Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gelora Cinta Pria Arogan: Chapter 21 - Chapter 30

44 Chapters

21. Beda Tangan

Kiara tertawa sinis. "Berakhir? Kamu pikir aku percaya omong kosongmu itu? Aku tahu kamu masih mencoba menggoda Brama. Kamu pikir aku tidak melihat caramu memandangnya?"Rinjani menggelengkan kepalanya lelah. “Aku hanya ingin bekerja dengan tenang. Aku nggak punya waktu untukk semua kosong ini.”Dia bahkan tidak peduli lagi apakah kamera itu menyala atau tidak. Di berniat segera kembali ke meja kerjanya. Tetapi, Kiara menahan lengan Rinjani. Dia memegangnya dengan sangat kuat, hingga kuku-kuku cantik gadis itu, nyaris terbenam di lengan Rinjani.Tanpa bisa ditahan, Rinjani meringis kesakitan. “Lepaskan!” gumamnya lirih, penuh tekanan.“Kiara mengangkat alisnya, lalu dengan nada yang penuh ejekan, dia bertanya, "Berapa?"Rinjani mengerutkan kening. "Apa?""Berapa yang harus aku bayar agar kamu mau pergi dari kehidupan Brama? Berapa harga yang kamu inginkan untuk keluar dari perusahaan ini?" ujar Kiara dengan suara yang dingin.Rinjani merasa seperti ditampar. Dia tidak menyangka K
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

Kiara merasa harga dirinya benar-benar jatuh di depan pria ini. Dia tidak pernah berinisiatif mendekati laki-laki sebelumnya.Dan sebagai seorang penyanyi terkenal dengan jutaan fans, laki-laki yang biasanya mengejarnya, tapi dengan Brama semua itu seakan tidak ada artinya. Namun, di sisi lain itu membuatnya semakin tertantang untuk menakhlukkan pria itu.“Kapan kamu akan membiarkan Rinjani keluar dari perusahaan?” tanyanya tiba-tiba. Brama mengerutkan kening. “Karyawanku bukan urusanmu.”Tanpa orang lain, seperti inilah komunikasi yang selalu terjadi di antara mereka.“Aku bukan bermaksud ikut campur, hanya saja kelihatan banget Rinjani sudah nggak mau bekerja di sini. Mungkin dia canggung dengan semua yang terjadi. Takut karyawan yang lain juga membicarakan.”Mata Brama menatap tajam Kiara. “Siapa yang berani membicarakan tentangku dan Rinjani di kantor?”“Bram! Sebentar lagi kita akan bertunangan. Setelah kejadian ini, kalau Rinjani masih terus bekerja di sini, kecurigaan
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

23. Niat Menikah

Seketika semuanya langsung berubah hening begitu Radit mengatakan hal semacam itu. Suasana ringan yang tadi berhasil di bangun menjadi runtuh seketika.Rinjani melotot kesal ke arah Radit yang saat itu merasa sangat bersalah.“Kenapa? Apa kamu mau mengenalkan seseorang?” tanya Rinjani berusaha mencairkan suasana. “Memangnya kalau ada, kakak mau?”Rinjani ingin mengatakan kalau dia hanya bercanda. Dia baru saja mendapatkan hasil pahit dari kegagalan hubungannya dengan Brama. Dalam waktu sesingkat itu, dia sama sekali tidak siap untuk bertemu dengan pria baru.Tetapi, saat itu dia merasakan tatapan penuh antusias dari kedua orangtuanya. Rinjani menelan kembali semua penolakan yang sudah berada di ujung lidahnya.“Kalau ada yang cocok, kenapa nggak?” Dia berusaha membuat suaranya seringan mungkin, senyum di bibirnya juga sangat lebar, menyembunyikan semua keengganannnya jauh dalam hati.Dia kira pembicaraan akan berhenti sampai di sana. Namun, kenyataan tidak semudah itu.Ra
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

