Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO: Chapter 121 - Chapter 130

136 Chapters

Bab 121. Selamat Ulang Tahun, Emily

"Maafkan aku, tapi jangan memintaku untuk tidak menemuimu selama itu, aku tidak akan sanggup." Seulas senyuman terbit di bibir mungil Emily. Diusapnya rahang kokoh Arnold yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Aku tidak setega itu, tapi bisakah kau berjanji untuk tidak cemburu berlebihan? Cemburumu itu membuatku seperti seseorang yang tidak bisa dipercaya." "Susah!" Arnold menyandarkan kepalanya di pundak Emily, hidung mancungnya bahkan menempel di ceruk leher Emily. Mendekapnya seperti ini rasanya masih seperti mimpi, Arnold benar-benar tidak menyangka. Dan Emily memintanya untuk tidak menemuinya selama tiga hari, bukankah ini hukuman yang berat? "Jalani saja, nanti juga terbiasa. Kau tahu kenapa aku ingin suami yang sabar?" "Kenapa?" "Karena aku ingin bermanja-manja tanpa takut dimarahi." Arnold mengangkat wajahnya dan menatap manik mata bening milik kekasih hatinya. "Apa aku pemarah?" "Ya, kau dulu pemarah," jawabnya pelan. "Sekarang tidak lagi, percaya padaku!" Arnold mendekat
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 122. Cemburu Buta

"Terima kasih, Sayang," ucap Emily lembut. Arnold menatapnya dalam. "Katakan, kau ingin hadiah apa? Aku akan memberikannya untukmu." Emily tersenyum hangat. "Kau adalah kado terindahku." Tanpa aba-aba, Arnold menarik tengkuk Emily perlahan dan menyatukan bibir mereka. Emily memejamkan mata, menikmati momen pertama di mana ciuman mereka bukan lagi karena paksaan atau marah, tapi karena cinta yang tulus. Pagutan lembut dari Arnold membuat Emily tenggelam dalam rasa yang hangat. Saat akhirnya Arnold melepaskan ciuman itu, tangannya mengusap bibir Emily yang kini memerah karena ulahnya sendiri. "Hari pertama jadi kekasihmu... aku sudah gagal. Aku malu pada diriku sendiri," gumam Arnold penuh sesal. Emily terkekeh. Tatapan mata Arnold yang sayu dan menyesal justru membuatnya tampak lebih menawan. "Masih ada waktu sebulan. Ini baru hari pertama. Bagaimana bisa kau sudah menyerah?" katanya dengan nada menggoda. Arnold menghela napas. "Begini saja, bagaimana kalau hari ini kita jalan-
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 123. Putus

Emily yang kelelahan dan mengantuk cukup terkejut dengan rentetan pertanyaan yang Arnold lontarkan padanya. "Tenang dulu, kau seperti orang kesurupan," ucap Emily, mencoba meredakan ketegangan. Ia berjalan menuju teras rumah, merasakan ngilu di kakinya setelah seharian berdiri saat memasak di rumah makan. Ia duduk dan mulai memijat kakinya yang pegal. "Jelaskan padaku, kenapa Alex baru mengantarkan mu pulang malam-malam begini?" tanya Arnold yang masih berdiri di depannya, tak sabar menunggu penjelasan. "Duduk dulu," pinta Emily tanpa menatapnya. Arnold menarik kursi dan duduk di sampingnya. "Alex hanya mengantarku pulang, lalu aku tertidur di dalam mobilnya. Dia tidak tega membangunkanku karena melihatku kelelahan. Dia baru membangunkan ketika kau meneleponku tadi. Apa jawaban itu cukup membuatmu tenang?" "Kau seharusnya meneleponku. Aku pasti akan menjemputmu!" balas Arnold, masih dengan nada tak puas. "Aku sudah mencoba menghubungimu, tapi ponselmu tidak aktif. Dan kau juga
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 124. Satu Kesempatan Lagi

