Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 36. Ternyata Cocok

Share

36. Ternyata Cocok

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-03-25 21:38:20

"Tunggu," Rinjani tiba-tiba menyela. “Jangan dulu, biar aku usahakan sendiri dulu saja.”

Jagat tertawa pendek. "Memangnya kenapa? Aku senang bisa membantu." Matanya menatap Rinjani. "Lagipula, Pak Hendra masih sedikit hutang sama aku. Jadi ini win-win solution."

Rinjani mengerutkan kening. "Hutang?"

"Hmm, aku pernah membantunya menyelesaikan masalah perusahaannya, aku juga pernah membantunya waktu hampir pailit, jadi dia akan lebih mendengarkanku dibanding kamu yang belum dia kenal," jawab Jagat santai, seperti itu hal sepele. "Jadi tenang saja, aku nggak keberatan."

Radit menyikut lembut lengan kakaknya. "Dengerin tuh, Kak. Jagat aja nggak masalah! Koneksi itu dimanfaatkan "

Rinjani menatap kedua pria itu bergantian. Dadanya terasa sesak oleh perasaan aneh—antara bersyukur dan tidak enak hati.

"Terima kasih ....”

“Sama-sama. Itu Cuma hal kecil saja untukku, kamu nggak perlu merasa segan.”

Karena dia sudah menerimanya, Rinjani memutuskan untuk menggunakan cara lain untuk berterim
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gelora Cinta Pria Arogan   37. Bagaimana Rasanya?

    "Rin?" Jagat memanggil, memecah lamunannya. “Are you okay?”Rinjani menghela napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, maaf sedikit melamun tadi. Aku gugup,” dustanya.Tapi hatinya berbicara lain. Setiap langkah mendekati hole ke-9 terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca."Pak Hendra!" sapa Jagat dengan ramah saat mereka tiba di lokasi.Seorang pria berbadan tegap berbalik, wajahnya langsung berseri. "Jagat! Akhirnya kamu datang juga!"Mereka berjabat tangan erat."Ini Rinjani, orang yang mau ketemu Bapak,” perkenalkan Jagat.Rinjani menyodorkan tangannya. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Hendra.""Ah, halo. Jagat sudah menceritakan tentangmu. Dari Abiyasa Grup, kan? " ujar Hendra sambil tersenyum. "Ayo kita bicara sambil jalan."Mereka mulai berjalan menyusuri lapangan. Rinjani mengeluarkan proposal dari tasnya, menjelaskan dengan lugas rencana proyek mereka."Untuk harga, ini jumlah yang bisa kami berikan untuk bapak, tapi bapak tenang saja, semuanya setelah itu akan tim kami

    Last Updated : 2025-03-25
  • Gelora Cinta Pria Arogan   38. Rinjani Bertunangan

    Tetapi, Brama bukan orang yang bisa melepaskan semua hanya untuk emosi sesaat. Mengingat semua tujuannya, Brama kembali menahan dirinya. “Ayo, papa sudah nunggu kita, Bram.”Kiara menarik Brama menjauh dari sana. Brama menghela napas gusar. “Besok kita bicara di kantor!”“Hmm.”Udara di antara mereka terasa semakin tegang. Rinjani bisa merasakan panas dari tatapan Brama, tapi dia juga merasakan ketegangan di bahu Jagat sudah pasang badan di depannya.Brama pergi meninggalkan Rinjani di sana bersama Kiara. Rinjani menghembuskan napas panjang.“Kita pergi?” tanya Jagat.Jagat mengangguk, lalu dengan sengaja meletakkan tangan di punggung Rinjani, membimbingnya pergi.Saat mereka sudah cukup jauh, Jagat menghela napas. "Kamu baik-baik saja?"Rinjani mengangguk, tapi senyumnya terlihat terpaksa. "Aku nggak papa. Maaf, membuat kamu terseret masalah ini.”Jagat memandangnya dengan serius. "Its okay. Aku nggak masalah. Masih ... sulit melihat dia sama perempuan lain?”Rinjani tertegun.

