Semua Bab Terjebak Perangkap Sang CEO: Bab 51 - Bab 60

71 Bab

51. Saling Menemukan

Aruna menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar, tubuhnya semakin lemah diterpa dinginnya hujan. Napasnya tersengal, tapi ia berusaha tetap sadar. Di seberang telepon, suara Baskara terdengar panik.“Aruna, bertahanlah. Aku akan menemukanmu,” suara pria itu berat namun penuh ketegasan dan ketenangan.Air mata Aruna bercampur dengan hujan yang membasahi wajahnya. “Aku takut… Aku kedinginan, Baskara…” suaranya nyaris tidak terdengar.Baskara terdengar mengumpat pelan, lalu mencoba berbicara lebih lembut, “Tetap sadar, Aruna. Kamu dengar aku? Terus bicara denganku. Kamu ada di mana sekarang? Apa yang bisa kamu lihat?”Aruna mengerjap, mencoba fokus di sekelilingnya. “A-aku jatuh ke jurang. Di sini ada pohon besar. Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

52. Untuk Aruna

Baskara berdiri membatu di depan dokter, merasakan dadanya sesak. Kata-kata dokter masih menggantung di udara."Persediaan darah dengan golongan yang cocok tidak tersedia saat ini. Kita butuh pendonor segera."Matanya beralih ke Aruna yang terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, napasnya lemah. Baskara mengepalkan tangan. Tidak. Dia tidak akan membiarkan Aruna pergi.“Aku.” Suara Baskara serak, nyaris bergetar. “Cek darahku. Aku akan jadi pendonor.”Dokter mengangguk, segera memberi isyarat pada perawat. Sementara itu, Arga yang berdiri di dekat pintu angkat bicara.“Aruna punya adik.”Baskara menoleh cepat, sorot m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

53. Kembalinya Anindya

Aruna perlahan membuka matanya, cahaya putih dari lampu rumah sakit menusuk penglihatannya yang masih buram. Suara mesin medis berdetak pelan di sampingnya, sementara aroma antiseptik khas rumah sakit memenuhi hidungnya. Tubuhnya terasa berat, lemas, dan kepala masih berdenyut pelan.Ia mencoba menggerakkan jarinya, lalu perlahan matanya berkeliling, mencoba mengenali tempat ia berada. Begitu kesadarannya semakin pulih, ia menyadari seseorang duduk di samping tempat tidurnya.Baskara.Pria itu menatapnya dengan sorot mata tajam yang terlihat terkejut. Ada kecemasan yang tertahan, seperti ia baru saja melewati neraka hanya untuk bisa berada di sini."Aruna?" suara Baskara serak, nyaris seperti bisikan.Aruna menelan ludah, ten
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

54. Saling Memaafkan

Tidak lama Baskara keluar dari ruang perawatan untuk memanggil Anindya, adiknya itu muncul. Gadis itu membuka pintu dan berdiri di ambang pintu, ragu-ragu, seolah masih mempertimbangkan apakah keputusannya untuk datang adalah hal yang benar.Aruna menatap adiknya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia ingin berbicara, ingin meminta maaf, ingin mengucapkan terima kasih, tapi tenggorokannya terasa tercekat.Anindya akhirnya melangkah masuk, menyilangkan tangan di depan dada. "Bagaimana kabar Kak Aruna? Sekarang Kakak sudah baik-baik saja sekarang?" tanyanya dengan nada datar.Aruna mengangguk pelan. "Terima kasih," ucapnya lirih. "Terima kasih sudah menyelamatkanku, Nin."Anindya mendesah, lalu duduk di kursi di samping tempat tidur Aruna. "Aku cuma melakukan apa yang har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

55. Kejujuran Baskara

Setelah Anindya berpamitan dan keluar dari ruang perawatan, Aruna masih tersenyum kecil, hatinya terasa lebih hangat setelah berbincang dengan adiknya. Namun, senyum itu perlahan memudar saat ia menyadari tatapan Baskara yang masih berdiri di dekat pintu, baru kembali dari mengantar Anindya ke luar ruangan.Baskara melangkah mendekat, menarik kursi, dan duduk di samping ranjang Aruna. Ia tidak langsung berbicara, hanya mengamati wajah istrinya dengan sorot lembut yang jarang ditunjukkan. Hal itu membuat Aruna menelan ludah diam-diam.“Kalian bicara apa saja?” tanya Baskara, suaranya tenang tapi penuh rasa ingin tahu.Aruna menoleh ke arah Baskara, menatapnya sejenak sebelum menghela napas pelan. “Kami bermaafan dan saling menerima kesalahan masing-masing. Lalu kami mengingat masa kecil kami,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya

