Share

14. Teman-teman Suami

Penulis: nesitara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 15:00:54

Begitu mereka sampai di apartemen, Baskara langsung menutup pintu dengan keras, membuat Aruna tersentak. Tanpa memberi waktu untuk sekedar bernapas, pria itu langsung berbalik, menatapnya tajam.

"Apa maumu sebenarnya, Aruna?" suaranya dingin, penuh kecurigaan. "Kenapa aku menemukanmu dengan laki-laki lain di luar sana?"

Aruna mengerutkan kening, merasa tidak terima dituduh begitu saja. "Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya kebetulan bertemu dengannya," jawabnya, mencoba bersikap tenang.

"Kebetulan?" Baskara mendengus sinis. "Jangan buat aku terlihat bodoh, Aruna. Kamu bertemu mantanmu, membiarkan dia menyentuhmu, dan membiarkannya bicara seolah-olah kamu masih menginginkannya!"

Aruna mengepalkan tangan, hatinya mulai panas karena dituduh yang bukan-bukan. "Aku tidak me

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   15. Perilaku Baskara

    Malam itu, Aruna duduk di ruang tengah apartemen, menunggu kepulangan Baskara. Jam di dinding sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam, dan pria itu belum juga tiba. Aruna tidak biasanya menunggu, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang ingin memastikan Baskara pulang dengan selamat. Entah karena perhatian, atau hanya rasa tanggung jawab sebagai istri kontraknya.Hawa dingin merayapi kulit Aruna saat ia merapatkan selimut di bahunya. Secangkir teh hangat di atas meja mulai mendingin, tidak tersentuh. Pikirannya terus melayang ke berbagai kemungkinan. Apakah Baskara sibuk dengan pekerjaan? Atau mungkin... bersama wanita lain? Pikiran itu menghantuinya lebih dari yang ia harapkan.Baru menjelang tengah malam, suara derit pintu masuk terdengar. Aruna segera menoleh. Sosok tinggi itu akhirnya muncul, namun ada yang berbeda dari biasanya. Baskara berjalan sedikit ol

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   16. Keesokan Hari

    Pagi datang dengan cahaya matahari yang mulai merayap melalui celah tirai, tapi tidak ada kehangatan yang Aruna rasakan. Hanya dingin yang merayapi tubuh dan pikirannya. Matanya terbuka perlahan, lalu langsung menangkap sosok yang masih tertidur di sampingnya—Baskara.Napasnya tercekat, dan dalam hitungan detik, semua yang terjadi semalam kembali memenuhi pikirannya seperti gelombang pasang yang menghantam keras.Baskara pulang dalam keadaan mabuk. Mata pria itu merah, langkahnya goyah, tapi genggamannya tetap sekuat baja. Aruna ingat bagaimana tubuh Baskara menindihnya. Ia mencoba menghindar, menolak, bahkan berteriak, tapi semua itu sia-sia. Kata-kata Baskara masih terngiang di kepalanya, kasar dan penuh ego. Ia diperlakukan seolah-olah dirinya bukan manusia dengan perasaan, melainkan sekadar barang yang menjadi miliknya—istri dalam perjanjian yang harus sela

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   17. Makan Siang Bersama Oma

    Matahari siang bersinar cerah saat Aruna tiba di kediaman Oma, sebuah rumah klasik yang besar dengan taman luas dan bunga-bunga yang tertata rapi. Udara sejuk menyambutnya, memberikan sedikit ketenangan yang ia butuhkan setelah pagi yang begitu berat. Meski langkahnya terasa berat, Aruna tetap melangkah masuk dengan sikap seanggun mungkin. Ia tidak ingin perasaannya yang kacau karena kejadian semalam terlihat oleh siapa pun.Saat Aruna melangkah masuk ke ruang tamu, sosok Oma segera menyambutnya dengan senyuman hangat. Wanita tua itu mengenakan gaun berwarna pastel yang elegan, dipadukan dengan perhiasan sederhana namun berkelas. "Aruna, sayang! Akhirnya kamu datang!" serunya sambil meraih tangan Aruna dengan penuh kasih sayang.Aruna membalas senyuman itu, meski hatinya masih berat. "Maaf aku datang sedikit terlambat, Oma."