    Last Updated : 2025-03-26
  • Gelora Cinta Pria Arogan   39. Terjebak Masa Lalu

    Rinjani tersipu, sementara Jagat hanya diam, matanya menatap Rinjani dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara syukur atau beban harus bertunangan dengan perempuan yang baru dia kenal."Jadi, kapan acara tunangannya?" tanya Ibu Jagat bersemangat.Rinjani tersenyum. "Bagaimana kalau minggu depan? Sederhana saja, di sini jika Tante, tidak bisa keluar rumah sakit."Ibu Jagat mengangguk antusias. "Nggak boleh. Ini kan acara pertunangan kalian, masa di rumah sakit. Nanti orangtua kamu nggak setuju, mengiranya Jagat nggak serius.”“Nggak begitu, Tante. Orangtua saya pasti akan menerima saja kok. Apalagi kondisinya memang memaksa.”“Iya, Ma. Nanti nikahannya bisa dibuat agak besar kalau mama sudah sembuh.”Ibu Jagat masih terlihat enggan dia menatap ke arah suaminya.Ayah Jagat menghela napas. "Papa akan coba bicara sama dokternya, tapi kalau dokternya nggak ngasih mama izin, kita harus tetap mengadakannya di sini, oke? Tenang saja nanti papa yang bantu bicara ke orangtua Rinjani."Rinjani

    Last Updated : 2025-03-27
  • Gelora Cinta Pria Arogan   40. Anak Harram

    Brama memilih diam, dengan keras kepala dia menolak untuk minta maaf atau menundukkan kepala di depan ayahnya.“Bahkan Rinjani lebih bisa mengontrol emosinya! Kamu kalah sama perempuan!"Nama Rinjani seperti pisau yang menancap. "Jangan bandingkan aku dengannya." Tangan Brama terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sekarang ini, mungkin Rinjani sama sekali tidak peduli lagi padanya.Dia bahkan sudah memiliki pria lain di sisinya. Saat itu, emosi itu kembali memuncak dalam dirinya. Dia menahan diri sejak tadi untuk tidak memborbardir nomor telepon Rinjani dengan telepon dan pesan untuk menanyakan siapakah laki-laki itu."Kalau kamu tidak bisa mengontrol perasaanmu terhadap mantan karyawan itu, lebih baik kau pecat dia sekarang juga!" Ayahnya menatap tajam. "Direktur Abiyasa Grup tidak boleh dikendalikan oleh perempuan!"Brama menarik napas dalam-dalam. "Aku bisa mengontrol diri."Ayahnya tertawa sinis. "Benarkah? Aku harap kamu benar-benar melakukan perkataanmu!” Pria itu ber

    Last Updated : 2025-03-28
  • Gelora Cinta Pria Arogan   41. Air Mata Brama

    Brama mengambil langkah mundur, wajahnya tertutup. “Ma, aku nggak mau berdebat dengan mama sekarang ini. Sebaiknya mama tenangkan diri dulu.”Dia tidak pernah percaya kalau pernikahannya akan menentukan masa depannya di perusahaan. Dia sudah menjadi direktur di perusahaan itu selama beberapa tahun.Semua pengalaman, kegagalan dan keberhasilan mengajarinya banyak hal. Dia percaya, untuk mengembangkan perusahaan itu dia tidak perlu harus menikah dengan perempuan.Harga dirinya tidak mengizinkan Brama menjadi sosok seperti ayahnya."Brama!”Tapi Brama sudah berbalik, berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, dia berhenti. "Ma, mama tenang saja. Aku bukan laki-laki naif yang akan membuang semua yang aku miliki untuk cinta.”Dia percaya dia bisa mendapatkan semuanya tanpa harus kehilangan salah satunya. Kontrol atas pernikahannya dan Abiyasa Grup, dia akan mendapatkan semuanya.Ibu Brama hanya bisa menatap anaknya itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Kecemasan dan rasa kesal bercampu

