Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 15 Murka Sang Adik

Share

15 Murka Sang Adik

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-03-06 23:14:09

“Maaf, Yah. Ayu tahu salah.”

Apapun yang dia katakan, rasanya tidak akan bisa membenarkan apa yang sudah dia lakukan.

Demi cinta, dia sampai melupakan dirinya sendiri.

Pria paruh baya itu mengusap dadanya yang terasa sesak. “Ayah nggak mau dengar permintaan maaf kamu, ayah Cuma mau tahu kenapa?!”

Rinjani tersentak mendengar nada tinggi di suara ayahnya itu.

“Ini salah ibuk, tahu kamu punya rasa ke Mas Brama tapi masih saja membiarkanmu kerja di perusahaan itu.”

Rinjani buru-buru menggelengkan kepalanya. Ini semua adalah kehendaknya sendiri.

Sejak awal, beasiswa yayasan Abiyasa itu tidak mewajibkannya untuk bekerja di Abiyasa Group, tapi ibunya menyuruhnya bekerja di sana sebagai salah satu cara balas budi.

Tetapi, kalau Rinjani sendiri tidak ingin, dia akan punya cara untuk menolak saran ibunya itu. Seperti yang dilakukan adiknya yang menolak bekerja di perusahaan itu.

“Yu, kamu itu perempuan. Kalau kamu sendiri nggak sayang sama diri kamu, orang lain juga nggak akan bisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gelora Cinta Pria Arogan   16. Tidak Tahu Terima Kasih?

    Orangtua mereka juga ikut bangkit, mencoba menenangkan Radit. "Ini bukan saatnya untuk menambah masalah! Emosi kamu hanya akan membuat semuamua makin kacau!" kata ayah mereka dengan suara tegas.Radit berhenti berjalan tapi wajahnya masih dipenuhi amarah. "Yah, setelah semuanya terjadi ayah masih mau nahan aku? Karena semua hutang budi omong kosong itu?""Radit, tolong," Rinjani memohon, suaranya gemetar. "Kakak tidak mau kamu terlibat dalam masalah ini. Aku nggak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri, kalau kamu juga ikut terluka."Radit menghela napas gusar semua kalimat itu tidak membuat amarahnya mereda. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Lalu apa rencana kakak Apa kita harus terus diam saja? Pasrah?”Rinjani mengangkat kepalanya perlahan, matanya berkaca-kaca. "Radit, ini juga salahku," ujarnya dengan suara lemah. "Dari awal, dia sudah bilang kalau dia tidak akan serius. Sekarang, aku hanya mendapatkan akibatnya.Setelah semuanya, dia tidak bisa me

    Last Updated : 2025-03-07
  • Gelora Cinta Pria Arogan   17. Tamparan Pertama

    “Apa perlu ayah dan ibu temani?” Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggelengkan kepalanya. “Ya, Bu. Ini adalah masalahku, biar aku yang menyelesaikannya.”Tiga orang itu menatapnya serentak, ada keraguan di sana.Tetapi, Rinjani bersikeras. Dia tidak ingin orangtuanya mendengar kalimat menyakitkan dari Brama.“Kalau kakak ragu, biar aku saja yang temani bagaimana?”Rinjani kembali menggelengkan kepalanya. “Banyak orang nggak akan membuat semuanya semakin mudah.” Dia lalu mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Aku berjanji, nggak akan hubungan lagi dengan Brama.”Masih ada rasa sakit di hatinya ketika mengatakan itu, tapi Rinjani jauh lebih bertekad sekarang. Kalau dia masih meneruskan hubungannya dengan Brama, dia merasa menyia-nyiakan semua rasa sayang dan perhatian keluarganya. Meski sedikit ragu, akhirnya keluarga Rinjani menyetujui.Keesokan harinya, Rinjani berangkat ke kantor dari apartemen adiknya. Dia masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang kemarin sempat d