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   18. Menjenguk Ibu

    Selepas acara makan siang di rumah Oma, Aruna izin berpamitan setelah menghabiskan siang bercengkrama dengan Oma dan Arga. Untung saja ibu mertuanya ada acara lain yang mengharuskannya pergi lebih dulu.Berada di dalam mobil, Aruna menatap layar ponselnya dengan ragu. Jemarinya sudah mengetik pesan, tetapi kemudian ia menghapusnya lagi. Ia hendak meminta izin pada Baskara untuk pergi ke rumah sakit. Hanya saja, meminta izin pada Baskara bukanlah hal yang mudah, terlebih setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Namun, ia harus kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi ibunya.Dengan tarikan napas panjang, Aruna akhirnya menekan tombol panggil. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara berat di seberang menjawab.“Ada apa?” suara Baskara terdengar seperti biasa—datar dan penuh otoritas.Aruna menggigit bibirnya. Ia harus hati-hati dalam berbicara. “Aku mau ke rumah sakit lagi. Menjenguk temanku,” katanya, suaranya sehalus mungkin agar tidak memicu kemarahan pria itu.Hening

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   19. Ancaman Adrian

    Adrian menyandarkan tubuhnya ke dinding koridor rumah sakit dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam menatap Aruna yang berdiri di hadapannya.“Kenapa adikmu tidak tahu kamu sudah menikah? Kamu merahasiakan pernikahanmu dari keluargamu sendiri? Sangat tidak masuk akal.” suara Adrian terdengar rendah, tapi penuh ancaman.Aruna menggigit bibirnya, menahan ketegangan yang mulai menjalari tubuhnya. “Itu bukan urusanmu, Adrian.”Adrian tertawa sinis. “Oh, tentu saja itu urusanku. Karena kalau kamu tidak memberitahu, aku yang akan memberitahu mereka.”Aruna merasakan darahnya berdesir dingin. Ia tidak bisa membiarkan Adrian melakukan itu, tidak sekarang. “Adrian, tolong. Aku akan memberitahu mereka saat waktunya tepat,” ucapnya dengan nada memohon.Pria itu mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh kemenangan. “Tepat menurutmu atau menurut suamimu? Kenapa kamu merahasiakan pernikahanmu? Apakah suamimu mengetahui hal ini juga? Atau apa mungkin dia yang menyuruhmu?”Aruna mengepalka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   20. Sendirian

    Aruna menggenggam ponselnya erat. Layar terang menampilkan pesan dari Adrian, masih dengan ancaman yang sama dengan yang didengar Aruna di rumah sakit.AdrianAku serius, ArunaKalau kamu tidak mengikuti keinginanku, aku akan memberitahu semuanya ke ibumu dan AnindyaKira-kira bagaimana reaksi mereka mengetahui rahasia kamu?Sudah beberapa waktu Aruna hanya tertegun di dalam kamarnya. Pesan dari Adrian itu hanya dipandanginya dengan tatapan kosong namun dengan kepala yang riuh.Tangan Aruna gemetar saat membaca pesan itu. Jantungnya berdebar kencang, seolah rasa takutnya semakin nyata. Adrian tidak main-main. Jika dia benar-benar memberitahu ibu dan Anindya, segalanya akan hancur.Aruna menggigit bibir, pikirannya berkecamuk. Haruskah ia meminta bantuan Baskara? Meskipun hubungan mereka dingin, pria itu pasti tidak ingin pernikahan kontrak mereka terbongkar sebelum waktunya.Tanpa berpikir panjang, Aruna bangkit dari sofa dan berjalan ke kamar Baskara. Pintu kamar sedikit terbuka, mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   21. Sedikit Ketenangan

