenuhnya mengerti bahasa dokter yang tertulis dalam selembar kertas tersebut, sebisa mungkin dokter Aurora menjelaskan secara detail kepada keluarga pasien. Bagi dokter Aurora Angelica adalah wanita yang hebat. Berjuang seorang diri demi buah hatinya yang mengidap penyakit mematikan seperti ini. Dokter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 37

Angelica membeku mendengar pertanyaan sang anak. Demi apapun dia nyesel beberapa hari ini mengajak sang anak pergi ke taman, sejak saat itulah Olivia jadi sering menginginkan untuk bertemu Papanya."Mama..." panggil Olivia lagi, setelah pertanyaannya tidak dijawab oleh sang mama. Mamanya justru sibuk melamun.Angelica menoleh, tersenyum, dan mengusap pipi anaknya lembut. "Iya, sayang. Kenapa?"Angelica berusaha untuk terlihat seperti tidak mendengar permintaan sang anak barusan, berharap agar Olivia melupakan permintaan yang tidak mungkin Angelica kabulkan.Olivia diam sejenak. Tatapan matanya tertuju ke jendela, memperhatikan langit sore yang mulai redup. Di luar, suara langkah kaki keluarga pasien lain terdengar samar-samar. Suasana rumah sakit memang tak pernah benar-benar sepi."Nanti waktu Via dioperasi... boleh nggak Papa nemenin?" tanya Olivia, suaranya penuh harap. Dia benar-benar ingin seperti anak-anak pada umumnya. Bahkan sejak bertemu dengan Alex, Olivia jadi sering tering
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 38

Siang harinya suster kembali menjemput Olivia untuk dibawa ke ruang pemeriksaan berikutnya. Mereka harus benar-benar memastikan kalau fisik Olivia benar-benar siap untuk dilakukan operasi besar.Setelah Olivia diangkat dari ranjang dan dipindahkan ke kursi roda, Angelica mendampingi putrinya dengan hati-hati menuju ruang pemeriksaan. Suster Emily berjalan di depan mereka, sementara beberapa perawat yang melihat memberikan senyum kecil, mengetahui betapa pentingnya pemeriksaan ini untuk Olivia.Olivia sedikit bingung, tubuhnya yang kecil terlihat lebih lemah dari biasanya, tapi dia tidak mengeluh. Angelica bisa merasakan berat hati di dadanya. Setiap langkah terasa lebih lambat, setiap detik yang berlalu terasa begitu berarti. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.Mereka sampai di ruang pemeriksaan, dan Olivia diangkat dengan hati-hati ke atas ranjang pemeriksaan yang sudah dipersiapkan. Peralatan di sekeliling ruangan itu cukup canggih, membuat Angelica sedikit ragu, tapi dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 39

Keduanya baru saja menyelesaikan adegan panas yang membuat Alex tak bisa tidur selama di luar negeri. Dia sudah membayangkan kegiatan panas yang harus ia lewati meski dalam permainan itu Angelica jiwanya seperti tidak ada di dalam kamar hotel ini, tapi Alex tidak peduli yang penting dia berhasil dibuat puas oleh Angelica. Bahkan barusan Angelica ingin segera pergi tapi pria ini masih menahannya. Angelica bersandar di dada bidang Alex, mereka masih berendam di kolam gelembung air panas. Sensasi air panas itu membuat tubuh keduanya menjadi rileks. Sementara tubuh Alex bersandar pada pinggiran kolam, tangan kirinya memegang gelas yang berisi whisky, sementara tangan kanannya memegang rokok yang asapnya sudah mengepul. Kebiasaan Alex yang dulu pernah hilang ketika bersama Angelica, ini justru kembali dijalani oleh pria itu. Tapi sekali lagi Angelica tidak peduli, dan tidak akan melarang Alex melakukan apapun yang pria itu inginkan. “Tuaaaaaan,” panggil Angel.“Hmmmmm, mau lagi?” balas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya

Bab 40

“Apa maksudmu?” tanya Alex pada penjaga rumahnya. Suaranya terdengar datar tapi dingin. “Nyonya barusan sudah dibawa ke rumah sakit, Tuan. Beliau benar-benar akan melahirkan. Bahkan air ketubannya sudah pecah,” jelasnya, agak tergesa. Alex mengernyit, sedikit terdiam. Pikirannya langsung tertuju pada Sophia. Dia memang tahu hari perkiraan lahirnya sudah dekat, tapi tak menyangka akan secepat ini. Apalagi, tanpa pemberitahuan. “Siapa yang menemani? Siapa saja yang ikut pulang ke rumahku?” tanya Alex, matanya menatap ke arah lantai meski dia tidak benar-benar melihat ke mana pun. “Tidak ada, Tuan. Nyonya hanya datang sendiri. Sekarang yang menemani ke rumah sakit cuma sopir dan pelayan baru Anda,” jawab sang penjaga rumah dengan nada penuh rasa bersalah. “Tolong segera ke rumah sakit, Tuan. Saya kasihan melihat Nyonya menangis,” lanjutnya. Alex mendecak pelan. Bukan karena marah pada penjaga rumah, tapi karena merasa semuanya begitu tiba-tiba dan tidak terkontrol. Setelah memat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status