Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 17. Tamparan Pertama

Share

17. Tamparan Pertama

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-03-08 22:44:45

“Apa perlu ayah dan ibu temani?”

Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggelengkan kepalanya. “Ya, Bu. Ini adalah masalahku, biar aku yang menyelesaikannya.”

Tiga orang itu menatapnya serentak, ada keraguan di sana.

Tetapi, Rinjani bersikeras. Dia tidak ingin orangtuanya mendengar kalimat menyakitkan dari Brama.

“Kalau kakak ragu, biar aku saja yang temani bagaimana?”

Rinjani kembali menggelengkan kepalanya. “Banyak orang nggak akan membuat semuanya semakin mudah.” Dia lalu mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Aku berjanji, nggak akan hubungan lagi dengan Brama.”

Masih ada rasa sakit di hatinya ketika mengatakan itu, tapi Rinjani jauh lebih bertekad sekarang. Kalau dia masih meneruskan hubungannya dengan Brama, dia merasa menyia-nyiakan semua rasa sayang dan perhatian keluarganya.

Meski sedikit ragu, akhirnya keluarga Rinjani menyetujui.

Keesokan harinya, Rinjani berangkat ke kantor dari apartemen adiknya. Dia masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang kemarin sempat d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gelora Cinta Pria Arogan   18. Bucin Akut

    Rinjani sendiri menatap tangannya tidak percaya. Darimana dia mendapat keberanian untuk menampar Brama? Sadar apa yang dia lakukan, mendadak jantungnya berdebar kencang dan tangannya sedikit gemetar, dia takut sendiri menatap reaksi pria itu. Brama masih menatap Rinjani dingin, bagai elang yang siap memburu mangsanya. Tatapan mata pria itu menggambarkan berbagai emosi yang Rinjani tidak bisa baca.Brama menghela napas, lalu dengan nada datar, dia berkata, "Kalau kamu mau keluar, bayar penalty, sebelum kamu membayarnya kamu bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu seperti biasa.”Rinjani frustrasi, dia ingin sekali menjambak rambutnya. Semuanya terasa sangat tidak adil. Sikap tenang pria itu membuat Rinjani merasa seakan dia telah bersikap tidak rasional dan terlalu kekanakan.Rinjani menatap Brama, matanya berkaca-kaca. Dengan langkah gontai dia keluar dari ruangan itu. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatakan ke orangtuanya kalau dia sudah gagal untuk mengundurkan diri dari pe

    Last Updated : 2025-03-09
  • Gelora Cinta Pria Arogan   19. Akhirnya Takut

    Radit dan Rinjani saling bertatapan, dan langsung menolak. “Bu, Radit nggak setuju.”“Yah, coba dipikirkan lagi. Kerja di sawah itu berat, apalagi kalian berdua sama sekali nggak terbiasa kerja seberat itu di terik matahari.”Kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memasak, menyupir dan membersihkan mobil itu sangat berbeda dengan bekerja di ladang.“Iya, umur ayah dan ibu juga sudah tidak muda lagi. Kalian sudah kerja dari dulu sampai sekarang, untuk kami, sekarang kami sudah besar, biar gantian kami yang kerja untuk ayah dan ibu.”Radit menambahi dengan nada sangat sabar. Dia menjaga agar tidak mengeluarkan kata yang menyinggung hati ayah dan ibunya.“Kami masih punya tenaga! Kenapa harus mengandalkan kalian? Biar uangnya kalian simpan saja untuk keluarga kalian nanti.” Ibu mengangguk menyetujui kalimat yang diucapkan suaminya itu. “Iya, apalagi Radit. Kamu itu laki-laki, harus sudah mulai mengumpulkan uang untuk calon istrimu nanti.”“Aku juga menyisihkan untuk di

    Last Updated : 2025-03-10
  • Gelora Cinta Pria Arogan   20. Permainan Baru Kiara