    Last Updated : 2025-03-08
  • Gelora Cinta Pria Arogan   18. Bucin Akut

    Rinjani sendiri menatap tangannya tidak percaya. Darimana dia mendapat keberanian untuk menampar Brama? Sadar apa yang dia lakukan, mendadak jantungnya berdebar kencang dan tangannya sedikit gemetar, dia takut sendiri menatap reaksi pria itu. Brama masih menatap Rinjani dingin, bagai elang yang siap memburu mangsanya. Tatapan mata pria itu menggambarkan berbagai emosi yang Rinjani tidak bisa baca.Brama menghela napas, lalu dengan nada datar, dia berkata, "Kalau kamu mau keluar, bayar penalty, sebelum kamu membayarnya kamu bisa kembali melanjutkan pekerjaanmu seperti biasa.”Rinjani frustrasi, dia ingin sekali menjambak rambutnya. Semuanya terasa sangat tidak adil. Sikap tenang pria itu membuat Rinjani merasa seakan dia telah bersikap tidak rasional dan terlalu kekanakan.Rinjani menatap Brama, matanya berkaca-kaca. Dengan langkah gontai dia keluar dari ruangan itu. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatakan ke orangtuanya kalau dia sudah gagal untuk mengundurkan diri dari pe

    Last Updated : 2025-03-09
  • Gelora Cinta Pria Arogan   19. Akhirnya Takut

    Radit dan Rinjani saling bertatapan, dan langsung menolak. “Bu, Radit nggak setuju.”“Yah, coba dipikirkan lagi. Kerja di sawah itu berat, apalagi kalian berdua sama sekali nggak terbiasa kerja seberat itu di terik matahari.”Kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan memasak, menyupir dan membersihkan mobil itu sangat berbeda dengan bekerja di ladang.“Iya, umur ayah dan ibu juga sudah tidak muda lagi. Kalian sudah kerja dari dulu sampai sekarang, untuk kami, sekarang kami sudah besar, biar gantian kami yang kerja untuk ayah dan ibu.”Radit menambahi dengan nada sangat sabar. Dia menjaga agar tidak mengeluarkan kata yang menyinggung hati ayah dan ibunya.“Kami masih punya tenaga! Kenapa harus mengandalkan kalian? Biar uangnya kalian simpan saja untuk keluarga kalian nanti.” Ibu mengangguk menyetujui kalimat yang diucapkan suaminya itu. “Iya, apalagi Radit. Kamu itu laki-laki, harus sudah mulai mengumpulkan uang untuk calon istrimu nanti.”“Aku juga menyisihkan untuk di

    Last Updated : 2025-03-10
  • Gelora Cinta Pria Arogan   20. Permainan Baru Kiara

    “Ini caramu untuk memberontak?”Rinjani menghela napas panjang. “Bram, kamu nggak capek gini terus? Aku nggak lihat kamu seperhatian ini waktu kita masih bersama, kenapa sekarang kamu seakan enggan?”Dengan sikap Brama yang selama ini angin-anginan terhadapnya, awalnya Rinjani kira, mengakhiri hubungan dengan Brama akan sangat mudah. Tetapi, penolakan pria itu membuat Rinjani bertanya-tanya. Apakah Brama memiliki rasa padanya?“Kamu pergi begitu saja tanpa membawa satu pun barang pemberian dariku. Jadi semua yang kamu berikan ke aku selama ini, kamu berikan gratis?”Rinjani menahan amarahnya. “Aku hanya ingin keluar dari perusahaan sekarang. Selain itu tidak ada hal lain yang aku inginkan.” “Harga semua perhiasan ini mungkin cukup untuk membayar biaya penalty itu.”Saat mendengar itu, ada setitik penyesalan muncul di hati Rinjani. Dia tahu, kalau semua perhiasan yang diberikan Brama padanya tidak ada yang murah. Tetapi dia langsung menahan perasaan itu. Dia tahu, Brama mengat

