Tous les chapitres de : Chapitre 41 - Chapitre 50

214

Bab 41 Ujian Bayangan

Arka membuka matanya, tetapi yang ia lihat hanyalah kegelapan. Udara di sekitarnya terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Suara napasnya menggema, menandakan bahwa ia berada di suatu ruang yang luas, namun entah di mana. "Raka? Azura? Genta? Isvara?" panggilnya. Tidak ada jawaban. Arka mulai melangkah, tetapi tanah di bawahnya terasa tak nyata, seperti berjalan di udara. Detak jantungnya meningkat. Di mana dia? Tiba-tiba, dari kegelapan, sebuah suara berat terdengar. "Kau siap menghadapi dirimu sendiri, Arka?" Seketika, cahaya merah menyala di depan Arka, memperlihatkan sosok seseorang yang sangat ia kenal—dirinya sendiri. Namun, versi dirinya yang berdiri di hadapannya bukanlah Arka yang biasa. Matanya berwarna hitam pekat, auranya dipenuhi kegelapan, dan ekspresi wajahnya dingin, tanpa emosi. "Aku adalah bayanganmu," ujar sosok itu. "Dan aku akan membuktikan ba
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 42 Keputusan Terakhir

Arka terbangun dengan tubuh terhempas ke tanah keras. Napasnya memburu, dadanya naik turun, dan kepalanya berdenyut hebat. Saat ia membuka mata, langit di atasnya bukan lagi ungu seperti di kuil Suvarnadvipa. Kini, yang terbentang adalah kegelapan pekat, disertai kilatan petir berwarna merah darah. Di sekelilingnya, Genta, Raka, Azura, dan Isvara juga tergeletak, masih berusaha mengumpulkan kesadaran mereka. "Apa yang terjadi…?" suara Genta terdengar serak. Arka bangkit dengan susah payah, matanya menyapu sekeliling. Mereka tidak berada di tempat yang mereka kenal. Tanah di bawah mereka berwarna hitam legam, seolah terbakar habis. Udara dipenuhi dengan kabut keunguan yang berputar seperti makhluk hidup. Tiba-tiba, terdengar suara langkah berat mendekat. DUK… DUK… DUK… Arka dan yang lainnya serentak menoleh ke arah suara itu. Dari balik kabut, muncul sesosok makhluk tinggi berkulit abu-abu, deng
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 43 Perpisahan yang Tak Terhindarkan

Begitu mereka melangkah keluar dari portal, hawa panas langsung menyergap tubuh mereka. Langit berwarna merah keunguan, dengan pusaran awan hitam yang bergerak seperti ombak di lautan. Angin bertiup kencang, membawa suara gemuruh dari kejauhan. Di hadapan mereka, terbentang padang pasir hitam yang luas, dengan batu-batu raksasa mencuat dari tanah seperti taring monster yang terkubur. Namun, yang paling mencolok adalah benteng raksasa di kejauhan—tujuan akhir mereka. Genta mengusap keringat di dahinya. "Aku tidak suka tempat ini. Terlalu… mati." Azura mengangguk, matanya tajam menelusuri sekeliling. "Kita harus tetap waspada. Agathos mungkin sudah tahu kita ada di sini." Isvara yang berdiri di belakang mereka tampak gelisah. Tangannya mengepal, matanya menatap tajam ke cakrawala. Ada sesuatu yang mengganggunya. Arka mendekatinya. "Isvara? Ada apa?" Gadis itu menoleh, lalu menghela napas panjang.
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 44 Jebakan di Gerbang Kematian

Angin dingin berdesir melalui celah-celah tembok batu yang menjulang tinggi. Cahaya merah samar dari bulan di langit yang kelam menciptakan bayangan aneh di atas tanah. Arka dan teman-temannya berdiri di depan gerbang raksasa yang setengah terbuka, memperlihatkan lorong gelap yang tampak tak berujung di dalam benteng. "Rasanya seperti kita melangkah ke dalam mulut monster," gumam Genta, menggenggam erat gagang pedangnya. Azura mengangguk, mata hijaunya menyala dengan waspada. "Kita tidak punya pilihan. Agathos ada di dalam, dan kita harus menghadapinya." Arka melangkah maju, merasakan hawa pekat yang menyelimuti sekelilingnya. Setiap pori-porinya seakan berteriak memperingatkan bahaya, tetapi ia sudah terlalu jauh untuk mundur. Tiba-tiba, sebuah suara bergaung di udara. "Kalian benar-benar nekat datang ke sini." Dari kegelapan, muncul sosok yang tidak asing bagi Arka. Jubah hitam yang berkibar,
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 45 Perangkap yang Mengguncang Hati

Angin malam berhembus tajam, membawa aroma logam dan debu yang pekat. Arka, Azura, Raka, dan Genta berdiri membeku, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Di depan mereka, Isvara berdiri dengan tatapan dingin, matanya bersinar merah kehitaman, auranya penuh dengan kegelapan yang menyesakkan dada. "Isvara… apa yang terjadi padamu?" suara Arka bergetar, mencoba memahami situasi. Isvara tersenyum tipis, tanpa sedikit pun kehangatan yang mereka kenal. "Aku hanya kembali ke tempatku seharusnya berada, Arka. Kalian terlalu percaya diri menganggapku sebagai sekutu." Azura menggertakkan giginya. "Jangan bercanda, Isvara! Kita sudah melalui begitu banyak hal bersama! Kau tidak mungkin mengkhianati kami!" Kael, yang berdiri di samping Isvara, terkekeh. "Kalian memang terlalu mudah percaya. Sejak awal, Isvara tidak pernah benar-benar berpihak pada kalian." Arka merasakan emosinya bergejolak, tetapi ses
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 46 Bayangan di Balik Penyanderaan