    “Ini caramu untuk memberontak?”Rinjani menghela napas panjang. “Bram, kamu nggak capek gini terus? Aku nggak lihat kamu seperhatian ini waktu kita masih bersama, kenapa sekarang kamu seakan enggan?”Dengan sikap Brama yang selama ini angin-anginan terhadapnya, awalnya Rinjani kira, mengakhiri hubungan dengan Brama akan sangat mudah. Tetapi, penolakan pria itu membuat Rinjani bertanya-tanya. Apakah Brama memiliki rasa padanya?“Kamu pergi begitu saja tanpa membawa satu pun barang pemberian dariku. Jadi semua yang kamu berikan ke aku selama ini, kamu berikan gratis?”Rinjani menahan amarahnya. “Aku hanya ingin keluar dari perusahaan sekarang. Selain itu tidak ada hal lain yang aku inginkan.” “Harga semua perhiasan ini mungkin cukup untuk membayar biaya penalty itu.”Saat mendengar itu, ada setitik penyesalan muncul di hati Rinjani. Dia tahu, kalau semua perhiasan yang diberikan Brama padanya tidak ada yang murah. Tetapi dia langsung menahan perasaan itu. Dia tahu, Brama mengat

    Last Updated : 2025-03-11
  • Gelora Cinta Pria Arogan   21. Beda Tangan

    Kiara tertawa sinis. "Berakhir? Kamu pikir aku percaya omong kosongmu itu? Aku tahu kamu masih mencoba menggoda Brama. Kamu pikir aku tidak melihat caramu memandangnya?"Rinjani menggelengkan kepalanya lelah. “Aku hanya ingin bekerja dengan tenang. Aku nggak punya waktu untukk semua kosong ini.”Dia bahkan tidak peduli lagi apakah kamera itu menyala atau tidak. Di berniat segera kembali ke meja kerjanya. Tetapi, Kiara menahan lengan Rinjani. Dia memegangnya dengan sangat kuat, hingga kuku-kuku cantik gadis itu, nyaris terbenam di lengan Rinjani.Tanpa bisa ditahan, Rinjani meringis kesakitan. “Lepaskan!” gumamnya lirih, penuh tekanan.“Kiara mengangkat alisnya, lalu dengan nada yang penuh ejekan, dia bertanya, "Berapa?"Rinjani mengerutkan kening. "Apa?""Berapa yang harus aku bayar agar kamu mau pergi dari kehidupan Brama? Berapa harga yang kamu inginkan untuk keluar dari perusahaan ini?" ujar Kiara dengan suara yang dingin.Rinjani merasa seperti ditampar. Dia tidak menyangka K

    Last Updated : 2025-03-12
  • Gelora Cinta Pria Arogan   22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

    Kiara merasa harga dirinya benar-benar jatuh di depan pria ini. Dia tidak pernah berinisiatif mendekati laki-laki sebelumnya.Dan sebagai seorang penyanyi terkenal dengan jutaan fans, laki-laki yang biasanya mengejarnya, tapi dengan Brama semua itu seakan tidak ada artinya. Namun, di sisi lain itu membuatnya semakin tertantang untuk menakhlukkan pria itu.“Kapan kamu akan membiarkan Rinjani keluar dari perusahaan?” tanyanya tiba-tiba. Brama mengerutkan kening. “Karyawanku bukan urusanmu.”Tanpa orang lain, seperti inilah komunikasi yang selalu terjadi di antara mereka.“Aku bukan bermaksud ikut campur, hanya saja kelihatan banget Rinjani sudah nggak mau bekerja di sini. Mungkin dia canggung dengan semua yang terjadi. Takut karyawan yang lain juga membicarakan.”Mata Brama menatap tajam Kiara. “Siapa yang berani membicarakan tentangku dan Rinjani di kantor?”“Bram! Sebentar lagi kita akan bertunangan. Setelah kejadian ini, kalau Rinjani masih terus bekerja di sini, kecurigaan

