Semua Bab Terjebak Perangkap Sang CEO: Bab 11 - Bab 20

71 Bab

11. Acara Oma

Aruna sedang duduk bersila di atas ranjang, tenggelam dalam halaman buku yang sedang ia baca. Suasana kamar begitu tenang, hanya suara dentingan jam dan hembusan angin dari jendela yang terbuka sedikit. Setelah hari yang melelahkan, ia hanya ingin menikmati sedikit ketenangan.Namun, pintu kamar tiba-tiba terbuka tanpa ketukan.Baskara masuk dengan ekspresi datar, matanya langsung tertuju pada Aruna yang masih sibuk dengan bukunya. "Cepat bersiap. Oma mengundang makan malam," katanya dengan nada ketus, seakan menganggap perintahnya tidak bisa dibantah.Dengan enggan, ia bangkit dari tempat tidur. Namun, sebelum mengambil langkah, ia menatap Baskara. "Setidaknya ketuk pintu dulu sebelum masuk," cibirnya.Baskara terlihat tidak peduli dengan protes sang gadis. Pria itu melihat ke arah Aruna dari atas ke bawah lalu berkomentar sinis. “Ganti pakaianmu dengan sesuatu yang lebih pantas. Kamu ini bagian dari keluarga Adiwireja sekarang, berhenti memakai baju-baju lusuh seperti itu.”Kening A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

12. Keluarga Aruna

Aruna menatap layar ponselnya yang masih tidak juga menyala. Ia sedang menunggu balasan dari Baskara. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Baskara, tapi pria itu tidak menjawab. Mungkin sibuk. Atau mungkin sengaja mengabaikannya.Menghela napas, Aruna akhirnya mengetik pesan singkat.Aruna: Aku pergi keluar sebentarTanpa menunggu balasan, ia segera mengambil tasnya dan meninggalkan apartemen. Ia tidak mau Baskara tahu tujuannya ke rumah sakit untuk mengecek keadaan ibunya. Jika pria itu tahu, Aruna takut Baskara akan semakin mengontrol hidupnya.Perjalanan ke rumah sakit terasa panjang meski hanya ditempuh dalam hitungan menit. Sesampainya di sana, Aruna langsung menuju kamar perawatan ibunya. Anindya yang menemani sang ibu tersenyum begitu melihat Aruna datang.“Ibu baru aja tidur,” bisik Anindya.Aruna mengangguk dan duduk di samping ranjang, memperhatikan wajah ibunya yang mulai terlihat lebih sehat dibanding terakhir kali ia melihatnya. Mungkin pengobatan ini memang membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

13. Orang Dari Masa Lalu

Di taman rumah sakit, Aruna duduk bersisian dengan Adrian. Gadis itu membawa Adrian cepat-cepat menjauh dari ibu dan adiknya. Ia tidak mau Adrian membongkar rahasia pernikahannya kepada mereka.Aruna menghela napas panjang, mencoba menahan gejolak emosinya. Ia seharusnya sudah bisa mengabaikan Adrian, tapi pria itu justru makin menjadi."Aku dengar kamu sudah menikah," ujar Adrian, suaranya sarat dengan ketidakpercayaan. Mata pria itu menatap Aruna, seolah menuntut penjelasan.Aruna mengangkat dagunya, menolak menunjukkan kelemahan di depan pria yang telah mengkhianatinya. "Iya, memangnya kenapa?"Adrian tertawa pendek, tapi bukan tawa yang menyenangkan. "Serius, Aruna? Secepat ini kamu menikah? Kamu bahkan bilang belum mau menikah waktu kita masih bersama. Kamu bilang mau membiayai dulu adikmu kuliah."Ya, Adrian benar. Sampai satu hal membuat Aruna terpaksa melakukannya.Aruna mengepalkan tangannya, menahan dorongan untuk memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

14. Teman-teman Suami

Begitu mereka sampai di apartemen, Baskara langsung menutup pintu dengan keras, membuat Aruna tersentak. Tanpa memberi waktu untuk sekedar bernapas, pria itu langsung berbalik, menatapnya tajam."Apa maumu sebenarnya, Aruna?" suaranya dingin, penuh kecurigaan. "Kenapa aku menemukanmu dengan laki-laki lain di luar sana?"Aruna mengerutkan kening, merasa tidak terima dituduh begitu saja. "Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya kebetulan bertemu dengannya," jawabnya, mencoba bersikap tenang."Kebetulan?" Baskara mendengus sinis. "Jangan buat aku terlihat bodoh, Aruna. Kamu bertemu mantanmu, membiarkan dia menyentuhmu, dan membiarkannya bicara seolah-olah kamu masih menginginkannya!"Aruna mengepalkan tangan, hatinya mulai panas karena dituduh yang bukan-bukan. "Aku tidak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

15. Perilaku Baskara

Malam itu, Aruna duduk di ruang tengah apartemen, menunggu kepulangan Baskara. Jam di dinding sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam, dan pria itu belum juga tiba. Aruna tidak biasanya menunggu, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang ingin memastikan Baskara pulang dengan selamat. Entah karena perhatian, atau hanya rasa tanggung jawab sebagai istri kontraknya.Hawa dingin merayapi kulit Aruna saat ia merapatkan selimut di bahunya. Secangkir teh hangat di atas meja mulai mendingin, tidak tersentuh. Pikirannya terus melayang ke berbagai kemungkinan. Apakah Baskara sibuk dengan pekerjaan? Atau mungkin... bersama wanita lain? Pikiran itu menghantuinya lebih dari yang ia harapkan.Baru menjelang tengah malam, suara derit pintu masuk terdengar. Aruna segera menoleh. Sosok tinggi itu akhirnya muncul, namun ada yang berbeda dari biasanya. Baskara berjalan sedikit ol
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

