Malam yang sunyi berubah menjadi arena pertarungan. Arka berdiri tegap, menatap pria penuh luka di hadapannya. Udara terasa berat, seolah menunggu ledakan yang akan terjadi kapan saja. Pria itu melangkah maju, matanya tajam. "Aku tidak akan menahan diri, Arka Wijaya." Arka mengangkat tangannya, bersiap. "Aku tidak mengharapkan sebaliknya." Dalam sekejap, pria itu melesat dengan kecepatan luar biasa. Pukulan pertama hampir mengenai rahang Arka, tapi dengan refleks cepat, Arka memiringkan kepala dan menangkis serangan itu dengan lengan bawahnya. "Cepat juga," gumam Arka. Pria itu tersenyum tipis. "Aku belum mulai." Tiba-tiba, serangan beruntun datang. Tendangan, pukulan, dan gerakan mengelabui yang hampir tak bisa diikuti mata biasa. Namun, Arka bukan lawan sembarangan. Dengan ketahanan dan teknik yang sudah diasah dalam berbagai pertarungan sebelumnya, ia mampu membaca pola serangan lawannya.
Terakhir Diperbarui : 2025-03-17 Baca selengkapnya