Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gelora Cinta Pria Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Tameng Pelindung

Suara nyaring Rinjani membuat suasana akhirnya semakin terkontrol. Sisa wawancara dadakan itu berlangsung dengan cukup kondusif.Tidak berapa lama, manajer beserta tim Kiara datang membantu mereka. Dengan kedatangan manajernya Kiara lalu bisa masuk ke dalam rumah dengan Brama. Sementara itu, Rinjani ikut membantu mengakhiri wawancara itu dan memastikan kalau semua wartawan itu sudah pergi dari sana. Senyum ramah dan kalimat manis terus keluar dari mulut manajer dan tim Kiara. Tidak terlihat sedikitpun kemarahan meski perlakuan anarkis wartawan tadi nyaris melukai artis mereka. Setelah membereskan semuanya, baru Rinjani ikut masuk bersama dengan mereka ke dalam rumah.Rinjani bisa merasakan manajer Kiara menatapnya sinis beberapa kali tapi dia hanya mengabaikannya. Manajer Kiara adalah seorang pria berpenampilan flamboyan dengan blouse motif bunga dengan celana chinos berwarna cokelat. Gaya jalannya sedikit kemayu.“Bikin repot semua orang saja! Kalau sekretaris harusny
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

12. Semua Ketahuan!

“Sendiri, Dok.” Rinjani tersenyum tipis, dia tidak ingin terus-menerus mengasihani diri sendiri. Selama dia mencoba mengeraskan hatinya dan menganggap semua hanya pekerjaan, dia tidak seharusnya sakit hati.“Kalau begitu, biar saya panggilkan perawat biar bantu kamu menebus obatnya di depan.”Setelah membebat semua lukanya, Rinjani mulai merasakan sakit yang tadinya tidak terasa. Langkah kakinya mulai pincang, dan dia bahkan kesulitan menginjak pedal gas mobil yang dikendarainya. Tetapi, dia tetap memaksakan diri untuk kembali ke kantor dan mengurus semuanya. Untungnya karena mereka cepat mengatasi hal itu, masalahnya tidak sampai ke fluktuasi saham. “Coba hubungi pihak media, supaya berita klarifikasinya cepat ditayangkan. Jangan lupa, untuk komentar di akun sekarang dinon-aktifkan dulu.”Popularitas Kiara yang besar, dan ditambah hobi masyrakat untuk menggali kehidupan pribadi artis memberikan efek yang tidak bisa diremehkan. Bahkan sekarang muncul beberapa artike
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

13. Paksaan Rinjani

Telinga Rinjani serasa berdengung mendengar itu. Sesaat rasanya otaknya menolak mencerna apapun.“Yu, benar kamu tinggal bersama Mas Brama?!”Rinjani pucat pasi, dia tidak tahu harus menjawab apa. Mulutnya terasa kelu tidak mampu berkata-kata.Ibunya mengguncang tubuh Rinjani frustrasi. “Yu, jawab pertanyaan ayah kamu! Itu bohong, kan?!”Rinjani hanya bisa menggelengkan kepalanya, air mata bergulir cepat dari matanya terjatuh di lengan ibunya yang terus mengguncangnya penuh emosi.Tangan renta ibunya, memegang kuat lengan Rinjani berharap mendengar jawaban ‘tidak’ dari anaknya itu.“Maaf, Bu. Maafin Ayu, Yah.”Rinjani jatuh berlutut dan memegang kaki ibunya. Dia tahu dia salah tapi rasanya dunianya runtuh saat melihat kekecewaan orangtuanya.Ketakutan terbesarnya terjadi sudah. Foto-foto itu sangat jelas menunjukkan dia dan Brama pulang dan pergi bersama setiap hari dari apartemen itu. Dari fotonya mengenakan pakaian kerja, hingga fotonya mengenakan pakaian rumah biasa saat
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

