Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gelora Cinta Pria Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

31. Kesepian Brama

Kiara tertawa kecil. “Tante kasih tahu aku alamat apartemen kamu.” Dia lalu berdiri tegak, menjauh dari tembok yang tadi disandarinya.“Aku sudah pegel banget nungguin kamu dari tadi.”“Kenapa nggak mengabari dulu kalau mau ke sini?”“Tentu saja kejutan.” Senyum di wajah kiara semakin lebar, menunjukkan gigi putih yang berjejer rapi.Wajah Brama semakin keruh. Dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun, sekarang ini. “Aku lagi nggak mood. Sebaiknya kamu pulang saja.”Kiara mengepalkan tangannya menahan emosi. “Aku tahu kamu lagi bad mood karena semua masalah itu. Makanya aku sengaja bawain ini semua. Tante juga kayanya khawatir banget sama kamu, setelah kejadian itu.”Brama menghela napas gusar. “Terima kasih, tapi aku tidak ingin menerima tamu sekarang ini.”“Hei, setidaknya hargai sedikit usahaku? Bagaimana juga aku sudah repot-repot ke sini dan menunggumu lama.”mBrama menghela napas, merasa kesal. "Kamu tidak perlu melakukan ini. Tidak ada yang memintamu melakukannya.”Ki
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

32. Kiara Lepas Kontrol

Semakin lama dia berpisah dari Rinjani, semakin Brama sadar kalau gadis itu benar-benar sudah menyelinap ke setiap sisi kehidupannya.Dan tanpanya, semua terasa hambar. Bahkan untuk hal sesepele pakaian saja, sudah dipilihkan oleh Rinjani. Kini, dia merasa semua pakaian yang dipilihnya terasa salah.“Kalau kamu nggak suka makanannya, aku bisa pesan yang lain. Atau aku masakkan sesuatu? Aku sudah mulai belajar masak.”“Nggak perlu. Selesaikan saja itu, setelah itu kamu bisa langsung pulang.”Kiara nyaris tidak bisa mempertahankan senyumnya. Dengan frustrasi dia menenggak isi gelasnya sampai habis kemudian mengisinya lagi hingga setengah penuh.Dia menenggak alkohol itu bagai menenggak air, makanannya juga nyaris tidak tersenyuh olehnya.“Kenapa kamu memilih Rinjani, dari semua perempuan?” tanyanya tiba-tiba.“Dia ... sesuai.”Kiara mengerutkan kening mendengar jawaban singkat itu, tidak mengerti. “Sesuai? Apanya? Cuma karena kalian sudah kenal begitu lama? Aku yakin, perempuan ma
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

33. Persetujuan Keduanya.

Kiara merasa air matanya hampir jatuh, tapi dia mencoba menahannya. "Kamu mengusirku begitu saja? Kamu benar-benar nggak punya perasaan ya. Aku jauh-jauh datang ke sini untuk menghibur kamu, tapi kamu ngusir aku begitu saja!”Brama menghembuskan napas gusar. Dia tidak menyangka, Kiara akan jadi seperti ini ketika mabuk.“Sebaiknya segera bawa dia dari sini.”“Baik, Mas Brama.”Kali ini, tanpa menahan tenaganya lagi, asisten Kiara itu mengangkat Kiara dan membimbingnya untuk berjalan ke luar apartemen itu bahkan hingga nyaris menyeretnya karena Kiara terus memberontak.“Ayolah, Ra. Kalau terus gini, besok kamu sendiri yang menyesal waktu ingat semuanya!” gerutunya.Sebagai orang yang sudah cukup lama bekerja dengan Kiara, dia sudah cukup paham sikap gadis itu.“Permisi, Mas Brama. Saya minta maaf untuk sikap Kiara hari ini ya. Dia Cuma lagi stres saja karena mengurus semua efek pemberitaan kemarin itu. Biasanya dia nggak kaya gini.”Begitu dia sampai di depan Brama, asisten itu masi
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