    Last Updated : 2025-03-28
  • Gelora Cinta Pria Arogan   42. Dapat Restu Orangtua

    Lift apartemen bergerak pelan, namun detak jantung Rinjani berdegup kencang. Kulitnya masih terasa hangat di tempat Brama menyentuhnya tadi, seolah bekas jari-jarinya membakar.Apa yang terjadi padanya? Pikiran itu terus mengusik. Wajah Brama yang biasanya tegar tadi terlihat begitu rapuh—matanya redup, garis wajahnya kaku oleh stres yang tak terkatakan.Tidak. Rinjani menggeleng keras. Dia Brama. Dia selalu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.Tapi alasan itu tidak membuat dadanya lega. Rasanya seperti berbohong pada diri sendiri.Rinjani memaksa dirinya untuk tidak memikirkan masalah itu lebih jauh lagi.Pintu apartemen terbuka. Suara obrolan orangtuanya dari ruang tamu menyambutnya."Yu? Kamu pulang larut sekali," suara hangat ibu menyapa, matanya penuh pertanyaan.Rinjani menarik napas dalam-dalam. "Iya, Bu. Tadi habis dari rumah sakit, bertemu dengan orangtua Jagat.”“Secepat itu? Bukannya kalian baru kenal?”Rinjani terdiam mendengar pertanyaan ibunya itu, setelah ragu sesaat

    Last Updated : 2025-03-29
  • Gelora Cinta Pria Arogan   43. Harus Ketemu Orangtua

    “Secepatnya, Tante. Karena keadaan mama saya sudah cukup mendesak, harus segera dioperasi.”“Aku dan Jagat berencana mengadakan acara tukar cincin sederhana saja di depan orangtua Jagat, untuk membuat ibu Jagat lebih tenang.” Takut kalau orangtua Rinjani tidak senang dengan kalimat itu, Jagat buru-buru menambahkan. “Ini Cuma sekedar untuk menunjukkan ke mama saya kalau serius hendak menikah ke mama saya. Setelah keadaan mama membaik, kami akan mengulangi semua acara itu dengan lebih serius.”Udara di ruang tamu apartemen terasa berat. Orangtua Rinjani duduk berhadapan dengan Jagat, wajah mereka dipenuhi keraguan. Ibu Rinjani memutar-mutar gelas teh di tangannya, matanya tak lepas dari wajah pemuda di hadapannya."Jujur, kami masih sulit menerima, semuanya secepat ini. Apalagi, kami sama sekali belum bertemu dengan keluargamu.”Jagat duduk tegak, tangannya tergenggam di atas lutut. "Saya mengerti kekhawatiran Om dan Tante, tapi keadaan mama benar-benar tidak mendukung untuk pem

    Last Updated : 2025-03-30
  • Gelora Cinta Pria Arogan   44. Tukar Cincin

    ***Keesokan harinya, Brama sudah kembali ke kantor. Rinjani yang tahu itu langsung menemui pria itu di ruangannya.Kantor Brama terasa pengap meski AC menyala kencang. Rinjani berdiri di depan meja kerjanya, menatap pria itu yang duduk dengan bahu turun, wajahnya lesu dan lingkaran hitam tebal di bawah matanya."Aku berhasil mendapatkan tanda tangan Pak Hendra, dia setuju penawaran kita," ujar Rinjani meletakkan dokumen di atas meja.Brama mengangkat kepala perlahan, matanya menyipit melihat kertas itu. Tangannya meraih dokumen tersebut, keningnya berkerut dalam.“Ini ... tujuan kamu ke lapangan golf waktu itu?" suara pria itu terdengar sedikit parau, penuh kecurigaan.Dia tahu kalau Hendra ada di lapangan golf waktu itu, tapi karena dia tidak mempersiapkan apapun sebelumnya dia tidak menemui pria itu. Siapa sangka, Rinjani sudah memiliki persiapan yang jauh lebih matang.Rinjani mengangguk. "Iya."Brama mengerutkan kening. "Hendra menolak proposal kita karena dia dapat penawa

