Tubuh Arka melayang perlahan dalam kehampaan putih yang berdenyut. Setiap detak terasa seperti gema dari masa lalu yang tak dikenal. Cahaya di sekelilingnya bukan sekadar cahaya—ia hidup, bernafas, mengamati. “...arka...” Sebuah bisikan menggema, datang dari segala arah. Bukan hanya suara, tapi perasaan. Seperti makhluk itu sedang menanamkan sesuatu ke dalam pikirannya. “Aku mendengarnya,” gumam Arka lirih. “Siapa kau…?” “Pewaris,” balas suara itu, kali ini lebih jelas. “Kau membawa darah dan ingatan. Kau diundang, bukan ditangkap.” “Diundang untuk apa?” tanya Arka, mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi tak ada otot yang menuruti. “Untuk mendengar. Untuk memilih,” jawab makhluk itu. “Kami pernah hidup di bawah tanahmu. Kami menciptakan, mengajar, menjaga. Tapi manusia melupakan kami.” “Dan sekarang kalian ingin kembali?” bisik Arka, matanya masih kabur. “Bukan kami y
Last Updated : 2025-04-11 Read more