    Last Updated : 2025-03-11
  • Gelora Cinta Pria Arogan   21. Beda Tangan

    Kiara tertawa sinis. "Berakhir? Kamu pikir aku percaya omong kosongmu itu? Aku tahu kamu masih mencoba menggoda Brama. Kamu pikir aku tidak melihat caramu memandangnya?"Rinjani menggelengkan kepalanya lelah. “Aku hanya ingin bekerja dengan tenang. Aku nggak punya waktu untukk semua kosong ini.”Dia bahkan tidak peduli lagi apakah kamera itu menyala atau tidak. Di berniat segera kembali ke meja kerjanya. Tetapi, Kiara menahan lengan Rinjani. Dia memegangnya dengan sangat kuat, hingga kuku-kuku cantik gadis itu, nyaris terbenam di lengan Rinjani.Tanpa bisa ditahan, Rinjani meringis kesakitan. “Lepaskan!” gumamnya lirih, penuh tekanan.“Kiara mengangkat alisnya, lalu dengan nada yang penuh ejekan, dia bertanya, "Berapa?"Rinjani mengerutkan kening. "Apa?""Berapa yang harus aku bayar agar kamu mau pergi dari kehidupan Brama? Berapa harga yang kamu inginkan untuk keluar dari perusahaan ini?" ujar Kiara dengan suara yang dingin.Rinjani merasa seperti ditampar. Dia tidak menyangka K

    Last Updated : 2025-03-12
  • Gelora Cinta Pria Arogan   22. Kapan Dapat Jodohnya Cantik

    Kiara merasa harga dirinya benar-benar jatuh di depan pria ini. Dia tidak pernah berinisiatif mendekati laki-laki sebelumnya.Dan sebagai seorang penyanyi terkenal dengan jutaan fans, laki-laki yang biasanya mengejarnya, tapi dengan Brama semua itu seakan tidak ada artinya. Namun, di sisi lain itu membuatnya semakin tertantang untuk menakhlukkan pria itu.“Kapan kamu akan membiarkan Rinjani keluar dari perusahaan?” tanyanya tiba-tiba. Brama mengerutkan kening. “Karyawanku bukan urusanmu.”Tanpa orang lain, seperti inilah komunikasi yang selalu terjadi di antara mereka.“Aku bukan bermaksud ikut campur, hanya saja kelihatan banget Rinjani sudah nggak mau bekerja di sini. Mungkin dia canggung dengan semua yang terjadi. Takut karyawan yang lain juga membicarakan.”Mata Brama menatap tajam Kiara. “Siapa yang berani membicarakan tentangku dan Rinjani di kantor?”“Bram! Sebentar lagi kita akan bertunangan. Setelah kejadian ini, kalau Rinjani masih terus bekerja di sini, kecurigaan

    Last Updated : 2025-03-13
  • Gelora Cinta Pria Arogan   23. Niat Menikah

    Seketika semuanya langsung berubah hening begitu Radit mengatakan hal semacam itu. Suasana ringan yang tadi berhasil di bangun menjadi runtuh seketika.Rinjani melotot kesal ke arah Radit yang saat itu merasa sangat bersalah.“Kenapa? Apa kamu mau mengenalkan seseorang?” tanya Rinjani berusaha mencairkan suasana. “Memangnya kalau ada, kakak mau?”Rinjani ingin mengatakan kalau dia hanya bercanda. Dia baru saja mendapatkan hasil pahit dari kegagalan hubungannya dengan Brama. Dalam waktu sesingkat itu, dia sama sekali tidak siap untuk bertemu dengan pria baru.Tetapi, saat itu dia merasakan tatapan penuh antusias dari kedua orangtuanya. Rinjani menelan kembali semua penolakan yang sudah berada di ujung lidahnya.“Kalau ada yang cocok, kenapa nggak?” Dia berusaha membuat suaranya seringan mungkin, senyum di bibirnya juga sangat lebar, menyembunyikan semua keengganannnya jauh dalam hati.Dia kira pembicaraan akan berhenti sampai di sana. Namun, kenyataan tidak semudah itu.Ra