24. Tumbang

Rinjani mengibaskan tangannya yang basah ke depan wajah Radit hingga percikan air mengenai wajah adiknya itu.“Kenapa terkejut? Bukannya tadi kamu yang mancing-mancing?”Radit menggaruk kepalanya salah tingkah, cengiran lebar terbit di wajahnya. “Aku nggak sengaja, Kak. Maaf.” Rinjani menggelengkan kepalanya. “Kalau ini bisa menenangkan hati ibu dan ayah, mungkin nggak masalah kalau aku melakukannya.”“Oke, kalau begitu. Besok akan aku tanya ke dia. Tenang saja.” Radit menggosokkan tangannya bersemangat. “Dia itu kakak kelasku dulu waktu kuliah, dia juga orang yang awal-awal jadi investor di awal-awal kantorku berdiri. Sampai sekarang, dia masih jadi konsultan di sana. Orangnya baik, tampangnya juga ... not bad lah.”Radit hendak mengatakan kalau pria yang hendak dia kenalkan ke kakaknya itu juga ganteng, tapi dia segera mengurungkan niatnya. Mengingat pria yang bersama dengan Rinjani selama bertahun-tahun adalah Brama.Meskipun dia tidak menyukai sifat Brama, dia tidak bisa me
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

25. Keanehan Brama

Rinjani berusaha membuka matanya, tapi kelopaknya terasa seperti diberi beban. Suara-suara bising silih berganti memenuhi telinganya.“Dia kelelahan, kurang cairan dan kurang tidur, asam lambungnya juga naik. Dia butuh istirahat total," kata suara itu, tegas.Tidak lama kemudian ada suara lain muncul, lebih dalam, lebih tegas. Rinjani mengenali suara itu—suara Brama. “Terima kasih, Dokter.”Tidak lama kemudian Rinjani mendengar ponselnya berbunyi keras."Dia tidak bisa bertemu denganmu sekarang!" terdengar suara Brama, keras dan penuh kendali.Rinjani ingin membuka matanya, ingin bertanya apa yang terjadi, tapi tubuhnya menolak. Kepalanya terasa berdenyut-denyut, dan semua suara itu hanya membuatnya semakin pusing. Akhirnya, dia memutuskan untuk menyerah pada keinginan tubuhnya yang meminta untuk terlelap.Saat Rinjani akhirnya terbangun, pandangannya kabur. Dia mengedipkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya redup di ruangan.Perlahan, dia menyadari bahwa dia
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

26. Tidak Percaya Rinjani

Brama mengerutkan kening, dan segera menekan tombol panggilan yang ada di atas meja Rinjani dengan kening berkerut.“Kenapa kamu ceroboh banget?” gumamnya sembari memegang tangan Rinjani, matanya terlihat panik. Plaster putih yang ada di punggung tangan gadis, sudah berubah warna menjadi merah karena darah.Brama semakin tidak sabar, dia berulang-ulang menekan tombol abu-abu itu. Matanya menatap ke arah pintu dengan mata cemas. Mempertanyakan kenapa perawat tidak kunjung datang.Rinjani sendiri sudah mulai terbiasa dengan rasa sakit di tangannya, dia malah terkejut melihat ekspresi di wajah Brama.Tidak ada lagi raut wajah datar yang selalu setia menemani pria itu. Rinjani bahkan tidak yakin dengan penglihatannya saat itu. Apa dia masih bermimpi? Brama bisa juga menunjukkan ekspresi seperti ini, dan itu karenanya?Seorang perawat masuk ke ruangan mereka dengan langkah buru-buru. “Ada yang bisa kami bantu?” tanyanya.“Jarum infusnya geser, Sus. Coba diperiksa.”Suster
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

27. Brama Cinta?

Satu-satunya orang yang mengantarnya ke rumah sakit adalah Brama. Tidak sulit menebak kalau pria itu yang menerima panggilan dari ponselnya tadi.Rinjani meragu sejenak. "Aku ... aku ada di rumah sakit," jawabnya pelan."Rumah sakit? Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Radit, suaranya langsung panik.“Aku baik-baik saja. Hanya kecapekan," jawab Rinjani, mencoba menenangkan adiknya. “Jangan kasih tahu sama ibu dan ayah ya. Aku nggak mau membuat mereka khawatir.”“Rumah sakit mana? Aku ke sana sekarang!”“Nggak usah!” Rinjani buru-buru menolak. “KalauRadit terdiam sejenak, lalu tiba-tiba bertanya, "Kamu sama Brama sekarang di sana?"Rinjani menatap Brama, yang masih duduk di sampingnya, lalu menjawab pelan, "Iya." Dia sudah capek berbohong. Setidaknya, pada Radit, adiknya dia ingin mengatakan apa yang terjadi. Dia bahkan nyaris tidak tahu lagi apa saja kebohongan yang sudah dia ucapkan setelah semuanyaRadit menghela napas. "Kak, apa semua yang terjadi belum cukup juga? Mau sampai k
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