    Last Updated : 2025-03-13
  • Gelora Cinta Pria Arogan   23. Niat Menikah

    Seketika semuanya langsung berubah hening begitu Radit mengatakan hal semacam itu. Suasana ringan yang tadi berhasil di bangun menjadi runtuh seketika.Rinjani melotot kesal ke arah Radit yang saat itu merasa sangat bersalah.“Kenapa? Apa kamu mau mengenalkan seseorang?” tanya Rinjani berusaha mencairkan suasana. “Memangnya kalau ada, kakak mau?”Rinjani ingin mengatakan kalau dia hanya bercanda. Dia baru saja mendapatkan hasil pahit dari kegagalan hubungannya dengan Brama. Dalam waktu sesingkat itu, dia sama sekali tidak siap untuk bertemu dengan pria baru.Tetapi, saat itu dia merasakan tatapan penuh antusias dari kedua orangtuanya. Rinjani menelan kembali semua penolakan yang sudah berada di ujung lidahnya.“Kalau ada yang cocok, kenapa nggak?” Dia berusaha membuat suaranya seringan mungkin, senyum di bibirnya juga sangat lebar, menyembunyikan semua keengganannnya jauh dalam hati.Dia kira pembicaraan akan berhenti sampai di sana. Namun, kenyataan tidak semudah itu.Ra

    Last Updated : 2025-03-14
  • Gelora Cinta Pria Arogan   24. Tumbang

    Rinjani mengibaskan tangannya yang basah ke depan wajah Radit hingga percikan air mengenai wajah adiknya itu.“Kenapa terkejut? Bukannya tadi kamu yang mancing-mancing?”Radit menggaruk kepalanya salah tingkah, cengiran lebar terbit di wajahnya. “Aku nggak sengaja, Kak. Maaf.” Rinjani menggelengkan kepalanya. “Kalau ini bisa menenangkan hati ibu dan ayah, mungkin nggak masalah kalau aku melakukannya.”“Oke, kalau begitu. Besok akan aku tanya ke dia. Tenang saja.” Radit menggosokkan tangannya bersemangat. “Dia itu kakak kelasku dulu waktu kuliah, dia juga orang yang awal-awal jadi investor di awal-awal kantorku berdiri. Sampai sekarang, dia masih jadi konsultan di sana. Orangnya baik, tampangnya juga ... not bad lah.”Radit hendak mengatakan kalau pria yang hendak dia kenalkan ke kakaknya itu juga ganteng, tapi dia segera mengurungkan niatnya. Mengingat pria yang bersama dengan Rinjani selama bertahun-tahun adalah Brama.Meskipun dia tidak menyukai sifat Brama, dia tidak bisa me

    Last Updated : 2025-03-15
  • Gelora Cinta Pria Arogan   25. Keanehan Brama

    Rinjani berusaha membuka matanya, tapi kelopaknya terasa seperti diberi beban. Suara-suara bising silih berganti memenuhi telinganya.“Dia kelelahan, kurang cairan dan kurang tidur, asam lambungnya juga naik. Dia butuh istirahat total," kata suara itu, tegas.Tidak lama kemudian ada suara lain muncul, lebih dalam, lebih tegas. Rinjani mengenali suara itu—suara Brama. “Terima kasih, Dokter.”Tidak lama kemudian Rinjani mendengar ponselnya berbunyi keras."Dia tidak bisa bertemu denganmu sekarang!" terdengar suara Brama, keras dan penuh kendali.Rinjani ingin membuka matanya, ingin bertanya apa yang terjadi, tapi tubuhnya menolak. Kepalanya terasa berdenyut-denyut, dan semua suara itu hanya membuatnya semakin pusing. Akhirnya, dia memutuskan untuk menyerah pada keinginan tubuhnya yang meminta untuk terlelap.Saat Rinjani akhirnya terbangun, pandangannya kabur. Dia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup di ruangan.Perlahan, dia menyadari bahwa dia