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   44. Tukar Cincin

    ***Keesokan harinya, Brama sudah kembali ke kantor. Rinjani yang tahu itu langsung menemui pria itu di ruangannya.Kantor Brama terasa pengap meski AC menyala kencang. Rinjani berdiri di depan meja kerjanya, menatap pria itu yang duduk dengan bahu turun, wajahnya lesu dan lingkaran hitam tebal di bawah matanya."Aku berhasil mendapatkan tanda tangan Pak Hendra, dia setuju penawaran kita," ujar Rinjani meletakkan dokumen di atas meja.Brama mengangkat kepala perlahan, matanya menyipit melihat kertas itu. Tangannya meraih dokumen tersebut, keningnya berkerut dalam.“Ini ... tujuan kamu ke lapangan golf waktu itu?" suara pria itu terdengar sedikit parau, penuh kecurigaan.Dia tahu kalau Hendra ada di lapangan golf waktu itu, tapi karena dia tidak mempersiapkan apapun sebelumnya dia tidak menemui pria itu. Siapa sangka, Rinjani sudah memiliki persiapan yang jauh lebih matang.Rinjani mengangguk. "Iya."Brama mengerutkan kening. "Hendra menolak proposal kita karena dia dapat penawa

  • Gelora Cinta Pria Arogan   43. Harus Ketemu Orangtua

    “Secepatnya, Tante. Karena keadaan mama saya sudah cukup mendesak, harus segera dioperasi.”“Aku dan Jagat berencana mengadakan acara tukar cincin sederhana saja di depan orangtua Jagat, untuk membuat ibu Jagat lebih tenang.” Takut kalau orangtua Rinjani tidak senang dengan kalimat itu, Jagat buru-buru menambahkan. “Ini Cuma sekedar untuk menunjukkan ke mama saya kalau serius hendak menikah ke mama saya. Setelah keadaan mama membaik, kami akan mengulangi semua acara itu dengan lebih serius.”Udara di ruang tamu apartemen terasa berat. Orangtua Rinjani duduk berhadapan dengan Jagat, wajah mereka dipenuhi keraguan. Ibu Rinjani memutar-mutar gelas teh di tangannya, matanya tak lepas dari wajah pemuda di hadapannya."Jujur, kami masih sulit menerima, semuanya secepat ini. Apalagi, kami sama sekali belum bertemu dengan keluargamu.”Jagat duduk tegak, tangannya tergenggam di atas lutut. "Saya mengerti kekhawatiran Om dan Tante, tapi keadaan mama benar-benar tidak mendukung untuk pem

  • Gelora Cinta Pria Arogan   42. Dapat Restu Orangtua

    Lift apartemen bergerak pelan, namun detak jantung Rinjani berdegup kencang. Kulitnya masih terasa hangat di tempat Brama menyentuhnya tadi, seolah bekas jari-jarinya membakar.Apa yang terjadi padanya? Pikiran itu terus mengusik. Wajah Brama yang biasanya tegar tadi terlihat begitu rapuh—matanya redup, garis wajahnya kaku oleh stres yang tak terkatakan.Tidak. Rinjani menggeleng keras. Dia Brama. Dia selalu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.Tapi alasan itu tidak membuat dadanya lega. Rasanya seperti berbohong pada diri sendiri.Rinjani memaksa dirinya untuk tidak memikirkan masalah itu lebih jauh lagi.Pintu apartemen terbuka. Suara obrolan orangtuanya dari ruang tamu menyambutnya."Yu? Kamu pulang larut sekali," suara hangat ibu menyapa, matanya penuh pertanyaan.Rinjani menarik napas dalam-dalam. "Iya, Bu. Tadi habis dari rumah sakit, bertemu dengan orangtua Jagat.”“Secepat itu? Bukannya kalian baru kenal?”Rinjani terdiam mendengar pertanyaan ibunya itu, setelah ragu sesaat