28. Eksploitasi Orang Kaya

Brama menatap Rinjani dalam. “Aku nggak paham, apa maumu. Itu kan yang selama ini kamu mau? Kenapa menolak?”Rinjani membalas tatapan itu dengan berani. Dia tidak tahu, Brama tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. “Kalau kamu bilang kaya gini beberapa bulan lalu, mungkin aku akan melompat kegirangan.”Sudut bibir Brama terangkat membentuk senyum tipis saat mendengar itu, di kepalanya langsung terbayang Rinjani melompat dengan senyum lebarnya dan mata berbinar.Itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Terkadang, Brama sampai kebingungan sendiri, kenapa Rinjani seakan sangat mudah bahagia.Sedikit perhatian atau kejutan kecil bisa membuat gadis itu bahagia hingga berhari-hari. Sekarang, gadis itu sudah banyak berubah.Brama mendekat ke Rinjani. Kali ini, dia sengaja memegang lengan yang disuntik jarum infus itu dan menahannya agar dia tidak lagi ada kejadian berdarah seperti tadi.“A-apa yang kamu lakukan?” Rinjani menggigit dinding mulutnya kesal. Dia ingin menun
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

29. Rumah Baru

“Cel, ibuku mau bicara denganmu. Ibu tahunya kamu yang sakit.” Celia mengangguk mengerti, dia meletakkan tas yang dibawanya dekat situ dan segera duduk di samping Rinjani.Rinjani langsung menelepon ibunya. “Halo, Bu. Ini Celia sudah bisa bicara sekarang. Ibu mau bicara?”“Iya, iya. Tolong sambungkan,” kata ibunya.Rinjani langsung menyerahkan ponsel itu ke Celia, menyerahkan ponselnya. “Celia mengambil ponsel itu, mencoba terdengar meyakinkan. “Halo, Tante? Iya, aku Celia. Maaf ya, Tan. Aku kurang enak badan, jadi aku minta Rinjani menemaniku malam ini.”Celia sengaja membuat nada suaranya lebih rendah agar terdengar lemah.Rinjani mendengar suara ibunya di seberang sana, masih bertanya ini itu, tapi akhirnya percaya juga.“Iya, Tan. Cuma demam biasa kok. Karena terlalu kecapekan kemarin.”Celia dengan sabar menjawab semua pertanyaam ibu Rinjani itu. Setelah beberapa menit, Celia mengembalikan ponsel itu padanya.“Tante mau bicara lagi sama kamu,” kata Celia, tersenyum kecil.R
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

30. Tertarik KPR

“Aku belum jadi ketemu, Bu. Ada urusan mendadak, jadi kami memutuskan janjian lain hari.”“Ibu ternyata kenal orangnya loh. Dia pernah ke sini, kebetulan ibu lagi nganterin makanan untuk Radit waktu itu. Anaknya lumayan ganteng kok. Dia juga baik, dan ramah banget. Ayah kamu saja waktu itu langsung akrab ngobrolnya sama dia.”Rinjani mengangkat sebelah alisnya mendengar itu. “Oh, ya? Kalau begitu aku jadi tertarik. Jarang ayah cepat akrab sama orang, apa lagi anak muda begitu.”“Makanya itu. Ibu cukup yakin, siapa tahu ini jodoh kamu?”Rinjani tersenyum lembut. “Semoga ya, Bu.”Dia juga menyadari umurnya tidak muda lagi. Kalau dengan berusaha menyenangkan hati orangtuanya dia bisa bertemu dengan jodohnya sekalian, Rinjani akan sangat bersyukur.Meski, dia tidak se-optimis ibunya. Dia tidak yakin, pria itu akan bisa menerima masa lalunya.“Bu, aku kurang tidur semalam. Aku tidur dulu ya?” pamitnya pada ibunya.Wanita paruh baya itu segera menyadari wajah Rinjani yang terlihat
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status