Semua Bab Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris: Bab 71 - Bab 80

220 Bab

Bab 71 Pertarungan Tanpa Pedang

Ruangan utama kediaman keluarga Wijaya dipenuhi oleh para anggota keluarga besar. Suasana tegang terasa di udara, seolah sebuah badai akan segera meledak. Di tengah ruangan, Arka berdiri dengan tenang, tatapannya tajam mengarah pada Reza, yang berdiri di sisi lain dengan ekspresi penuh emosi. "Aku tidak menyangka kau akan sejauh ini, Reza," Arka membuka suara, suaranya tenang tapi penuh tekanan. Reza mendengus. "Kau yang merebut semuanya dariku! Aku hanya mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku." Kakek Wijaya, pemimpin keluarga, duduk di kursi besar di tengah ruangan. Tatapannya penuh kebijaksanaan dan ketegasan. "Cukup," suaranya menggema, membuat semua orang terdiam. "Aku ingin mendengar penjelasan dari kalian berdua." Arka melangkah maju. "Reza telah mencoba menghancurkan bisnis keluarga ini. Dia menggunakan koneksi gelapnya untuk mempengaruhi investor dan merusak kepercayaan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 72 Puncak Kekuasaan

Malam yang sunyi berubah menjadi arena pertarungan. Arka berdiri tegap, menatap pria penuh luka di hadapannya. Udara terasa berat, seolah menunggu ledakan yang akan terjadi kapan saja. Pria itu melangkah maju, matanya tajam. "Aku tidak akan menahan diri, Arka Wijaya." Arka mengangkat tangannya, bersiap. "Aku tidak mengharapkan sebaliknya." Dalam sekejap, pria itu melesat dengan kecepatan luar biasa. Pukulan pertama hampir mengenai rahang Arka, tapi dengan refleks cepat, Arka memiringkan kepala dan menangkis serangan itu dengan lengan bawahnya. "Cepat juga," gumam Arka. Pria itu tersenyum tipis. "Aku belum mulai." Tiba-tiba, serangan beruntun datang. Tendangan, pukulan, dan gerakan mengelabui yang hampir tak bisa diikuti mata biasa. Namun, Arka bukan lawan sembarangan. Dengan ketahanan dan teknik yang sudah diasah dalam berbagai pertarungan sebelumnya, ia mampu membaca pola serangan lawannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Bab 73 Strategi dan Ancaman

Sejak resmi menjadi pewaris utama Wijaya Corp, Arka mulai melakukan berbagai perubahan besar dalam struktur bisnis keluarga. Ia tahu, mempertahankan kejayaan perusahaan bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga strategi dan kecerdikan. Di ruang rapat utama, Arka berdiri di depan layar besar yang menampilkan diagram ekspansi bisnis mereka. Di hadapannya, para direktur utama duduk dengan penuh perhatian. "Kita harus mulai ekspansi ke sektor teknologi dan energi terbarukan," kata Arka dengan suara tegas. Salah satu direktur, Pak Darman, mengangkat tangan. "Tapi Tuan Muda, sektor itu memiliki persaingan ketat. Apakah Anda yakin ini langkah yang tepat?" Arka tersenyum tipis. "Justru karena persaingannya ketat, kita harus masuk sekarang. Dengan modal dan jaringan yang kita miliki, kita bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan kecil yang memiliki inovasi tinggi. Dengan begitu, kita tidak memulai dari nol, melainkan memperce
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 74 Langkah Besar dan Bayangan Persaingan

Pagi itu, langit Jakarta dipenuhi awan mendung, seolah menggambarkan ketegangan yang mengintai. Namun, di dalam ruang rapat utama Wijaya Corp, suasana justru dipenuhi dengan antusiasme. Arka berdiri di depan layar proyektor, menjelaskan strategi barunya. Para direktur, pemegang saham, dan jajaran eksekutif mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kita akan melakukan ekspansi besar-besaran ke sektor teknologi hijau dan AI. Dunia sedang bergerak menuju efisiensi energi, dan jika kita ingin tetap berada di puncak, kita harus beradaptasi lebih cepat dari pesaing kita." Pak Darman mengangkat tangan. "Arka, ini langkah yang berani. Tapi bukankah ekspansi ini membutuhkan investasi yang sangat besar?" Arka tersenyum. "Itulah mengapa kita akan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan luar negeri yang sudah memiliki teknologi tersebut. Kita tidak perlu memulai dari nol, kita hanya perlu bermitra dengan yang terbaik." Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 75 Bayangan Masa Lalu dan Strategi yang Menguat

Arka duduk di ruang rapat utama Wijaya Corp, menatap layar besar yang menampilkan berbagai angka pertumbuhan perusahaan. Para direksi dan eksekutif tersenyum puas. "Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, pertumbuhan Wijaya Corp melonjak hingga dua puluh persen," ujar salah satu analis keuangan. "Kolaborasi dengan perusahaan asing telah memberikan dampak besar pada ekspansi bisnis kita." Genta, yang duduk di samping Arka, tersenyum. "Sepertinya kita berhasil membuat gebrakan besar di industri ini." Azura menambahkan, "Tidak hanya dalam negeri, tetapi beberapa konglomerat luar negeri juga mulai mendekati kita untuk bekerja sama." Arka mengangguk. "Ini baru permulaan. Kita tidak boleh lengah. Pastikan semua investasi berjalan sesuai rencana, dan tidak ada celah bagi pihak luar untuk menggoyahkan stabilitas perusahaan." Para direksi mengangguk setuju. Keperca
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 76 Bayangan Masa Lalu yang Terserak