  • Gelora Cinta Pria Arogan   41. Air Mata Brama

    Brama mengambil langkah mundur, wajahnya tertutup. “Ma, aku nggak mau berdebat dengan mama sekarang ini. Sebaiknya mama tenangkan diri dulu.”Dia tidak pernah percaya kalau pernikahannya akan menentukan masa depannya di perusahaan. Dia sudah menjadi direktur di perusahaan itu selama beberapa tahun.Semua pengalaman, kegagalan dan keberhasilan mengajarinya banyak hal. Dia percaya, untuk mengembangkan perusahaan itu dia tidak perlu harus menikah dengan perempuan.Harga dirinya tidak mengizinkan Brama menjadi sosok seperti ayahnya."Brama!”Tapi Brama sudah berbalik, berjalan menuju pintu. Sebelum keluar, dia berhenti. "Ma, mama tenang saja. Aku bukan laki-laki naif yang akan membuang semua yang aku miliki untuk cinta.”Dia percaya dia bisa mendapatkan semuanya tanpa harus kehilangan salah satunya. Kontrol atas pernikahannya dan Abiyasa Grup, dia akan mendapatkan semuanya.Ibu Brama hanya bisa menatap anaknya itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Kecemasan dan rasa kesal bercampu

  • Gelora Cinta Pria Arogan   40. Anak Harram

    Brama memilih diam, dengan keras kepala dia menolak untuk minta maaf atau menundukkan kepala di depan ayahnya.“Bahkan Rinjani lebih bisa mengontrol emosinya! Kamu kalah sama perempuan!"Nama Rinjani seperti pisau yang menancap. "Jangan bandingkan aku dengannya." Tangan Brama terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Sekarang ini, mungkin Rinjani sama sekali tidak peduli lagi padanya.Dia bahkan sudah memiliki pria lain di sisinya. Saat itu, emosi itu kembali memuncak dalam dirinya. Dia menahan diri sejak tadi untuk tidak memborbardir nomor telepon Rinjani dengan telepon dan pesan untuk menanyakan siapakah laki-laki itu."Kalau kamu tidak bisa mengontrol perasaanmu terhadap mantan karyawan itu, lebih baik kau pecat dia sekarang juga!" Ayahnya menatap tajam. "Direktur Abiyasa Grup tidak boleh dikendalikan oleh perempuan!"Brama menarik napas dalam-dalam. "Aku bisa mengontrol diri."Ayahnya tertawa sinis. "Benarkah? Aku harap kamu benar-benar melakukan perkataanmu!” Pria itu ber

  • Gelora Cinta Pria Arogan   39. Terjebak Masa Lalu

    Rinjani tersipu, sementara Jagat hanya diam, matanya menatap Rinjani dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara syukur atau beban harus bertunangan dengan perempuan yang baru dia kenal."Jadi, kapan acara tunangannya?" tanya Ibu Jagat bersemangat.Rinjani tersenyum. "Bagaimana kalau minggu depan? Sederhana saja, di sini jika Tante, tidak bisa keluar rumah sakit."Ibu Jagat mengangguk antusias. "Nggak boleh. Ini kan acara pertunangan kalian, masa di rumah sakit. Nanti orangtua kamu nggak setuju, mengiranya Jagat nggak serius.”“Nggak begitu, Tante. Orangtua saya pasti akan menerima saja kok. Apalagi kondisinya memang memaksa.”“Iya, Ma. Nanti nikahannya bisa dibuat agak besar kalau mama sudah sembuh.”Ibu Jagat masih terlihat enggan dia menatap ke arah suaminya.Ayah Jagat menghela napas. "Papa akan coba bicara sama dokternya, tapi kalau dokternya nggak ngasih mama izin, kita harus tetap mengadakannya di sini, oke? Tenang saja nanti papa yang bantu bicara ke orangtua Rinjani."Rinjani

