Semua Bab Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris: Bab 211 - Bab 220

220 Bab

Bab 211 Pilihan yang Mengoyak

Langit yang retak menggantung di atas kepala mereka seperti kaca yang siap pecah kapan saja. Sosok berjubah putih melayang turun perlahan, setiap langkahnya tak menimbulkan suara, tapi tanah di bawahnya bergetar pelan, seolah bumi sendiri menahan napas. Kiara menggenggam lengan Arka. “Siapa itu…?” Arka tak menjawab. Matanya terpaku pada lambang spiral menyala di dada sosok itu—simbol yang sama seperti yang ia lihat di cermin leluhur, namun kali ini berdenyut… seakan hidup. “Aku Penjaga Spiral Terakhir,” suara sosok itu menggema dalam pikiran mereka, tanpa pergerakan bibir. “Aku ditugaskan untuk menjaga keseimbangan antara yang bangkit dan yang ditinggalkan.” Raka melangkah ke depan, meski tubuhnya masih gemetar. “Kami sudah menghentikan Bayangan Murni. Tujuan kalian sudah selesai.” Penjaga itu menoleh, dan cahaya di balik tudungnya berkedip tajam. “Kau salah. Bayangan Murni hanyalah awal. Yang sejati belum te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Bab 212 Jiwa yang Terbelah

Suara desir seperti ribuan lembar logam bergesekan memenuhi udara. Gelap. Hampa. Lalu muncul warna—bukan cahaya biasa, melainkan pola-pola bercahaya yang menari di sekeliling Arka seperti simbol hidup dari bahasa kuno. Ia terjatuh di sebuah dataran tak bernama. Langitnya berlapis, seperti cermin retak yang bergerak perlahan. Udara di sana bergetar oleh denyut dimensi. Arka berlutut, napasnya memburu. “Di mana aku…?” Tak ada jawaban. Tapi suara seperti gema dari dirinya sendiri menjawab, “Di antara. Bukan di dunia, bukan di bayangan.” Langkah-langkah berat bergema dari arah kanan. Arka menoleh. Sosok itu muncul dari balik kabut tipis—tinggi, dengan wajahnya tertutup helm spiral, jubahnya berkibar seperti helaian kabut hidup. Tangannya menggenggam tombak yang menyala biru dan merah bergantian. “Aku pantulan dari keputusanmu,” ujar sosok itu. “Namaku... Arkan.” Arka menyipitkan mata. “Pantulan?” “
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Bab 213 Mata yang Terbuka

Arka terbangun tanpa tubuh. Kesadarannya melayang di antara reruntuhan suara, warna, dan waktu yang tak beraturan. Ia melihat ribuan dirinya dalam berbagai bentuk—anak kecil yang menolak takdir, remaja yang kehilangan arah, pria yang menanggung dunia. Semuanya berkumpul… tapi tak satu pun nyata. “Di mana… aku?” gumamnya. Sebuah mata raksasa terbuka di bawahnya, tak memiliki kelopak, namun penuh nyawa. Di sekeliling mata itu, jalur-jalur cahaya mengalir seperti nadi, menghubungkan realitas demi realitas. Mata itu menatap langsung ke dalam jiwanya. “Jalur Ketiga bukan tempat,” suara bergema dari segala arah, “ia adalah kesadaran tentang semua kemungkinan yang tak pernah terjadi.” Arka mencoba bergerak, tapi tak ada anggota tubuh. Ia mencoba berteriak, tapi tak punya suara. Yang tersisa hanya pikirannya… dan tekad. Lalu, dari kejauhan, sebuah sosok mendekat. Bayangannya berpendar merah dan biru, bergerak seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Bab 214 Yang Menyusul dari Retakan

