Arka terbangun tanpa tubuh. Kesadarannya melayang di antara reruntuhan suara, warna, dan waktu yang tak beraturan. Ia melihat ribuan dirinya dalam berbagai bentuk—anak kecil yang menolak takdir, remaja yang kehilangan arah, pria yang menanggung dunia. Semuanya berkumpul… tapi tak satu pun nyata. “Di mana… aku?” gumamnya. Sebuah mata raksasa terbuka di bawahnya, tak memiliki kelopak, namun penuh nyawa. Di sekeliling mata itu, jalur-jalur cahaya mengalir seperti nadi, menghubungkan realitas demi realitas. Mata itu menatap langsung ke dalam jiwanya. “Jalur Ketiga bukan tempat,” suara bergema dari segala arah, “ia adalah kesadaran tentang semua kemungkinan yang tak pernah terjadi.” Arka mencoba bergerak, tapi tak ada anggota tubuh. Ia mencoba berteriak, tapi tak punya suara. Yang tersisa hanya pikirannya… dan tekad. Lalu, dari kejauhan, sebuah sosok mendekat. Bayangannya berpendar merah dan biru, bergerak seperti
Terakhir Diperbarui : 2025-04-19 Baca selengkapnya