34. Pertemuan Pertama dengan Jagat

Rinjani menoleh terkejut, mendengar seseorang memanggilnya. “Kenapa?” tanyanya heran.“Ada cowok ganteng nyariin kamu di bawah!!” serunya semangat.Suara melengking temannya itu yang membuat Rinjani mengerutkan kening. Sekarang, semua jadi melihat ke arahnya.“Cie, tumben banget, Rin? Akhirnya, ya. Pegawai paling workhaholic di kantor ini didatangi laki-laki juga.”“Iya, Rin. Aku kemarin sempat curiga kamu dan Pak Brama ada something, habisnya dia khawatir banget waktu kamu sakit itu.”Rinjani hanya bisa tersenyum canggung, dia tidak mengerti laki-laki siapa yang mencarinya? Dia tidak merasa ada janji dengan siapapun.Apa Radit datang mencarinya? Tapi kenapa tidak mengabari dulu?Tanpa menanggapi semua godaan rekan kerjanya, Rinjani bergegas menuju ke lantai bawah. Dia menemukan seorang pria mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan lengan dilipat rapi dan celana bahan berwarna hitam. Pria itu cukup tinggi dan mengenakan kacamata membuat penampilannya tampak lebih ber
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

35. Minta Tolong Jagat

***“Woi, Kak. Mikirin apa? Bengong saja dari tadi. Itu sampai laptop yang nontonin kakak!”Radit menepuk pundak Rinjani pelan menyadarkan Rinjani dari lamunannya. Rinjani tersentak kaget. Dia masih memikirkan kalimat yang diucapkan Jagat tadi sehingga dia sama sekali tidak fokus."Kak, ini apa sih?" Radit mengintip dari balik bahu Rinjani, matanya menyapu dokumen yang terpampang di layar laptop.Rinjani menghela napas, jari-jemarinya masih menari di atas keyboard. "Rencana bisnis baru. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya, biar ada banyak waktu untuk ketemu sama penanggung jawabnya. Susah banget menghubungi yang nge-handle lahan itu."Radit mengerutkan kening, lalu membaca nama di bagian penanggung jawab proyek. "Hold on... ini kan Pak Hendra? Jagat kenal baik sama dia, lho!"Rinjani berhenti mengetik. "Jagat?” Kenapa nama laki-laki itu lagi? Apa belum cukup dia membuat Rinjani sakit kepala memikirkan pertemuan pertama mereka."Iya! Mereka satu klub golf. Jagat juga pernah m
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

36. Ternyata Cocok

"Tunggu," Rinjani tiba-tiba menyela. “Jangan dulu, biar aku usahakan sendiri dulu saja.”Jagat tertawa pendek. "Memangnya kenapa? Aku senang bisa membantu." Matanya menatap Rinjani. "Lagipula, Pak Hendra masih sedikit hutang sama aku. Jadi ini win-win solution."Rinjani mengerutkan kening. "Hutang?""Hmm, aku pernah membantunya menyelesaikan masalah perusahaannya, aku juga pernah membantunya waktu hampir pailit, jadi dia akan lebih mendengarkanku dibanding kamu yang belum dia kenal," jawab Jagat santai, seperti itu hal sepele. "Jadi tenang saja, aku nggak keberatan."Radit menyikut lembut lengan kakaknya. "Dengerin tuh, Kak. Jagat aja nggak masalah! Koneksi itu dimanfaatkan "Rinjani menatap kedua pria itu bergantian. Dadanya terasa sesak oleh perasaan aneh—antara bersyukur dan tidak enak hati."Terima kasih ....”“Sama-sama. Itu Cuma hal kecil saja untukku, kamu nggak perlu merasa segan.” Karena dia sudah menerimanya, Rinjani memutuskan untuk menggunakan cara lain untuk berterim
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

37. Bagaimana Rasanya?

"Rin?" Jagat memanggil, memecah lamunannya. “Are you okay?”Rinjani menghela napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, maaf sedikit melamun tadi. Aku gugup,” dustanya.Tapi hatinya berbicara lain. Setiap langkah mendekati hole ke-9 terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca."Pak Hendra!" sapa Jagat dengan ramah saat mereka tiba di lokasi.Seorang pria berbadan tegap berbalik, wajahnya langsung berseri. "Jagat! Akhirnya kamu datang juga!"Mereka berjabat tangan erat."Ini Rinjani, orang yang mau ketemu Bapak,” perkenalkan Jagat.Rinjani menyodorkan tangannya. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Hendra.""Ah, halo. Jagat sudah menceritakan tentangmu. Dari Abiyasa Grup, kan? " ujar Hendra sambil tersenyum. "Ayo kita bicara sambil jalan."Mereka mulai berjalan menyusuri lapangan. Rinjani mengeluarkan proposal dari tasnya, menjelaskan dengan lugas rencana proyek mereka."Untuk harga, ini jumlah yang bisa kami berikan untuk bapak, tapi bapak tenang saja, semuanya setelah itu akan tim kami
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