Isvara mengatur napasnya, mencoba memahami situasi di sekitarnya. Rantai energi merah yang membelenggu tubuhnya bukan sekadar penjara biasa—ia bisa merasakan kekuatan yang mengalir di dalamnya, seolah menghisap setiap tetes energinya sedikit demi sedikit. Di ruangan gelap itu, hanya ada cahaya redup dari kristal yang tertanam di dinding, berdenyut seperti jantung makhluk hidup. Udara terasa dingin, dan ada aroma besi yang pekat, seolah darah telah lama meresap ke dalam batu. Sosok berjubah hitam yang tadi berbicara dengannya masih berdiri di sudut ruangan, wajahnya tersembunyi dalam bayang-bayang. "Siapa kau?" suara Isvara terdengar lemah, namun matanya tetap tajam. Sosok itu tertawa pelan, suaranya bergema seperti angin yang berbisik di dalam gua. "Pertanyaan yang bagus, tapi jawabannya tidak akan mengubah nasibmu." Isvara menggertakkan giginya. "Kenapa aku di sini? Apa tujuan kalian?" Sosok i
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 47 Awal yang Manakjubkan

Suara gemuruh terdengar di balik pintu batu yang mengurung Isvara. Ia menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Apakah itu pertolongan? Atau ancaman baru? Tiba-tiba, retakan muncul di permukaan pintu. Cahaya biru berkilauan dari sela-selanya. Dengan satu ledakan keras, pintu itu hancur berkeping-keping, menghamburkan serpihan batu ke segala arah. Sosok yang berdiri di ambang pintu membuat Isvara terkejut. "Arka…?" suaranya serak, hampir tidak percaya. Arka berdiri dengan pedangnya terangkat, wajahnya penuh amarah dan keteguhan. Di belakangnya, Azura, Genta, dan Raka memasuki ruangan dengan waspada. Azura menghela napas lega. "Akhirnya, kami menemukannya." Namun sebelum mereka bisa mendekat, suara tawa menggema di udara. "Kalian benar-benar datang… seperti yang sudah kuduga." Dari bayang-bayang ruangan, sosok berjuba
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 48 Pilihan yang Menentukan

Isvara berdiri terpaku, tubuhnya masih terikat rantai energi merah yang berdenyut seperti makhluk hidup. Di hadapannya, sosok berjubah hitam mengulurkan tangan, menunggu jawaban. "Bergabunglah denganku... atau saksikan teman-temanmu mati satu per satu." Suaranya berbisik, namun terasa seperti petir yang menggelegar di telinga Isvara. Arka, Azura, Raka, dan Genta bersiap di belakangnya. Mata mereka penuh ketegangan, menunggu apa yang akan dilakukan Isvara. "Jangan dengarkan dia, Isvara!" seru Arka. "Kau bukan bagian dari mereka!" Isvara menatap teman-temannya. Ada sesuatu dalam sorot mata mereka yang membuat hatinya goyah—kepercayaan. Namun, bayangan dalam pikirannya masih mengusik. Ingatan yang samar-samar, tentang siapa dirinya sebenarnya. Tentang mengapa ia begitu penting bagi orang-orang ini. Sosok berjubah itu tertawa pelan. "Lihatlah mereka... mereka tidak tahu siapa dirimu
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 49 Pengorbanan yang Tak Terduga

Suasana di dalam ruangan itu semakin mencekam. Portal hitam di atas mereka semakin melebar, dan dari dalamnya, sosok raksasa dengan mata merah menyala turun ke tanah, menggetarkan seluruh tempat. Arka menggenggam pedangnya erat. "Kita harus keluar dari sini sebelum semuanya semakin buruk." Azura mengangkat belatinya, bersiap menyerang. "Pertanyaannya, bagaimana? Kita bahkan belum tahu apa makhluk itu!" Raka menatap Isvara dengan serius. "Kau bilang ingatanmu kembali... apakah kau tahu apa itu?" Isvara menatap makhluk raksasa itu dengan ekspresi tegang. "Itu... Guardian Kegelapan." Genta menelan ludah. "Guardian? Kau bercanda, kan?" Isvara menggeleng pelan. "Dia adalah penjaga tempat ini... dan hanya bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki darah dari garis keturunan tertentu." Sosok berjubah hitam tertawa. "Tepat sekali, Isvara. Dan kau adalah satu-satunya yang bisa menghen
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More

Bab 50 Jejak Tersembunyi

Dingin menusuk saat Arka dan yang lainnya melangkah melewati pintu batu raksasa itu. Udara di dalam terasa berat, seolah mengandung sesuatu yang tak terlihat. Cahaya biru samar melayang di udara seperti kunang-kunang, menerangi jalan berbatu yang tampak seperti bagian dari kuil kuno. Azura menyentuh dinding yang dipenuhi ukiran aneh. "Tempat ini... bukan sekadar reruntuhan biasa." Raka berjalan di sampingnya, mengamati pola-pola yang terpahat. "Aku pernah melihat simbol-simbol ini dalam buku kuno... Ini adalah bahasa kuno dari peradaban yang sudah lama hilang." Genta melirik sekeliling dengan waspada. "Jadi kita berada di tempat yang bahkan sejarah pun tidak mencatatnya? Menyenangkan sekali." Arka tetap diam, pikirannya masih tertuju pada Isvara. "Kalau ini tempat yang tersembunyi, berarti ada alasan kenapa kita dibawa ke sini." Tiba-tiba, suara lirih menggema di udara, seperti bisikan angin. "
last updateDernière mise à jour : 2025-03-13
Read More
Dernier
1
...
34567
...
22
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status