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   79. Impoten

    “Bukan gitu. Aku dan sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa dibicarakan, tapi kamu berbeda.”“Tahu darimana kamu?”“Insting?” Rinjani tersenyum canggung. Dia sendiri tidak tahu jelas cerita dua orang itu. Namun, dia tidak bisa melupakan tatapan gadis berambut pendek itu.Selama ini dia menyimpan semuanya karena tidak bisa menemukan waktu yang tepat. Mereka semua masih fokus dengan pemulihan ibu Jagat.Masih selalu ada debar-debar kecemasan di dalam hati mereka semua, takut kalau tiba-tiba kondisi ibu Jagat itu drop lagi. Ditambah semua kesibukan dan usaha untuk beradaptasi dengan kehidupan pernikahan itu membuat Rinjani baru bisa menemukan waktu yang tepat saat ini.Sekarang, setelah keadaan lebih stabil ditambah hubungan mereka yang terus jalan di tempat tanpa kemajuan. Semua itu membuat Rinjani merasa perlu bicara pada Jagat.“Insting?” Jagat menatap Rinjani skeptis. “Kondis kita sekarang mirip. Belum bisa sepenuhnya lepas dari masa lalu, tapi tidak pernah sedikit pun terli

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Masa Lalu Belum Selesai

    Brama menatap keluar jendela. Di seberang jalan, sebuah keluarga muda berjalan sambil tertawa—ayah, ibu, dan anak kecil di antaranya."Aku baik-baik saja," bohongnya, menyesap kopi yang sudah dingin.Ibu Brama meraih tangannya. Untuk pertama kalinya sejak kecil, Brama merasakan sentuhan hangat ibunya tanpa jarak.“Mama selalu menganggap Rinjani gadis yang baik. Hanya saja, karena latar belakangnya mama tidak pernah membayangkan kalau kalian akan bersama.”Jauh di dalam dirinya sudah sangat tertanama kalau pernikahan itu harus setara secara ekonomi.Dia sangat bangga pada Brama dan berharap anaknya itu mendapatkan yang terbaik. Tentu saja, seorang anak pembantu tidak akan pernah masuk radarnya.Karenanya saat pertama kali dia tahu, wanita itu merasa dikhianati. Dikhianati oleh pembantu yang sudah begitu lama bekerja dengannya, dikhianati oleh anaknya sendiri.Tetapi sekarang, dia mempertanyakan kembali, apa sepenting itu.“Dia gadis yang baik, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”“Apa

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Kesadaran Terlambat

    Ayah Brama diam lama. “Apa kamu benar-benar nggak akan membantu papa?”Brama menggelengkan kepalanya. “Baiklah kalau begitu. Biar papa pikirkan sebentar.”Wajah pria paruh baya itu terlihat keruh. Dia sulit menerima kenyataan yang ada di depan mata.Siapa yang tidak punya simpanan dan selingkuhan di sekitar mereka? Kenapa hanya dia yang diceraikan istrinya? Laki-laki itu benar-benar merasa kehilangan muka.Ini semua karena perempuan itu yang terusDia langsung menelepon Ratri, ibu Kevin itu. Suara ayahnya melengking, tidak seperti biasanya. "Kenapa kamu mengirim semua foto-foto itu ke istriku!!”Brama menggosok pelipisnya. Dia bisa mendengar suara cempreng ibu Kevin dari speaker telepon—suara yang dibuat-buat polos, tapi terlalu bernada kemenangan."Aku tidak mengerti, Sayang. Maksud kamu apa?”“Jangan pura-pura bodoh! Karenamu, istriku tahu tentang kehamilan itu dan mau menceraikanku?!”“Cerai? Bagus dong? Bukankah ini yang kita tunggu? Sekarang kita bisa menikah dan anak kita ngga