16. Keesokan Hari

Pagi datang dengan cahaya matahari yang mulai merayap melalui celah tirai, tapi tidak ada kehangatan yang Aruna rasakan. Hanya dingin yang merayapi tubuh dan pikirannya. Matanya terbuka perlahan, lalu langsung menangkap sosok yang masih tertidur di sampingnya—Baskara.Napasnya tercekat, dan dalam hitungan detik, semua yang terjadi semalam kembali memenuhi pikirannya seperti gelombang pasang yang menghantam keras.Baskara pulang dalam keadaan mabuk. Mata pria itu merah, langkahnya goyah, tapi genggamannya tetap sekuat baja. Aruna ingat bagaimana tubuh Baskara menindihnya. Ia mencoba menghindar, menolak, bahkan berteriak, tapi semua itu sia-sia. Kata-kata Baskara masih terngiang di kepalanya, kasar dan penuh ego. Ia diperlakukan seolah-olah dirinya bukan manusia dengan perasaan, melainkan sekadar barang yang menjadi miliknya—istri dalam perjanjian yang harus sela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

17. Makan Siang Bersama Oma

Matahari siang bersinar cerah saat Aruna tiba di kediaman Oma, sebuah rumah klasik yang besar dengan taman luas dan bunga-bunga yang tertata rapi. Udara sejuk menyambutnya, memberikan sedikit ketenangan yang ia butuhkan setelah pagi yang begitu berat. Meski langkahnya terasa berat, Aruna tetap melangkah masuk dengan sikap seanggun mungkin. Ia tidak ingin perasaannya yang kacau karena kejadian semalam terlihat oleh siapa pun.Saat Aruna melangkah masuk ke ruang tamu, sosok Oma segera menyambutnya dengan senyuman hangat. Wanita tua itu mengenakan gaun berwarna pastel yang elegan, dipadukan dengan perhiasan sederhana namun berkelas. "Aruna, sayang! Akhirnya kamu datang!" serunya sambil meraih tangan Aruna dengan penuh kasih sayang.Aruna membalas senyuman itu, meski hatinya masih berat. "Maaf aku datang sedikit terlambat, Oma."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

18. Menjenguk Ibu

Selepas acara makan siang di rumah Oma, Aruna izin berpamitan setelah menghabiskan siang bercengkrama dengan Oma dan Arga. Untung saja ibu mertuanya ada acara lain yang mengharuskannya pergi lebih dulu.Berada di dalam mobil, Aruna menatap layar ponselnya dengan ragu. Jemarinya sudah mengetik pesan, tetapi kemudian ia menghapusnya lagi. Ia hendak meminta izin pada Baskara untuk pergi ke rumah sakit. Hanya saja, meminta izin pada Baskara bukanlah hal yang mudah, terlebih setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Namun, ia harus kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi ibunya.Dengan tarikan napas panjang, Aruna akhirnya menekan tombol panggil. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara berat di seberang menjawab.“Ada apa?” suara Baskara terdengar seperti biasa—datar dan penuh otoritas.Aruna menggigit bibirnya. Ia harus hati-hati dalam berbicara. “Aku mau ke rumah sakit lagi. Menjenguk temanku,” katanya, suaranya sehalus mungkin agar tidak memicu kemarahan pria itu.Hening
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

19. Ancaman Adrian

Adrian menyandarkan tubuhnya ke dinding koridor rumah sakit dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam menatap Aruna yang berdiri di hadapannya.“Kenapa adikmu tidak tahu kamu sudah menikah? Kamu merahasiakan pernikahanmu dari keluargamu sendiri? Sangat tidak masuk akal.” suara Adrian terdengar rendah, tapi penuh ancaman.Aruna menggigit bibirnya, menahan ketegangan yang mulai menjalari tubuhnya. “Itu bukan urusanmu, Adrian.”Adrian tertawa sinis. “Oh, tentu saja itu urusanku. Karena kalau kamu tidak memberitahu, aku yang akan memberitahu mereka.”Aruna merasakan darahnya berdesir dingin. Ia tidak bisa membiarkan Adrian melakukan itu, tidak sekarang. “Adrian, tolong. Aku akan memberitahu mereka saat waktunya tepat,” ucapnya dengan nada memohon.Pria itu mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh kemenangan. “Tepat menurutmu atau menurut suamimu? Kenapa kamu merahasiakan pernikahanmu? Apakah suamimu mengetahui hal ini juga? Atau apa mungkin dia yang menyuruhmu?”Aruna mengepalka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

20. Sendirian

Aruna menggenggam ponselnya erat. Layar terang menampilkan pesan dari Adrian, masih dengan ancaman yang sama dengan yang didengar Aruna di rumah sakit.AdrianAku serius, ArunaKalau kamu tidak mengikuti keinginanku, aku akan memberitahu semuanya ke ibumu dan AnindyaKira-kira bagaimana reaksi mereka mengetahui rahasia kamu?Sudah beberapa waktu Aruna hanya tertegun di dalam kamarnya. Pesan dari Adrian itu hanya dipandanginya dengan tatapan kosong namun dengan kepala yang riuh.Tangan Aruna gemetar saat membaca pesan itu. Jantungnya berdebar kencang, seolah rasa takutnya semakin nyata. Adrian tidak main-main. Jika dia benar-benar memberitahu ibu dan Anindya, segalanya akan hancur.Aruna menggigit bibir, pikirannya berkecamuk. Haruskah ia meminta bantuan Baskara? Meskipun hubungan mereka dingin, pria itu pasti tidak ingin pernikahan kontrak mereka terbongkar sebelum waktunya.Tanpa berpikir panjang, Aruna bangkit dari sofa dan berjalan ke kamar Baskara. Pintu kamar sedikit terbuka, mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status