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Masa Lalu Belum Selesai

    Brama menatap keluar jendela. Di seberang jalan, sebuah keluarga muda berjalan sambil tertawa—ayah, ibu, dan anak kecil di antaranya."Aku baik-baik saja," bohongnya, menyesap kopi yang sudah dingin.Ibu Brama meraih tangannya. Untuk pertama kalinya sejak kecil, Brama merasakan sentuhan hangat ibunya tanpa jarak.“Mama selalu menganggap Rinjani gadis yang baik. Hanya saja, karena latar belakangnya mama tidak pernah membayangkan kalau kalian akan bersama.”Jauh di dalam dirinya sudah sangat tertanama kalau pernikahan itu harus setara secara ekonomi.Dia sangat bangga pada Brama dan berharap anaknya itu mendapatkan yang terbaik. Tentu saja, seorang anak pembantu tidak akan pernah masuk radarnya.Karenanya saat pertama kali dia tahu, wanita itu merasa dikhianati. Dikhianati oleh pembantu yang sudah begitu lama bekerja dengannya, dikhianati oleh anaknya sendiri.Tetapi sekarang, dia mempertanyakan kembali, apa sepenting itu.“Dia gadis yang baik, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”“Apa

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Kesadaran Terlambat

    Ayah Brama diam lama. “Apa kamu benar-benar nggak akan membantu papa?”Brama menggelengkan kepalanya. “Baiklah kalau begitu. Biar papa pikirkan sebentar.”Wajah pria paruh baya itu terlihat keruh. Dia sulit menerima kenyataan yang ada di depan mata.Siapa yang tidak punya simpanan dan selingkuhan di sekitar mereka? Kenapa hanya dia yang diceraikan istrinya? Laki-laki itu benar-benar merasa kehilangan muka.Ini semua karena perempuan itu yang terusDia langsung menelepon Ratri, ibu Kevin itu. Suara ayahnya melengking, tidak seperti biasanya. "Kenapa kamu mengirim semua foto-foto itu ke istriku!!”Brama menggosok pelipisnya. Dia bisa mendengar suara cempreng ibu Kevin dari speaker telepon—suara yang dibuat-buat polos, tapi terlalu bernada kemenangan."Aku tidak mengerti, Sayang. Maksud kamu apa?”“Jangan pura-pura bodoh! Karenamu, istriku tahu tentang kehamilan itu dan mau menceraikanku?!”“Cerai? Bagus dong? Bukankah ini yang kita tunggu? Sekarang kita bisa menikah dan anak kita ngga

  • Gelora Cinta Pria Arogan   77. Punya Malu

    “Aku tidak akan menandatangani surat cerai itu! Kita sudah terlalu tua untuk berpisah! Jangan jadi seperti anak-anak lah!"Brama menyenderkan tubuhnya ke jendela, menyeruput kopi dinginnya dengan tenang yang sengaja dibuat-buat. "Kalau Papa sadar sudah tua," ujarnya, mata menyipit menatap ayahnya, "Kenapa papa masih nggak bisa mengontrol kelamin!" Wajah ayahnya memerah. "Anak kurang ajar! Apa begini caramu bicara ke papa sekarang? Sudah merasa berkuasa setelah punya saham? Merasa paling hebat sekarang?”Setelah perusahaan stabil, dan menyadari kalau Brama memegang saham dalam jumlah sangat besar, ayah Brama memikirkan semuanya dan menyadari kalau semua itu adalah bagian dari rencana Brama.Dia tidak menyangka di luar pengawasannya ternyata Brama memiliki jauh lebih banyak uang dari yang dia bayangkan."Sudah cukup." Ibu Brama berdiri, suaranya seperti pisau es. Tangannya meraih tas kulit di sampingnya, mengeluarkan amplop cokelat tebal. "Aku sudah terlalu jijik hidup denganmu."“

  • Gelora Cinta Pria Arogan   76. Cerai!