  • Gelora Cinta Pria Arogan   38. Rinjani Bertunangan

    Tetapi, Brama bukan orang yang bisa melepaskan semua hanya untuk emosi sesaat. Mengingat semua tujuannya, Brama kembali menahan dirinya. “Ayo, papa sudah nunggu kita, Bram.”Kiara menarik Brama menjauh dari sana. Brama menghela napas gusar. “Besok kita bicara di kantor!”“Hmm.”Udara di antara mereka terasa semakin tegang. Rinjani bisa merasakan panas dari tatapan Brama, tapi dia juga merasakan ketegangan di bahu Jagat sudah pasang badan di depannya.Brama pergi meninggalkan Rinjani di sana bersama Kiara. Rinjani menghembuskan napas panjang.“Kita pergi?” tanya Jagat.Jagat mengangguk, lalu dengan sengaja meletakkan tangan di punggung Rinjani, membimbingnya pergi.Saat mereka sudah cukup jauh, Jagat menghela napas. "Kamu baik-baik saja?"Rinjani mengangguk, tapi senyumnya terlihat terpaksa. "Aku nggak papa. Maaf, membuat kamu terseret masalah ini.”Jagat memandangnya dengan serius. "Its okay. Aku nggak masalah. Masih ... sulit melihat dia sama perempuan lain?”Rinjani tertegun.

  • Gelora Cinta Pria Arogan   37. Bagaimana Rasanya?

    "Rin?" Jagat memanggil, memecah lamunannya. “Are you okay?”Rinjani menghela napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, maaf sedikit melamun tadi. Aku gugup,” dustanya.Tapi hatinya berbicara lain. Setiap langkah mendekati hole ke-9 terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca."Pak Hendra!" sapa Jagat dengan ramah saat mereka tiba di lokasi.Seorang pria berbadan tegap berbalik, wajahnya langsung berseri. "Jagat! Akhirnya kamu datang juga!"Mereka berjabat tangan erat."Ini Rinjani, orang yang mau ketemu Bapak,” perkenalkan Jagat.Rinjani menyodorkan tangannya. "Senang bertemu dengan Anda, Pak Hendra.""Ah, halo. Jagat sudah menceritakan tentangmu. Dari Abiyasa Grup, kan? " ujar Hendra sambil tersenyum. "Ayo kita bicara sambil jalan."Mereka mulai berjalan menyusuri lapangan. Rinjani mengeluarkan proposal dari tasnya, menjelaskan dengan lugas rencana proyek mereka."Untuk harga, ini jumlah yang bisa kami berikan untuk bapak, tapi bapak tenang saja, semuanya setelah itu akan tim kami

  • Gelora Cinta Pria Arogan   36. Ternyata Cocok

    "Tunggu," Rinjani tiba-tiba menyela. “Jangan dulu, biar aku usahakan sendiri dulu saja.”Jagat tertawa pendek. "Memangnya kenapa? Aku senang bisa membantu." Matanya menatap Rinjani. "Lagipula, Pak Hendra masih sedikit hutang sama aku. Jadi ini win-win solution."Rinjani mengerutkan kening. "Hutang?""Hmm, aku pernah membantunya menyelesaikan masalah perusahaannya, aku juga pernah membantunya waktu hampir pailit, jadi dia akan lebih mendengarkanku dibanding kamu yang belum dia kenal," jawab Jagat santai, seperti itu hal sepele. "Jadi tenang saja, aku nggak keberatan."Radit menyikut lembut lengan kakaknya. "Dengerin tuh, Kak. Jagat aja nggak masalah! Koneksi itu dimanfaatkan "Rinjani menatap kedua pria itu bergantian. Dadanya terasa sesak oleh perasaan aneh—antara bersyukur dan tidak enak hati."Terima kasih ....”“Sama-sama. Itu Cuma hal kecil saja untukku, kamu nggak perlu merasa segan.” Karena dia sudah menerimanya, Rinjani memutuskan untuk menggunakan cara lain untuk berterim

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status