Apa?Aku tertegun sejenak, lalu tertawa sinis, "Dewita, kamu nggak pura-pura lagi akhirnya?"Selama ini, dia selalu berpura-pura polos, lemah dan menyedihkan.Bahkan setiap kali aku dihina, dipukul atau dihukum dengan keras, dia akan berlagak membelaku, seolah berhati lembut dan baik.Akhirnya dia berhenti berpura-pura sekarang."Apa maksudmu? Aku memang selalu begini, hanya kamu saja yang iri padaku," jawab Dewita seenaknya."Sudahlah, aku malas berdebat. Sampaikan ke Steve, jangan sampai ingkar janji jam dua siang nanti. Susah payah dapat jadwal, kalau dia batal lagi, prosesnya bakal tertunda berbulan-bulan."Aku hendak menutup telepon, tapi Dewita buru-buru menahanku."Nora, belakangan ini Steve pergi mencarimu, 'kan?"Nada suaranya menjadi tajam, langsung menyebut nama pria itu tanpa sebutan kakak, terdengar jelas rasa cemburunya.Aku tersenyum samar, menyadari mereka sedang bertengkar. Bukannya simpati, aku malah merasa puas, "Iya, dia memang datang mencariku, lalu kenapa?""Dasar
Read more