    Lampu kamar temaram, menciptakan bayangan yang bergerak lambat di dinding. Kiara melingkarkan lengan di leher Brama, jari-jarinya bermain dengan rambut pendek di tengkuknya. Napasnya hangat di telinga Brama, beraroma anggur mahal dan parfum yang menggoda.Tangan Kiara merayap ke bawah, membuka kancing pertama kemeja Brama. Jantungnya berdebar kencang—kemenangan sudah di depan mata.Tapi tubuh Brama kaku. Begitu jemari Kiara menyentuh kulit dadanya, gambaran Rinjani melintas di pikirannya. Ini bukan Rinjani! Aromanya salah! Bentuk tubuhnya salah! Bahasa tubuhnya salah!Brama menangkap pergelangan Kiara dengan kasar, mendorongnya menjauh. Napasnya tersengal, seperti orang yang baru tersadar dari mimpi buruk.Kiara tersentak terkejut. “Kenapa?!” Brama tidak menjawab. Dia bangkit dari tempat tidur, merapikan kemejanya dengan gerakan kasar."Ini sudah larut," katanya, mengambil jaket dari kursi. "Sebaiknya kita pulang."Kiara tidak berusaha menahannya. Dia duduk di tepi tempat tidur, m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   74. Kesempatan untuk Kiara

    ***Andre masuk ke ruang kerja Brama dan langsung mengenyitkan hidungnya. Tirai jendela tertutup rapat, mengurung asap rokok yang menggantung di udara. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, beberapa halaman tercecer di lantai, diinjak oleh sepatu mahal yang tak pernah lagi diseka ke lusuhnya.Brama mengetik dengan kecepatan gila, jari-jarinya menari di atas keyboard seperti orang kesurupan. Layar komputernya memancarkan cahaya biru yang menyayat mata, memantulkan bayangan wajahnya yang semakin tajam—pipinya cekung, mata berkantung hitam, rambut acak-acakan."Kamu nggak tidur semalaman lagi?” Andre membuka pintu yang menghubungkan ke balkon luar untuk mengeluarkan semua asap rokok itu. “Ini sudah pagi, Bram.”"Aku tahu jam berapa sekarang," Brama menjawab tanpa menoleh, suaranya serak.Andre masuk, menginjak dokumen yang tergeletak di lantai. "Om menelepon lagi. Dia marah—" "Biarkan dia marah." Brama menyela, menekan tombol save dengan keras. “Kalau bisa marah berarti dia masih s

  • Gelora Cinta Pria Arogan   73. Keluar Abiyasa

    Rinjani terdiam. Dia masih merasa berat menerima uang itu karena itu bukan haknya. “Jangan membuatku merasa bersalah. Aku tidak membantu kamu apapun kalau kamu bahkan menolak ini.”Jagat berjanji ini adalah kerja sama, tapi dengan apa yang terjadi dia merasa tanggung jawab yang harus dipikul Rinjani jauh lebih berat.“Kamu bisa menggunakan uang ini untuk membayar biaya penalty itu, daripada kamu terus-terusan nggak nyaman di kantor itu.”Jagat menawarkan.Rinjani terdiam. “Sayang uangnya,” gumamnya. Apalagi ini bukan uang yang dia hasilkan. Kalau dipakai begitu saja dia akan merasa sangat berhutang.“Kita sekarang adalah suami istri, uangku adalah uang kamu. Kalaupun kamu memakai uang itu, itu nggak akan mengganggu keuangan keluarga kita.”“Bukan itu masalahnya.”“Aku bisa menunjukkan semua uang yang aku punya beserta aset dan investasi supaya kamu tenang.”Jagat benar-benar mencoba terbuka pada Rinjani. Namun, Rinjani buru-buru menolak.“Sekarang, ini aku simpan, nanti akan aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   72. Hak Rinjani