    Di rumah Oma, makan malam berlangsung dengan tenang, atau setidaknya bagi sebagian besar orang di meja makan. Hidangan-hidangan mewah tersaji di atas meja panjang yang tertata elegan, suara percakapan terdengar bersahut-sahutan, menciptakan atmosfer akrab khas jamuan keluarga.Namun bagi Aruna, suasana ini tidak lebih dari ujian kesabaran yang harus ia hadapi lagi dan lagi.Sejak awal kedatangannya, Aruna harus berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang entah kenapa masih saja ingin keluar. Ia merasa dua kali lipat lebih lelah dengan kondisinya. Yang ingin Aruna lakukan adalah menghilang tanpa pernah kembali atau ditemukan.Belum lagi Aruna masih harus menghadapi mertuanya, Kumala, ibu Baskara, yang tidak melewatkan kesempatan untuk menyindirnya dengan halus tapi menusuk.“Aruna, kenapa kamu berantakan sekali? Tidak pantas seorang istri dari keluarga Adiwireja terlihat lusuh seperti ini,” ujar Kumala dengan nada yang terdengar ramah, tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Aruna l

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   22. Pria Hipokrit

    Aruna melangkah masuk ke kantor pusat Adiwireja. Suasana kantor yang sibuk dengan karyawan berlalu lalang membuatnya sedikit terintimidasi, namun ia mencoba mengabaikannya. Kali terakhir ia menginjakkan kaki di kantor adalah saat pengunduran dirinya. Lalu tujuannya kali ini untuk menyetujui ajakan makan siang dengan Hani. Tapi sebelum bertemu Hani, Aruna ingin menemui Baskara lebih dulu.Hanya saja entah kenapa, sejak masuk ke dalam kantor, ada perasaan mengganjal di hatinya. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, tapi cukup membuatnya gelisah.Sesampainya di lantai eksekutif, Aruna berjalan mendekati meja sekretaris Baskara. Yasmin, sekretaris yang selalu terlihat profesional dengan setelan rapi dan rambut yang tertata sempurna, menatapnya dengan ekspresi kaku."Aruna–um, Bu Aruna," sapa Yasmin kikuk dengan senyum tipis. Asisten Baskara itu pasti masih kesulitan dengan posisi Aruna yang kini sebagai istri dari atasannya. Yasmin melanjutkan dengan sopan, "Ada yang bisa saya bantu?""Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   71. Hubungan Sepupu

    Oma memanggil semua anggota keluarga untuk berkumpul di ruang tengah vila. Aruna buru-buru merapikan dirinya dan mengikuti Baskara yang sudah lebih dulu melangkah keluar kamar. Di ruang tengah, suasana terlihat cukup hangat. Semua anggota keluarga telah duduk, beberapa membawa cangkir teh, yang lain hanya berbicara pelan sambil menunggu."Besok kita akan mulai lebih sore. Sepertinya pemandangannya akan lebih bagus jika kita pergi sore hari saat matahari mulai tenggelam," ucap Oma sambil menatap anggota keluarganya satu per satu. "Kita akan berdoa bersama, lalu menaburkan bunga seperti biasa."Semua mengangguk, hingga Baskara tiba-tiba berujar dengan nada tidak sepenuhnya setuju, "Kenapa tiba-tiba mengubah jadwal? Biasanya kita melakukannya di pagi hari? Aku sengaja memundurkan pekerjaanku ke sore hari karena acara ini biasa berlangsung sejak pagi."Aruna yang duduk bersisian dengan Baskara, langsung menoleh, ekspresinya berubah. Namun gadis itu tidak mengatakan apa pun.Ternyata apa y

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   70. Vila

    Langit Lombok sore berwarna biru dengan semburat jingga yang mulai menjalar perlahan menyambut kedatangan keluarga Adiwireja ke vila mereka, termasuk Aruna di dalamnya. Angin pantai membawa aroma laut yang asin dan segar, menyapu wajah Aruna saat ia berdiri di ambang pintu vila keluarga Baskara.Vila itu berdiri tenang di tepi pantai, menghadap langsung ke laut lepas. Bangunannya berarsitektur klasik tropis dengan jendela lebar berbingkai kayu, dan balkon luas yang menghadap ombak. Suasana di dalam vila hening, hanya suara debur ombak dan desir angin yang mendominasi.Baskara meletakkan koper di sudut kamar, lalu menghampiri Aruna yang masih berdiri terpaku memandangi pemandangan luar dari balik tirai tipis yang melambai.“Ada apa?” tanya Baskara lembut, memeluk tubuh istrinya dari belakang.Aruna hanya menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku cuma... ini terlalu indah. Juga sangat nyaman.”Baskara tersenyum, mengecup pelan pelipis Aruna. “Aku tidak pernah menyadari keindahan tempat ini