Arka duduk diam di ruang kerja kakeknya, pikirannya berkecamuk setelah mendengar penjelasan tentang orang tuanya. Hatinya menolak untuk mempercayai begitu saja. "Jadi, ayah menganggapku pengkhianat?" suaranya terdengar datar, tetapi matanya menyiratkan ketidakpercayaan. Kakek Wijaya menatapnya dalam. "Itulah yang dia tunjukkan selama bertahun-tahun. Dia tidak lagi membicarakanmu, tidak ingin mencari tahu keberadaanmu." Arka menggeleng perlahan. "Tapi… itu tidak masuk akal." Kakeknya menyipitkan mata. "Apa maksudmu?" Arka menghela napas panjang. "Saat aku mengejar Raksa, aku sempat bertemu ayah di dalam gua. Dia memberiku petunjuk, meskipun hanya sesaat. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang membenciku. Justru sebaliknya, dia seakan ingin membantuku." Ruangan itu mendadak sunyi. Kakek Wijaya mengusap dagunya, wajahnya menunjukkan ekspresi berpikir.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 77 Warisan Darah Juang

Malam yang semula tenang berubah menjadi arena pertempuran. Bayangan-bayangan hitam yang muncul dari kegelapan langsung menyerang Arka dan timnya. Genta dengan sigap menangkis serangan pertama, sementara Azura melompat ke samping, menghindari tusukan belati dari salah satu penyerang. Arka berdiri di tengah, menunggu momen yang tepat. "Mereka bukan orang sembarangan," gumamnya, memperhatikan gerakan lawan yang begitu terlatih. Salah satu pria bertopeng maju, mengayunkan pedang pendek ke arah Arka. Dengan refleks yang luar biasa, Arka menunduk dan menendang perut lawannya, membuatnya terpental ke belakang. Tanpa memberi waktu bagi lawan untuk bangkit, Arka melesat dan menghantam wajahnya dengan siku. "Kalian sebaiknya pergi sekarang jika tidak ingin berakhir lebih buruk," ujar Arka, suaranya penuh ancaman. Namun, para penyerang itu hanya tertawa. "Kami sudah dipersiapkan untuk menghadapi seseorang sepertimu, Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 78 Kebenaran yang Tersembunyi

Arka menatap pria yang berdiri di hadapannya. Wajah itu… meski ada garis-garis tua di sana, tetap menyimpan ketegasan yang ia ingat dari memori samar masa kecilnya. "Ayah…?" suara Arka bergetar, tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria itu mengangguk perlahan, matanya tajam namun penuh emosi yang tertahan. "Arka… akhirnya kita bertemu lagi." Genta dan Azura menahan napas. Mereka tahu betapa pentingnya momen ini bagi Arka. Arka melangkah maju, menatap pria itu lebih dekat. "Kau benar-benar ayahku?" Pria itu menghela napas panjang sebelum menjawab, "Ya, aku adalah Wiratama Wijaya, ayah kandungmu." Arka terdiam. Ada banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya. "Kalau begitu… di mana kau selama ini?" tanyanya penuh emosi. Wiratama menatapnya dalam. "Aku akan menjelaskannya, tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 79 Pertemuan yang Menegangkan

BRAK! Pintu kayu tua itu terlempar dari engselnya, menghantam lantai dengan suara keras. Debu berterbangan di udara. Arka dan yang lainnya langsung bersiap. Dari balik pintu, lima pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam melangkah masuk. Mata mereka penuh kebencian, gerakan mereka menunjukkan pengalaman dalam pertarungan. "Arka Wijaya, akhirnya kami menemukanmu," ucap salah satu pria dengan suara dingin. Arka tidak gentar. Ia maju selangkah. "Siapa kalian?" Pria itu menyeringai. "Kau tidak perlu tahu. Yang jelas, kami datang untuk menghabisimu." Tanpa aba-aba, mereka menyerang. Arka langsung menangkis pukulan pertama, lalu melompat ke belakang untuk menjaga jarak. Azura dan Genta juga bersiap menghadapi lawan masing-masing, sementara Wiratama mengamati pergerakan musuh dengan tatapan tajam. Seorang pria bertu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 80 Pertarungan Tanpa Batas

BRAK! Pintu kayu itu akhirnya jebol. Sekelompok pria bersenjata lengkap menyerbu masuk. Mata mereka penuh kebencian, wajah mereka tanpa ekspresi. Mereka bukan orang biasa—gerakan mereka tenang, disiplin, dan terlatih. Arka melangkah maju dengan tatapan tajam. "Siapa yang mengutus kalian?" Salah satu pria, yang tampak sebagai pemimpin, menyeringai. "Pertanyaan yang sia-sia. Kau pikir kami akan menjawabnya?" Arka mengepalkan tinjunya. "Baiklah. Kalau begitu, aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri." Tiba-tiba, pria itu mengangkat tangannya, memberikan isyarat. Dalam hitungan detik, pasukannya langsung menyerang. Arka bergerak cepat, menghindari serangan pertama. Dia berputar, lalu menghantam dada salah satu lawan dengan telapak tangannya. DUK! Pria itu terlempar ke belakang, menghantam tembok dan jatuh tak sadarkan diri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
22
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status