    Jagat tersenyum ringan. “It’s okay. Aku sudah tahu ceritanya kok. Kamu juga tahu pernikahanku dengan Rinjani seperti apa. Aku bisa mengerti hal seperti itu.”Celia menghembuskan napas lega melihat reaksi Jagat yang cukup santai."Dengar baik-baik," Celia menunjuk Jagat dengan garpu. "Perlakukan Rinjani dengan baik! Kalau kamu sakiti Rinjani, aku akan—""Celia!" Rinjani memotong.“Nggak papa.” Jagat menenangkan Rinjani. “Aku tahu, aku pasti akan memperlakukan dia dengan baik. Kamu tenang saja.”Celia mengacungkan jari jempolnya ke arah Jagat. “Aku harap kamu tepati janji itu.”Jagat tertawa, ketegangan sedikit mencair. Suasana makan malam itu menjadi menyenangkan karena Jagat juga pandai membawa suasana.Selesai makan malam, Jagat permisi ke kamar mandi meninggalkan Celia bersama Rinjani di sana.“Not bad,” gumam Celia tiba-tiba.“Apanya?” Rinjani menyuapkan tiramisu ke mulutnya dengan wajah bingung.“Jagat.” Celia menjelaskan. “Dia jauh lebih supel daripada Brama, dan yang terpent

  • Gelora Cinta Pria Arogan   71. Mempertontonkan Kemesraan

    Dunia seakan berhenti berputar saat itu untuk Brama. “A-apa?”Dia meragukan pendengarannya sendiri.“Aku sudah menikah," ulang Rinjani lagi lebih tegas.“Nggak! Kamu bohong!”Rinjani menggelengkan kepalanya. “Aku serius. Aku sudah menikah dengan Jagat.”"Kapan?" suara Brama serak.Rinjani tidak segera menjawab. Dia mengambil jaketnya dari kursi, bersiap pergi. Di ambang pintu, dia berhenti."Beberapa minggu lalu, aku harap kamu bisa berbahagia untuk aku.”Pintu tertutup pelan.Brama tetap berdiri di tengah kamar, tangan menggenggam erat bingkai tempat tidur hingga buku-buku jarinya memutih.Berbahagia katanya? Bagaimana dia harus berbahagia mendengar semua itu? Bohong! Rinjani pasti bohong! Dia tidak percaya ini! Rinjani sama sekali tidak ada mengambil izin apapun beberapa saat ke belakang.Kapan dia punya waktu untuk menikah?Brama mencari semua alasan kalau Rinjani hanya berbohong, tapi tangannya gemetar saat itu.Ekspresi wajah Rinjani tadi terbayang-bayang di depan wajahnya d

  • Gelora Cinta Pria Arogan   71. Rinjani Tahu Semua

    Layar komputer Brama memancarkan cahaya biru yang menerpa wajah pria itu. Tangannya mengetik cepat, sementara di sebelahnya, tumpukan laporan keuangan dan dokumen analisis pasar berserakan. Di sudut meja, secangkir kopi yang sudah dingin tak tersentuh.Wajah Brama sedikit pucat dan perutnya mulai terasa perih tapi dia menolak untuk berhenti.“Bram, kamu mending istirahat dulu. Wajahnya sudah betul-betul pucat.” Andre mengingatkan.“Sedikit lagi ini semua selesai. Aku tidak bisa berhenti sekarang.”Andre menggaruk alisnya kehabisan akal. Semenjak kejadian itu Brama benar-benar bekerja keras untuk mengembalikan kembali stabilitas perusahaan. Saking fokusnya bahkan makanan yang dibeli tadi siang belum sempat di makan Brama hingga sekarang.“Kalau begitu aku akan membeli makanan untukmu. Makanan yang di atas meja itu sudah dingin. Setelah pemberitaan saham miliknya ditambah dukungan keluarga Kiara, dan dibantu dengan laporan keuangan yang positif membuat kondisi saham perlahan mula

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status