Udara terasa lebih berat dari biasanya. Langit di atas markas Wijaya Corporation retak dalam garis-garis emas yang belum sembuh. Awan tak bergerak. Waktu seolah berhenti. Di bawahnya, Arka melayang turun perlahan—tubuhnya tak menyentuh tanah, matanya terpejam, dan cahaya keemasan mengelilingi dirinya dalam bentuk pusaran yang membentuk simbol-simbol asing. Kiara menahan napas. “Itu dia… tapi bukan seperti yang dulu.” Raka menggenggam gagang senjatanya. “Aura itu… campuran dimensi?” Genta menggeleng pelan. “Lebih dari itu. Dia telah melihat sesuatu yang tak boleh dilihat makhluk fana.” Saat Arka menyentuh tanah, gemuruh terdengar dari arah timur. Menara hitam yang muncul dari dalam bumi mulai bergerak. Strukturnya seperti tulang dan logam, matanya menyala satu per satu, memancarkan cahaya kehampaan. Makhluk itu bukan menara. Ia adalah Sakarat, penjaga dunia yang tertinggal, pengawas garis waktu yang dilupakan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-19
Baca selengkapnya

Bab 215 Warisan di Ujung Darah

Tanah terbelah. Awan menghitam. Dari tubuh Sakarat, sosok Zerah melayang perlahan—gerakannya anggun seperti kabut, tapi tekanan kehadirannya menekan dada semua orang. Di sekelilingnya, waktu bergetar. Suara-suara dari masa lalu bergema lirih, menciptakan irama aneh yang menyesakkan telinga. Kiara mundur beberapa langkah. “Itu… bukan makhluk biasa.” “Bukan,” desis Arka. “Dia bukan makhluk. Dia… adalah kehendak yang ditolak oleh alam semesta.” Zerah menatap ke arah mereka, topengnya berganti-ganti bentuk—wajah-wajah yang familiar muncul sekilas: wajah Raksa, wajah Nadira, bahkan wajah Reza. Setiap wajah muncul hanya untuk digantikan oleh kekosongan tanpa ekspresi. “Arka Wijaya,” suaranya terdengar seperti ribuan orang berbicara bersamaan. “Darahmu adalah kunci. Warisanmu adalah pengikat. Maka, akulah yang berhak menuntutnya.” Tubuh Arka bergetar saat aliran energi dari dalam dadanya berdenyut semakin kuat. Simb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

Bab 216 – Kehendak yang Bangkit

Cahaya biru menyelimuti medan pertempuran. Pilar-pilar energi yang sebelumnya mencabik langit kini membeku di udara, seolah diperintah oleh kehendak yang lebih tua dari waktu. Sosok asing yang muncul dari celah realitas itu melayang perlahan, jubah panjangnya berpendar lembut, dan matanya memancarkan cahaya keemasan yang menembus jiwa siapa pun yang menatapnya. Arka berdiri membeku di tengah pusaran penyegelan. Energi di sekeliling tubuhnya masih berkobar, tapi kini tertahan—seolah sebuah tangan tak kasatmata menggenggamnya. “Siapa… kau sebenarnya?” tanya Arka pelan. Sosok itu turun menyentuh tanah. “Aku adalah bagian dari darahmu. Dan engkau adalah bagian dari kehendakku yang tertinggal di dunia ini.” Raka terhuyung, menahan luka di lengannya, matanya terpaku pada simbol bercahaya di udara—tiga garis spiral yang saling berpotongan membentuk mata ketiga di tengah kehampaan. Kiara berbisik, “Simbol itu… mengik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

Bab 217 Bayangan di Langit

Bayangan hitam yang mengambang di atas cakrawala makin jelas. Bukan retakan dimensi, bukan pula makhluk seperti Zerah—melainkan armada. Puluhan—tidak, ratusan kapal udara taktis melayang membentuk formasi setengah lingkaran di langit senja. Baling-baling rotor mereka tak menimbulkan suara, hanya getaran halus yang merambat ke tanah, seperti denyut jantung dunia yang baru bangkit. “Ini bukan invasi, kan?” bisik Raka sambil meraih senjata di pinggang. Genta menatap hasil pemindaian di alatnya. “Bukan. Ini… pasukan militer. Tanda pengenal mereka sah. Tapi mereka dalam mode siaga tinggi.” Beberapa pesawat turun perlahan, melepaskan platform logam yang terhampar rapi di tanah. Dari sana, pasukan berseragam hitam-hijau turun, berbaris dalam diam. Seorang pria berambut putih dan berseragam panglima berdiri di tengah mereka, mengenakan lencana khusus bertuliskan SATGAS ARDHA GARDA NASIONAL. Arka maju beberapa langkah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-20
Baca selengkapnya