Emily mengabaikan panggilan Arnold. Ia bergegas masuk ke dalam rumah, namun belum sempat menutup pintu, tangan Arnold lebih dulu menahan daun pintu. "Tunggu!" seru Arnold. Emily tak membalas. Ia membatalkan niat menutup pintu dan langsung berjalan menuju kamarnya. "Emily!" panggil Arnold lagi, kali ini berdiri di depan pintu kamar, menahan diri untuk tidak masuk. "Emily, Sayang. Aku ingin bicara. Keluar, Sayang!" serunya sambil mengetuk pintu berulang kali. Namun Emily tetap diam. Rupanya, ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Setelah selesai, ia keluar dengan pakaian rapi dan wajah yang sudah dipoles tipis dengan makeup. Panggilan Arnold masih terdengar samar dari balik pintu. Emily menatap pantulan dirinya di cermin, lalu bergumam pelan, "Kita lihat seberapa sabar kamu kali ini." Satu jam berlalu, dan Arnold masih bertahan. Tak ada suara keras, tak ada bantingan, hanya panggilan lembut dan ketukan sabar. Setelah merasa cukup,
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 125. Kejutan Untuk Emily

Melihat Arnold membuang muka saat melihat Alex datang, membuat hati Emily tercubit. 'Apa aku keterlaluan padanya?' batin Emily. 'Tapi aku melakukannya agar dia tidak keterlaluan padaku, ah sudahlah. "Hai Emily!" Alex menyodorkan kado yang dia bawa. "Dari Vania!" "Sampaikan ucapan terima kasihku!" ucapnya sembari menerima kado yang diberikan adiknya Alex, Vania seumuran Emily dan kebetulan tanggal lahir mereka berdekatan, hari ini Emily, besok Vania. Alex mengangguk, "mana mobilmu? Sudah diganti Arnold?" Emily menjawab dengan anggukan. "Nanti kapan kapan ajak aku naik itu," ucapnya sembari menunjuk mobil baru Emily. "Boleh, bertiga dengan Arnold," jawabnya sambil terkekeh. "Ya sudah, aku pergi, jangan lupa besok malam." "Oke." Selepas kepergian Alex, Emily kembali ke ruang kerjanya. Dia masih kepikiran dengan Arnold yang tampak sedih saat pergi tadi. "Maafkan kalau aku keterlaluan." Emily membenamkan wajahnya ke atas tumpukan laporan keuangan rumah makan.
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 126. Arnold Marah?

"Kau mau apa katakan?" Emily mendongak demi bisa menatap wajah tampan kekasih hatinya. Arnold mengusap bibir Emily dengan lembut, membuat sang empunya bibir tersenyum. "Nanti kalau sudah halal." "Jadi aku harus berpuasa?" "Hmm, hanya sebulan, bersabarlah. Belajar bersabar," tukas Emily. Emily melepaskan pelukannya dan melanjutkan memasaknya. "Tunggu di luar, sebentar lagi makan siangmu matang." Demi bisa memiliki Emily seutuhnya, Arnold akan menuruti apa saja yang Emily minta. Kalau dulu dia bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan dengan mudah, kali ini Arnold benar benar harus berjuang. "Baiklah, aku tunggu di luar." Arnold mengecup puncak kepala Emily dan bergegas keluar. "Bagaimana, Tuan?" tanya Robert. "Sukses, Emily suka kejutannya." "Syukurlah. Habis ini jangan bertengkar lagi, Tuan. Dan saran saya kurangi frekuensi pertemuannya." "Maksud kamu?" "Jangan sering-sering kemari, seminggu sekali cukup, agar saat bertemu rindunya menggebu." bisik Robert
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 127. Izinkan Aku Menyentuhmu

"Iya, Nona. Tuan Arnold ke sini, tapi sebentar saja," jawab kasir rumah makannya. "Apa kau mengatakan padanya kalau aku pergi dengan Alex?" "Maafkan saya, Nona. Saya yang bilang Nona pergi dengan Tuan Alex dan Vania." Waiter yang tadi berbicara dengan Arnold maju selangkah dari tempatnya berdiri. "Tidak apa-apa, kalian tidak salah. Kembalilah bekerja." Emily berjalan melewati meja kasir sambil bergumam. "Dia pasti marah karena aku tidak mengabarinya." Emily lalu masuk ke dalam ruang kerjanya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa. Belum sampai lima menit, Emily bangkit dari duduknya dan menuju dapur. Dia memasak makanan kesukaan Arnold. Setelah menyelesaikan masakannya, Emily bergegas kembali ke ruangannya dan mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja. Dia melajukan mobilnya menuju Maurer Corp. Emily hendak meminta maaf kepada Arnold. Selama ini Arnold sudah banyak berubah dan Emily cukup puas dengan perubahannya. Sesampainya di Maurer Corp, Emily menghubungi Robert. 'Iya,-"
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 128. Kecupan Kerinduan