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   69. Kebersamaan Hangat

    Menjelang malam, Aruna akhirnya kembali ke apartemen. Begitu pintu dibuka, aroma khas apartemen yang familiar menyambutnya. Di ruang tengah, Baskara sedang duduk di sofa dengan laptop terbuka di pangkuannya, tapi langsung menoleh saat mendengar pintu terbuka.“Aku pulang,” ucap Aruna pelan, senyumnya tipis.Baskara mengangkat wajah. Mata pria itu berbinar begitu melihat Aruna masuk. Ia kemudian bangkit dan mendekat, menyambut Aruna dengan pelukan singkat. “Kamu kelihatan capek.”“Sedikit.” Aruna mengangguk. “Tadi habis dari rumah sekalian antar Anin pulang.”Mereka berdua lalu duduk di sofa, keheningan sejenak mengisi ruang.“Kamu sudah makan malam?” tanya Aruna.Baskara mengangguk. “Ya, aku makan lebih dulu karena kamu sudah makan dengan Anin. Tidak apa-apa?”“Ya, tidak apa-apa, Mas. Aku malah akan khawatir kalau kamu belum makan. Nanti kalau kamu sakit aku juga yang repot merawatmu,” ujar Aruna dengan senyum geli.Alis Baskara naik. “Maksudnya kamu tidak ikhlas merawatku kalau aku s

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   68. Pulang ke Rumah

    Aruna berdiri di depan rumah orang tuanya—rumah yang sudah lama sekali rasanya tidak ia kunjungi meski sebenarnya baru beberapa bulan saja. Banyaknya rentetan kejadian belakangan ini membuat kepergiannya dari rumah itu terasa sudah lama berlalu. Kini, Anindya yang tinggal di sana. Adiknya itu menolak untuk tinggal bersama Aruna dan memilih untuk tinggal sendirian di rumah orang tua mereka.Rumah itu menyimpan begitu banyak kenangan yang melekat dalam setiap dinding dan sudutnya. Udara senja terasa lebih berat ketika Aruna menatap pintu yang kini terbuka oleh Anindya.“Masuk aja, Kak. Mau istirahat dulu?” tanya Anindya sambil melepaskan sepatunya.Aruna mengangguk pelan dan mengikuti adiknya masuk. Saat melangkah melewati ruang tamu yang masih dipenuhi perabot lama, ada desir hangat sekaligus perih yang menghampiri dadanya. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa kecil, masa saat semuanya masih utuh.Hidup keluarganya mungkin tidak bergelimang harta. Namun Aruna bisa ingat saat orang tu

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   67. Obrolan Bersama Anindya

    Sambungan terputus begitu saja, menyisakan hening yang menekan telinga Aruna lebih keras dari suara apa pun. Ia masih mematung di kursinya, jari-jarinya menggenggam ponsel dengan kaku. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya, meski udara di restoran tidak panas.Tidak lama denting singkat terdengar. Satu notifikasi masuk.Aruna menunduk dengan detak jantung tidak karuan. Layar ponselnya kembali menyala. Kali ini bukan panggilan, melainkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.Tidak ada teks. Hanya satu file video.Dengan tangan gemetar, Aruna memutar video itu. Butuh waktu beberapa detik hingga gambar mulai bergerak. Seketika saja dunia Aruna seperti jungkir balik.Di layar, tampak seorang pria tua terbaring di atas ranjang besi, dalam sebuah ruangan yang tampak seperti fasilitas medis atau rumah sakit. Dindingnya kusam, pencahayaannya redup. Tidak ada tanda-tanda modernitas atau perawatan profesional. Hanya ranjang sederhana, alat infus menggantung yang tidak terpasang, dan tabung