14. Kekecewaan seorang Ayah

“Aku Cuma bicara kenyataan, Ma. Kenapa mama marah?” Brama bicara dengan sangat tenang, seolah dia hanya membicarakan cuaca siang itu. “Aku dan Kiara akan bertunangan, mama nggak usah khawatir.” Meski kerutan di keningnya dan wajah lelah Brama menunjukkan kalau masalah ini juga mempengaruhinya tapi saat bicara, Brama begitu tenang.Terkadang Rinjani ingin merobek ekspresi tenang di wajah pria itu. Rasanya tidak adil dia yang hancur dan terpojok sendirian.Ayah Rinjani menghela napas dalam, "Mas Brama, mungkin mas tidak menghargai Rinjani, tapi dia adalah anak yang sangat saya sayangi. Saya nggak mau dia sedih.”Rinjani, yang berdiri di samping ayahnya, merasa dadanya sesak. Air matanya hampir jatuh lagi, tapi dia berusaha menahannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya, yang selama ini selalu patuh dan tidak banyak bicara, akan berani berbicara seperti ini di depan majikannya sendiri.Ayahnya, yang hanya seorang supir, tegas membelanya tanpa takut di depan orang yang sudah dila
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

15 Murka Sang Adik

“Maaf, Yah. Ayu tahu salah.”Apapun yang dia katakan, rasanya tidak akan bisa membenarkan apa yang sudah dia lakukan.Demi cinta, dia sampai melupakan dirinya sendiri. Pria paruh baya itu mengusap dadanya yang terasa sesak. “Ayah nggak mau dengar permintaan maaf kamu, ayah Cuma mau tahu kenapa?!”Rinjani tersentak mendengar nada tinggi di suara ayahnya itu. “Ini salah ibuk, tahu kamu punya rasa ke Mas Brama tapi masih saja membiarkanmu kerja di perusahaan itu.”Rinjani buru-buru menggelengkan kepalanya. Ini semua adalah kehendaknya sendiri.Sejak awal, beasiswa yayasan Abiyasa itu tidak mewajibkannya untuk bekerja di Abiyasa Group, tapi ibunya menyuruhnya bekerja di sana sebagai salah satu cara balas budi.Tetapi, kalau Rinjani sendiri tidak ingin, dia akan punya cara untuk menolak saran ibunya itu. Seperti yang dilakukan adiknya yang menolak bekerja di perusahaan itu. “Yu, kamu itu perempuan. Kalau kamu sendiri nggak sayang sama diri kamu, orang lain juga nggak akan bisa
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

16. Tidak Tahu Terima Kasih?

Orangtua mereka juga ikut bangkit, mencoba menenangkan Radit. "Ini bukan saatnya untuk menambah masalah! Emosi kamu hanya akan membuat semuamua makin kacau!" kata ayah mereka dengan suara tegas.Radit berhenti berjalan tapi wajahnya masih dipenuhi amarah. "Yah, setelah semuanya terjadi ayah masih mau nahan aku? Karena semua hutang budi omong kosong itu?""Radit, tolong," Rinjani memohon, suaranya gemetar. "Kakak tidak mau kamu terlibat dalam masalah ini. Aku nggak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri, kalau kamu juga ikut terluka."Radit menghela napas gusar semua kalimat itu tidak membuat amarahnya mereda. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Lalu apa rencana kakak Apa kita harus terus diam saja? Pasrah?”Rinjani mengangkat kepalanya perlahan, matanya berkaca-kaca. "Radit, ini juga salahku," ujarnya dengan suara lemah. "Dari awal, dia sudah bilang kalau dia tidak akan serius. Sekarang, aku hanya mendapatkan akibatnya.Setelah semuanya, dia tidak bisa me
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

17. Tamparan Pertama

“Apa perlu ayah dan ibu temani?” Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggelengkan kepalanya. “Ya, Bu. Ini adalah masalahku, biar aku yang menyelesaikannya.”Tiga orang itu menatapnya serentak, ada keraguan di sana.Tetapi, Rinjani bersikeras. Dia tidak ingin orangtuanya mendengar kalimat menyakitkan dari Brama.“Kalau kakak ragu, biar aku saja yang temani bagaimana?”Rinjani kembali menggelengkan kepalanya. “Banyak orang nggak akan membuat semuanya semakin mudah.” Dia lalu mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Aku berjanji, nggak akan hubungan lagi dengan Brama.”Masih ada rasa sakit di hatinya ketika mengatakan itu, tapi Rinjani jauh lebih bertekad sekarang. Kalau dia masih meneruskan hubungannya dengan Brama, dia merasa menyia-nyiakan semua rasa sayang dan perhatian keluarganya. Meski sedikit ragu, akhirnya keluarga Rinjani menyetujui.Keesokan harinya, Rinjani berangkat ke kantor dari apartemen adiknya. Dia masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang kemarin sempat d
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