  • Gelora Cinta Pria Arogan   77. Punya Malu

    “Aku tidak akan menandatangani surat cerai itu! Kita sudah terlalu tua untuk berpisah! Jangan jadi seperti anak-anak lah!"Brama menyenderkan tubuhnya ke jendela, menyeruput kopi dinginnya dengan tenang yang sengaja dibuat-buat. "Kalau Papa sadar sudah tua," ujarnya, mata menyipit menatap ayahnya, "Kenapa papa masih nggak bisa mengontrol kelamin!" Wajah ayahnya memerah. "Anak kurang ajar! Apa begini caramu bicara ke papa sekarang? Sudah merasa berkuasa setelah punya saham? Merasa paling hebat sekarang?”Setelah perusahaan stabil, dan menyadari kalau Brama memegang saham dalam jumlah sangat besar, ayah Brama memikirkan semuanya dan menyadari kalau semua itu adalah bagian dari rencana Brama.Dia tidak menyangka di luar pengawasannya ternyata Brama memiliki jauh lebih banyak uang dari yang dia bayangkan."Sudah cukup." Ibu Brama berdiri, suaranya seperti pisau es. Tangannya meraih tas kulit di sampingnya, mengeluarkan amplop cokelat tebal. "Aku sudah terlalu jijik hidup denganmu."“

  • Gelora Cinta Pria Arogan   76. Cerai!

    Lampu kamar temaram, menciptakan bayangan yang bergerak lambat di dinding. Kiara melingkarkan lengan di leher Brama, jari-jarinya bermain dengan rambut pendek di tengkuknya. Napasnya hangat di telinga Brama, beraroma anggur mahal dan parfum yang menggoda.Tangan Kiara merayap ke bawah, membuka kancing pertama kemeja Brama. Jantungnya berdebar kencang—kemenangan sudah di depan mata.Tapi tubuh Brama kaku. Begitu jemari Kiara menyentuh kulit dadanya, gambaran Rinjani melintas di pikirannya. Ini bukan Rinjani! Aromanya salah! Bentuk tubuhnya salah! Bahasa tubuhnya salah!Brama menangkap pergelangan Kiara dengan kasar, mendorongnya menjauh. Napasnya tersengal, seperti orang yang baru tersadar dari mimpi buruk.Kiara tersentak terkejut. “Kenapa?!” Brama tidak menjawab. Dia bangkit dari tempat tidur, merapikan kemejanya dengan gerakan kasar."Ini sudah larut," katanya, mengambil jaket dari kursi. "Sebaiknya kita pulang."Kiara tidak berusaha menahannya. Dia duduk di tepi tempat tidur, m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   74. Kesempatan untuk Kiara

    ***Andre masuk ke ruang kerja Brama dan langsung mengenyitkan hidungnya. Tirai jendela tertutup rapat, mengurung asap rokok yang menggantung di udara. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, beberapa halaman tercecer di lantai, diinjak oleh sepatu mahal yang tak pernah lagi diseka ke lusuhnya.Brama mengetik dengan kecepatan gila, jari-jarinya menari di atas keyboard seperti orang kesurupan. Layar komputernya memancarkan cahaya biru yang menyayat mata, memantulkan bayangan wajahnya yang semakin tajam—pipinya cekung, mata berkantung hitam, rambut acak-acakan."Kamu nggak tidur semalaman lagi?” Andre membuka pintu yang menghubungkan ke balkon luar untuk mengeluarkan semua asap rokok itu. “Ini sudah pagi, Bram.”"Aku tahu jam berapa sekarang," Brama menjawab tanpa menoleh, suaranya serak.Andre masuk, menginjak dokumen yang tergeletak di lantai. "Om menelepon lagi. Dia marah—" "Biarkan dia marah." Brama menyela, menekan tombol save dengan keras. “Kalau bisa marah berarti dia masih s