38. Rinjani Bertunangan

Tetapi, Brama bukan orang yang bisa melepaskan semua hanya untuk emosi sesaat. Mengingat semua tujuannya, Brama kembali menahan dirinya. “Ayo, papa sudah nunggu kita, Bram.”Kiara menarik Brama menjauh dari sana. Brama menghela napas gusar. “Besok kita bicara di kantor!”“Hmm.”Udara di antara mereka terasa semakin tegang. Rinjani bisa merasakan panas dari tatapan Brama, tapi dia juga merasakan ketegangan di bahu Jagat sudah pasang badan di depannya.Brama pergi meninggalkan Rinjani di sana bersama Kiara. Rinjani menghembuskan napas panjang.“Kita pergi?” tanya Jagat.Jagat mengangguk, lalu dengan sengaja meletakkan tangan di punggung Rinjani, membimbingnya pergi.Saat mereka sudah cukup jauh, Jagat menghela napas. "Kamu baik-baik saja?"Rinjani mengangguk, tapi senyumnya terlihat terpaksa. "Aku nggak papa. Maaf, membuat kamu terseret masalah ini.”Jagat memandangnya dengan serius. "Its okay. Aku nggak masalah. Masih ... sulit melihat dia sama perempuan lain?”Rinjani tertegun.
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

39. Terjebak Masa Lalu

Rinjani tersipu, sementara Jagat hanya diam, matanya menatap Rinjani dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara syukur atau beban harus bertunangan dengan perempuan yang baru dia kenal."Jadi, kapan acara tunangannya?" tanya Ibu Jagat bersemangat.Rinjani tersenyum. "Bagaimana kalau minggu depan? Sederhana saja, di sini jika Tante, tidak bisa keluar rumah sakit."Ibu Jagat mengangguk antusias. "Nggak boleh. Ini kan acara pertunangan kalian, masa di rumah sakit. Nanti orangtua kamu nggak setuju, mengiranya Jagat nggak serius.”“Nggak begitu, Tante. Orangtua saya pasti akan menerima saja kok. Apalagi kondisinya memang memaksa.”“Iya, Ma. Nanti nikahannya bisa dibuat agak besar kalau mama sudah sembuh.”Ibu Jagat masih terlihat enggan dia menatap ke arah suaminya.Ayah Jagat menghela napas. "Papa akan coba bicara sama dokternya, tapi kalau dokternya nggak ngasih mama izin, kita harus tetap mengadakannya di sini, oke? Tenang saja nanti papa yang bantu bicara ke orangtua Rinjani."Rinjani
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

40. Anak Harram

Brama memilih diam, dengan keras kepala dia menolak untuk minta maaf atau menundukkan kepala di depan ayahnya.“Bahkan Rinjani lebih bisa mengontrol emosinya! Kamu kalah sama perempuan!"Nama Rinjani seperti pisau yang menancap. "Jangan bandingkan aku dengannya." Tangan Brama terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sekarang ini, mungkin Rinjani sama sekali tidak peduli lagi padanya.Dia bahkan sudah memiliki pria lain di sisinya. Saat itu, emosi itu kembali memuncak dalam dirinya. Dia menahan diri sejak tadi untuk tidak memborbardir nomor telepon Rinjani dengan telepon dan pesan untuk menanyakan siapakah laki-laki itu."Kalau kamu tidak bisa mengontrol perasaanmu terhadap mantan karyawan itu, lebih baik kau pecat dia sekarang juga!" Ayahnya menatap tajam. "Direktur Abiyasa Grup tidak boleh dikendalikan oleh perempuan!"Brama menarik napas dalam-dalam. "Aku bisa mengontrol diri."Ayahnya tertawa sinis. "Benarkah? Aku harap kamu benar-benar melakukan perkataanmu!” Pria itu ber
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status