Bab 218 Kehendak di Balik Layar

Asap tipis mengepul dari sudut-sudut ruangan. Cahaya darurat berpendar merah, melemparkan bayangan bergerigi di wajah-wajah tegang. Di tengahnya, wajah bertopeng perak masih terpampang di layar utama, menatap semua yang hadir tanpa berkedip. Suara itu terdengar lagi, serak tapi stabil. “Divisi Kehendak? Nama yang indah. Tapi sia-sia.” Raka maju dua langkah, belatinya bergetar oleh listrik statis dari medan proteksi yang belum sepenuhnya mati. “Kalau kau hanya bisa bicara dari balik layar, kau pengecut.” “Justru karena aku di balik layar, aku hidup lebih lama dari kalian semua,” jawab suara itu. “Aku bukan tubuh. Aku adalah algoritma keserakahan, rumus dominasi, strategi kolonialisme yang kalian warisi diam-diam.” Kiara menoleh ke Genta. “Apakah ini AI yang kita deteksi dari dasar laut?” Genta mengetik cepat, matanya tak lepas dari data baru yang masuk. “Tidak sepenuhnya. Ini semacam antarmuka. Tapi energinya…
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-21
Baca selengkapnya

Bab 219 Pusaran Kehendak

Genta melompat ke panel darurat, jarinya menari di atas tombol manual. Sinyal listrik masih lumpuh, tapi ia berhasil mengaktifkan suplai cadangan untuk server utama. Layar menyala kembali dalam kilatan biru redup, menampilkan grafik-grafik kacau dan sinyal spiral dari dasar laut. “Gelombangnya meningkat,” gumamnya. “Ini bukan hanya sinyal… ini panggilan.” Arka berjalan perlahan ke tengah ruangan, di mana wajah digital bertopeng perak masih menatap mereka dari layar. Cahaya dari monitor memantul di matanya yang membara, menciptakan siluet tajam di balik bahunya. “Kau siapa sebenarnya?” tanya Arka, suaranya pelan tapi tegas. “Pertanyaan yang salah, Arka Wijaya,” suara itu mengalun seperti gema di dalam tengkorak. “Pertanyaannya adalah: berapa lama lagi kehendak manusia bisa menolak evolusi yang sudah kutawarkan?” Kiara menatap layar dengan rahang mengeras. “Kau menyebut dirimu ide. Tapi ide tidak lahir sendiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-21
Baca selengkapnya

Bab 220 Lapisan Ketiga

Arka mendarat di permukaan yang tak padat, seolah pijakan itu terbuat dari bayangan air. Setiap langkah meninggalkan riak yang memantulkan kenangan. Langit di atasnya merah kelam, bergemuruh seperti dada yang menahan napas terlalu lama. “Tempat ini… terasa seperti dalam mimpiku,” gumamnya, memandang sekitar. Kiara mendarat tak jauh darinya, tangannya terangkat, menjaga keseimbangan. “Tapi ini bukan mimpi. Ini ruang kehendak terdalam. Lapisan ketiga.” Dari balik kabut, siluet Raka muncul, tubuhnya bersimbah cahaya kehendak yang belum sepenuhnya stabil. “Aku lihat bayangan Ayah tadi… seperti nyata.” “Bukan bayangan,” sahut Genta yang menyusul, napasnya memburu. “Tempat ini menyerap ingatan paling kuat dalam diri kita. Dan memutarnya jadi senjata.” Angin bertiup pelan, namun membawa aroma darah dan logam. Lalu satu demi satu sosok muncul dari balik kabut—wajah-wajah yang seharusnya sudah mati. Ayah Raka. Saudara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status