18. Bucin Akut

Rinjani sendiri menatap tangannya tidak percaya. Darimana dia mendapat keberanian untuk menampar Brama? Sadar apa yang dia lakukan, mendadak jantungnya berdebar kencang dan tangannya sedikit gemetar, dia takut sendiri menatap reaksi pria itu. Brama masih menatap Rinjani dingin, bagai elang yang siap memburu mangsanya. Tatapan mata pria itu menggambarkan berbagai emosi yang Rinjani tidak bisa baca.Brama menghela napas, lalu dengan nada datar, dia berkata, "Kalau kamu mau keluar, bayar penalty, sebelum kamu membayarnya kamu bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu seperti biasa.”Rinjani frustrasi, dia ingin sekali menjambak rambutnya. Semuanya terasa sangat tidak adil. Sikap tenang pria itu membuat Rinjani merasa seakan dia telah bersikap tidak rasional dan terlalu kekanakan.Rinjani menatap Brama, matanya berkaca-kaca. Dengan langkah gontai dia keluar dari ruangan itu. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatakan ke orangtuanya kalau dia sudah gagal untuk mengundurkan diri dari pe
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

19. Akhirnya Takut

Radit dan Rinjani saling bertatapan, dan langsung menolak. “Bu, Radit nggak setuju.”“Yah, coba dipikirkan lagi. Kerja di sawah itu berat, apalagi kalian berdua sama sekali nggak terbiasa kerja seberat itu di terik matahari.”Kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memasak, menyupir dan membersihkan mobil itu sangat berbeda dengan bekerja di ladang.“Iya, umur ayah dan ibu juga sudah tidak muda lagi. Kalian sudah kerja dari dulu sampai sekarang, untuk kami, sekarang kami sudah besar, biar gantian kami yang kerja untuk ayah dan ibu.”Radit menambahi dengan nada sangat sabar. Dia menjaga agar tidak mengeluarkan kata yang menyinggung hati ayah dan ibunya.“Kami masih punya tenaga! Kenapa harus mengandalkan kalian? Biar uangnya kalian simpan saja untuk keluarga kalian nanti.” Ibu mengangguk menyetujui kalimat yang diucapkan suaminya itu. “Iya, apalagi Radit. Kamu itu laki-laki, harus sudah mulai mengumpulkan uang untuk calon istrimu nanti.”“Aku juga menyisihkan untuk di
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

20. Permainan Baru Kiara

“Ini caramu untuk memberontak?”Rinjani menghela napas panjang. “Bram, kamu nggak capek gini terus? Aku nggak lihat kamu seperhatian ini waktu kita masih bersama, kenapa sekarang kamu seakan enggan?”Dengan sikap Brama yang selama ini angin-anginan terhadapnya, awalnya Rinjani kira, mengakhiri hubungan dengan Brama akan sangat mudah. Tetapi, penolakan pria itu membuat Rinjani bertanya-tanya. Apakah Brama memiliki rasa padanya?“Kamu pergi begitu saja tanpa membawa satu pun barang pemberian dariku. Jadi semua yang kamu berikan ke aku selama ini, kamu berikan gratis?”Rinjani menahan amarahnya. “Aku hanya ingin keluar dari perusahaan sekarang. Selain itu tidak ada hal lain yang aku inginkan.” “Harga semua perhiasan ini mungkin cukup untuk membayar biaya penalty itu.”Saat mendengar itu, ada setitik penyesalan muncul di hati Rinjani. Dia tahu, kalau semua perhiasan yang diberikan Brama padanya tidak ada yang murah. Tetapi dia langsung menahan perasaan itu. Dia tahu, Brama mengat
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status