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   66. Belum Aman

    Aruna baru saja selesai menyiapkan sarapan saat Baskara keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk dan wajah yang masih terlihat was-was.Pagi ini gerak-gerik Baskara lebih sigap dan waspada, Aruna bisa merasakannya. Sejak Aruna membuka mata, ke mana pun matanya tertuju, pasti ada Baskara di sana. Seakan suaminya itu tidak mau jauh-jauh dari Aruna, ingin memastikan bahwa dirinya bisa terlihat dan terlindungi dalam jangkauan Baskara."Aku bisa kerja dari rumah hari ini," ujar Baskara akhirnya setelah kembali muncul dengan pakaian kerjanya. Sambil berjalan ke arah Aruna dan bergabung di meja makan, ia berkata lagi, "Atau lebih baik aku tidak pergi ke kantor saja dan menemani kamu di sini?"Aruna menoleh, menatap mata suaminya yang menunjukkan kecemasan. Bibirnya tersenyum lembut. Ditambah hatinya terasa hangat karena sangat merasakan usaha Baskara yang masih berusaha menjaganya sejak ia memberitahu tentang teror itu.“Tidak usah, Mas,” ucap Aruna lembut sambil menyiapkan sarapan u

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   65. Lebih Waspada

    Senja mulai merayap perlahan, menggantikan cahaya matahari yang tadi menghangatkan ruangan. Lampu-lampu apartemen menyala lembut saat pintu utama terbuka dan suara langkah kaki Baskara terdengar memasuki apartemen. Aruna, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang sudah dingin di tangan, segera berdiri dan menyambut sang suami seperti biasa.“Capek, ya?” tanya Aruna sambil mengambil jas yang dikenakan Baskara.Baskara tersenyum kecil, lalu mengecup kening istrinya. “Tidak juga. Aku hanya ingin cepat pulang dan bertemu kamu.”Aruna terkekeh pelan, meski nada tawanya terdengar hampa. Ia berusaha bersikap seperti biasa dengan menyiapkan minuman, bertanya soal pekerjaan, dan menemani Baskara makan malam. Tapi pikirannya tidak pernah benar-benar fokus. Matanya sering melirik ke arah pintu. Tangannya kadang gemetar ringan saat mengambil sendok atau gelas.Baskara menyadarinya, tapi belum berkomentar. Sampai akhirnya mereka duduk berdua di sofa setelah makan, dan pria

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   64. Ketenangan Pagi

    Pagi itu, cahaya matahari yang hangat menyusup masuk lewat celah tirai kamar, menyorot lembut ke arah tempat tidur yang masih berantakan. Di sisi ranjang, Aruna duduk bersandar dengan selimut membungkus tubuhnya, rambutnya sedikit kusut namun wajahnya berseri. Di hadapannya, Baskara tengah mengenakan jasnya, bersiap untuk berangkat kerja.“Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku belum menyiapkan sarapan karena terlambat bangun,” gerutu Aruna, suaranya masih serak karena baru bangun.Tidurnya terlalu nyenyak hingga ia tidak menyadari hari sudah pagi. Ia bahkan tidak menyadari gerak-gerik Baskara yang pasti mengeluarkan suara-suara saat bersiap-siap. Apa yang terjadi semalam benar-benar membuat Aruna lelah dan hatinya penuh hingga tidur lelap.Baskara menoleh, lalu tersenyum kecil. Aruna perlahan mulai terbiasa dengan senyum sang pria yang hanya muncul untuk dirinya. Ia melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh pipi istrinya dengan lembut.“Kamu tidur nyenyak sekal

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   63. Menyalurkan Perasaan

    Ciuman mereka tidak lagi sekadar sentuhan bibir. Ada hasrat yang tertahan terlalu lama, ada gairah yang meronta untuk dilepaskan. Baskara mendekap Aruna erat, seolah ingin menyatu, bukan hanya tubuhnya, tapi juga hati dan luka-luka yang selama ini mereka simpan dalam diam.Baskara menatap Aruna sejenak, seolah meminta izin, memastikan bahwa ini adalah keinginan mereka berdua. Saat Aruna mengangguk pelan, dengan mata yang berkaca, ia tahu tidak ada lagi yang perlu diragukan.Dengan satu gerakan lembut namun tegas, Baskara mengangkat Aruna ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar. Cahaya temaram lampu tidur menyinari kulit mereka, menciptakan bayang-bayang yang seolah ikut menyaksikan malam yang menjadi momen penting bagi dua insan itu.Begitu Aruna berada di atas ranjang, Baskara bergabung di sana. Tubuhnya bera

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status