  • Gelora Cinta Pria Arogan   73. Keluar Abiyasa

    Rinjani terdiam. Dia masih merasa berat menerima uang itu karena itu bukan haknya. “Jangan membuatku merasa bersalah. Aku tidak membantu kamu apapun kalau kamu bahkan menolak ini.”Jagat berjanji ini adalah kerja sama, tapi dengan apa yang terjadi dia merasa tanggung jawab yang harus dipikul Rinjani jauh lebih berat.“Kamu bisa menggunakan uang ini untuk membayar biaya penalty itu, daripada kamu terus-terusan nggak nyaman di kantor itu.”Jagat menawarkan.Rinjani terdiam. “Sayang uangnya,” gumamnya. Apalagi ini bukan uang yang dia hasilkan. Kalau dipakai begitu saja dia akan merasa sangat berhutang.“Kita sekarang adalah suami istri, uangku adalah uang kamu. Kalaupun kamu memakai uang itu, itu nggak akan mengganggu keuangan keluarga kita.”“Bukan itu masalahnya.”“Aku bisa menunjukkan semua uang yang aku punya beserta aset dan investasi supaya kamu tenang.”Jagat benar-benar mencoba terbuka pada Rinjani. Namun, Rinjani buru-buru menolak.“Sekarang, ini aku simpan, nanti akan aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   72. Hak Rinjani

    Jagat tersenyum ringan. “It’s okay. Aku sudah tahu ceritanya kok. Kamu juga tahu pernikahanku dengan Rinjani seperti apa. Aku bisa mengerti hal seperti itu.”Celia menghembuskan napas lega melihat reaksi Jagat yang cukup santai."Dengar baik-baik," Celia menunjuk Jagat dengan garpu. "Perlakukan Rinjani dengan baik! Kalau kamu sakiti Rinjani, aku akan—""Celia!" Rinjani memotong.“Nggak papa.” Jagat menenangkan Rinjani. “Aku tahu, aku pasti akan memperlakukan dia dengan baik. Kamu tenang saja.”Celia mengacungkan jari jempolnya ke arah Jagat. “Aku harap kamu tepati janji itu.”Jagat tertawa, ketegangan sedikit mencair. Suasana makan malam itu menjadi menyenangkan karena Jagat juga pandai membawa suasana.Selesai makan malam, Jagat permisi ke kamar mandi meninggalkan Celia bersama Rinjani di sana.“Not bad,” gumam Celia tiba-tiba.“Apanya?” Rinjani menyuapkan tiramisu ke mulutnya dengan wajah bingung.“Jagat.” Celia menjelaskan. “Dia jauh lebih supel daripada Brama, dan yang terpent

  • Gelora Cinta Pria Arogan   71. Mempertontonkan Kemesraan

    Dunia seakan berhenti berputar saat itu untuk Brama. “A-apa?”Dia meragukan pendengarannya sendiri.“Aku sudah menikah," ulang Rinjani lagi lebih tegas.“Nggak! Kamu bohong!”Rinjani menggelengkan kepalanya. “Aku serius. Aku sudah menikah dengan Jagat.”"Kapan?" suara Brama serak.Rinjani tidak segera menjawab. Dia mengambil jaketnya dari kursi, bersiap pergi. Di ambang pintu, dia berhenti."Beberapa minggu lalu, aku harap kamu bisa berbahagia untuk aku.”Pintu tertutup pelan.Brama tetap berdiri di tengah kamar, tangan menggenggam erat bingkai tempat tidur hingga buku-buku jarinya memutih.Berbahagia katanya? Bagaimana dia harus berbahagia mendengar semua itu? Bohong! Rinjani pasti bohong! Dia tidak percaya ini! Rinjani sama sekali tidak ada mengambil izin apapun beberapa saat ke belakang.Kapan dia punya waktu untuk menikah?Brama mencari semua alasan kalau Rinjani hanya berbohong, tapi tangannya gemetar saat itu.Ekspresi wajah Rinjani tadi terbayang-bayang di depan wajahnya d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status