56. Ulang Tahun Oma

Satu minggu setelah Aruna pulih sepenuhnya, ia dan Baskara tiba di kediaman Oma dengan tangan yang saling bertaut. Wajah keduanya tampak tenang, meskipun ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dengan penuh rasa ingin tahu.Saat memasuki ruang utama, suasana hangat langsung menyambut mereka. Dekorasi bernuansa klasik memenuhi ruangan, dengan bunga-bunga segar yang menghiasi setiap sudut. Musik lembut mengalun, dan tamu-tamu yang hadir tampak menikmati suasana perayaan ulang tahun Oma yang ke tujuh puluh.Oma, yang mengenakan kebaya anggun berwarna krem, segera tersenyum lebar saat melihat mereka. “Aruna! Baskara! Akhirnya kalian datang!”Aruna melangkah maju dan memeluk Oma dengan lembut. “Selamat ulang tahun, Oma. Semoga selalu sehat dan bahagia.”“Terima kasih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

57. Progres Kecil

Baskara melepas jasnya begitu mereka masuk ke dalam apartemen. Aruna yang duduk di sofa masih mengingat ajakan Oma tadi.Setelah hanya tinggal keluarga inti, Oma membahas tentang agenda perjalanan mereka ke sebuah vila keluarga di Lombok. Yang Aruna tangkap, acara itu untuk mengenang kematian kakek keluarga Adiwireja.“Baskara,” panggilnya pelan.Pria itu menoleh sambil menggulung lengan kemejanya. “Hm?”“Tadi Oma bilang soal perjalanan ke pantai. Itu acara tahunan keluarga, ya?”Baskara mengangguk, lalu duduk di sebelah Aruna. “Iya. Setiap tahun keluarga kami pergi ke vila di Lombok untuk mengenang Opa. Beliau meninggal di sana.”Aruna mengangguk pelan, mencoba memahami. “Aku bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

58. Sebuah Pengakuan

Siang itu, rumah Oma dipenuhi aroma kayu manis dan teh melati. Tercium juga aroma manis dari kue dan roti yang sedang dibuat ART untuk menyuguhi cucu-cucunya yang akan datang. Aruna melangkah masuk ke ruang tamu dengan senyum hangat, dan matanya langsung menangkap sosok Arga yang tengah duduk di sofa, tertawa kecil bersama Oma yang memegang cangkir teh.“Eh, Aruna!” seru Oma dengan semangat begitu melihat cucunya datang. “Kamu ke sini sendiri?”“Iya, Oma. Baskara tiba-tiba ada pekerjaan. Tapi katanya nanti sore dia akan menyusul ke sini.” Aruna menghampiri, duduk di sisi Oma, sementara Arga menyapanya dengan anggukan dan senyum lembut.Oma membalas dengan gerutuan. “Padahal ini akhir pekan, tapi dia tetap sibuk bekerja.”Ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

59. Bisa Menggombal

Di supermarket, Aruna dan Baskara mendorong troli bersama. Suasana di antara mereka terasa hangat dan ringan, seperti pasangan yang sudah terbiasa berbagi keseharian. Aruna berdiri di sisi troli, sementara Baskara dengan santai berjalan di sampingnya, kadang membantu mengambil barang dari rak."Aku mau masak ayam lada hitam, ebi furai, dan tumisan sayuran. Kamu suka, ‘kan?" tanya Aruna sambil melirik ke arah Baskara.Baskara tersenyum tipis. "Apa pun yang kamu masak pasti aku suka."Aruna mendelik manja, merasakan pipinya lagi-lagi memanas. "Berhenti menggombal, Baskara.""Lho, aku bukan menggombal. Itu aku bicara jujur," goda Baskara dengan tawa pelan."Kalau bicaramu manis terus, nanti aku bisa diabetes," jawab Aruna
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

60. Si Peneror

Harum aromatik dari bumbu masakan memenuhi udara di area dapur saat Aruna sibuk mengaduk wajan di atas kompor. Wajahnya terlihat fokus, dengan celemek bermotif bunga yang membalut tubuhnya. Di sampingnya, Baskara berdiri dengan tangan penuh tepung, hasil dari percobaannya yang gagal menguleni adonan untuk ebi furai yang akan dibuat oleh Aruna.“Ini memang seharusnya begini?” gerutu Baskara sambil menunjukkan mangkuk yang isinya lebih mirip adonan mainan anak-anak daripada makanan.Aruna melirik dan tertawa geli. “Ya tentu saja tidak. Itu jadi lebih mirip lem daripada adonan ebi furai,” godanya sambil mencubit lengan suaminya.Baskara pura-pura tersinggung. “Hei! Aku ini calon koki andalan kalau kamu kasih kesempatan,” ujarnya sambil mengambil coba mengupas kulit udang dengan pisau yang hanya berakhir dengan ia hampir memotong jari sendiri.Aruna refleks memegang tangan Baskara. “Astaga, hati-hati dong!” katanya dengan nada panik, lalu tertawa karena melihat ekspresi bingung suaminya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status