"Emily, Sayang, kemarilah." Suara Arnold terdengar berat, nyaris putus asa, saat ia berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Emily. Emily masih bergeming di tempatnya. Sorot matanya kosong, tubuhnya seolah tertambat oleh bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui. "Emily!" Suara Arnold terdengar lebih tegas, sedikit gemetar, seperti ada luka yang tersembunyi di balik panggilan itu. Seketika kesadarannya kembali. Emily mengedipkan matanya perlahan, lalu memandang tangan Arnold yang terulur penuh harap. Tanpa ragu lagi, ia maju dan menyambut tangan itu. Detik berikutnya, tubuhnya sudah terhimpit dalam pelukan Arnold yang hangat, kuat, namun sarat kegelisahan. "Ikutlah kemanapun aku pergi," gumam Arnold di dekat telinganya, suaranya penuh tekad. "Aku sanggup kehilangan semua harta dan kemewahan ini, tapi aku tidak sanggup kalau harus kehilanganmu untuk yang kedua kalinya!" Emily menarik napas dalam. Desahan lembut meluncur dari bibirnya yang mungil. Ia menoleh sedikit, menatap wa
Terakhir Diperbarui : 2025-04-17 Baca selengkapnya