Emily menatap lekat wajah Arnold, wajah sendu yang memang jarang terlihat senyuman di bibirnya akhir-akhir ini. Sekali lagi Arnold mengecup bibir Emily, memagutnya lembut. Mencurahkan cintanya yang begitu besar, yang hanya dia yang merasakannya. Entah sudah berapa kali mereka mengalami ini, tetapi pagutan Arnold hari ini benar-benar berbeda. Manis, lembut, dan candu. Dan Emily benar-benar rindu pada pria ini. Tangan Arnold bergerak hingga mengelus punggungnya, tapi tak berapa lama ia menghentikan gerakannya dan memutus tautan bibir itu. Arnold melakukan itu karena ia tak ingin menyakiti dan memaksa Emily. "Aku ingin memberimu waktu yang cukup untuk memikirkannya, saat aku tak berada di sisimu, aku harap kau bisa menyadarinya, apa cinta itu ada untukku? Ataukah hanya aku yang mencinta." Terdengar getir, Arnold yang sangat menginginkan Emily, tentunya ingin perasaannya berbalas, tapi dia tidak bisa memaksakan kehendaknya. "Baiklah, aku akan memikirkannya." Emily mengusap
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Bab 129. Video Yang Tersebar

Alex membunyikan klaksonnya ketika Emily sudah memasuki halaman rumahnya. Bukan tanpa alasan Alex sangat baik kepada Emily, dengan statusnya yang sekarang masih sendiri. Alex merasa harus menjaga Emily karena Emily sebatang kara. Setelah memarkirkan mobilnya, Emily masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Tanpa Emily sadari sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya di balik kaca mobilnya. Arnold melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Emily setelah melihat sang kekasih masuk ke dalam rumah. Arnold yang mengikuti Emily sejak dari rumah makannya, juga melihat Emily berbincang dengan Alex hingga kekasihnya itu dikawal pulang oleh Alex. Cemburu, sudah pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Arnold tidak ingin ingkar janji, dia sudah terlanjur mengatakan akan membiarkan Emily bebas dalam seminggu ini sembari memikirkan jawaban atas lamarannya. Setelah selesai membersihkan diri, Emily tidak langsung tertidur. Dia membuat secangkir teh hangat untuk menemaninya menonton televisi.
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 130. Sayang, Tunggu Aku

"Tuan, Nona pergi ke Paris!" Robert meletakkan data perjalanan Emily yang didapatnya barusan dari hacker andalannya. "Paris?" Robert mengangguk. "Atur jetpriku sekarang juga, aku harus segera ke Paris untuk menjemput Emily!" "Tapi kan kita tidak tahu Nyonya Emily ada di mana." "Itulah gunanya uang, buat apa uangku yang banyak itu kalau aku tidak bisa menemukan di mana calon istriku!" Robert tersenyum canggung. "Nah sekarang tunggu apalagi? Nunggu Emily di ambil orang baru kamu mau atur perjalananku?" Robert bergegas keluar ruangan Arnold dan menghubungi pihak bandara, setelah itu dia menghubungi detektif untuk mencari keberadaan Emily. "Susah kalau sudah berhubungan dengan cinta, sampai ke ujung dunia pun tampaknya Tuan Arnold akan mengejar Nyonya Emily. Aku kapan ya bisa merasakan cinta seperti itu?" gumam Robert dan terdengar oleh Gwen, sekretaris Arnold. "Makanya sesekali jalan ke Mall, jangan tahunya kemana mana ikut Tuan Arnold terus," celetuk Gwen sambil berlalu. "So
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more
PREV
1
...
91011121314
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status