Share

Bab 122. Cemburu Buta

Aвтор: Silvania
last update Последнее обновление: 2025-04-05 15:00:08

"Terima kasih, Sayang," ucap Emily lembut.

Arnold menatapnya dalam. "Katakan, kau ingin hadiah apa? Aku akan memberikannya untukmu."

Emily tersenyum hangat. "Kau adalah kado terindahku."

Tanpa aba-aba, Arnold menarik tengkuk Emily perlahan dan menyatukan bibir mereka. Emily memejamkan mata, menikmati momen pertama di mana ciuman mereka bukan lagi karena paksaan atau marah, tapi karena cinta yang tulus. Pagutan lembut dari Arnold membuat Emily tenggelam dalam rasa yang hangat.

Saat akhirnya Arnold melepaskan ciuman itu, tangannya mengusap bibir Emily yang kini memerah karena ulahnya sendiri.

"Hari pertama jadi kekasihmu... aku sudah gagal. Aku malu pada diriku sendiri," gumam Arnold penuh sesal.

Emily terkekeh. Tatapan mata Arnold yang sayu dan menyesal justru membuatnya tampak lebih menawan.

"Masih ada waktu sebulan. Ini baru hari pertama. Bagaimana bisa kau sudah menyerah?" katanya dengan nada menggoda.

Arnold menghela napas. "Begini saja, bagaimana kalau hari ini kita jalan-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Related chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 123. Putus

    Emily yang kelelahan dan mengantuk cukup terkejut dengan rentetan pertanyaan yang Arnold lontarkan padanya. "Tenang dulu, kau seperti orang kesurupan," ucap Emily, mencoba meredakan ketegangan. Ia berjalan menuju teras rumah, merasakan ngilu di kakinya setelah seharian berdiri saat memasak di rumah makan. Ia duduk dan mulai memijat kakinya yang pegal. "Jelaskan padaku, kenapa Alex baru mengantarkan mu pulang malam-malam begini?" tanya Arnold yang masih berdiri di depannya, tak sabar menunggu penjelasan. "Duduk dulu," pinta Emily tanpa menatapnya. Arnold menarik kursi dan duduk di sampingnya. "Alex hanya mengantarku pulang, lalu aku tertidur di dalam mobilnya. Dia tidak tega membangunkanku karena melihatku kelelahan. Dia baru membangunkan ketika kau meneleponku tadi. Apa jawaban itu cukup membuatmu tenang?" "Kau seharusnya meneleponku. Aku pasti akan menjemputmu!" balas Arnold, masih dengan nada tak puas. "Aku sudah mencoba menghubungimu, tapi ponselmu tidak aktif. Dan kau juga

    Последнее обновление : 2025-04-05
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 124. Satu Kesempatan Lagi

    Emily mengabaikan panggilan Arnold. Ia bergegas masuk ke dalam rumah, namun belum sempat menutup pintu, tangan Arnold lebih dulu menahan daun pintu. "Tunggu!" seru Arnold. Emily tak membalas. Ia membatalkan niat menutup pintu dan langsung berjalan menuju kamarnya. "Emily!" panggil Arnold lagi, kali ini berdiri di depan pintu kamar, menahan diri untuk tidak masuk. "Emily, Sayang. Aku ingin bicara. Keluar, Sayang!" serunya sambil mengetuk pintu berulang kali. Namun Emily tetap diam. Rupanya, ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Setelah selesai, ia keluar dengan pakaian rapi dan wajah yang sudah dipoles tipis dengan makeup. Panggilan Arnold masih terdengar samar dari balik pintu. Emily menatap pantulan dirinya di cermin, lalu bergumam pelan, "Kita lihat seberapa sabar kamu kali ini." Satu jam berlalu, dan Arnold masih bertahan. Tak ada suara keras, tak ada bantingan, hanya panggilan lembut dan ketukan sabar. Setelah merasa cukup,

    Последнее обновление : 2025-04-05
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 125. Kejutan Untuk Emily

    Melihat Arnold membuang muka saat melihat Alex datang, membuat hati Emily tercubit. 'Apa aku keterlaluan padanya?' batin Emily. 'Tapi aku melakukannya agar dia tidak keterlaluan padaku, ah sudahlah. "Hai Emily!" Alex menyodorkan kado yang dia bawa. "Dari Vania!" "Sampaikan ucapan terima kasihku!" ucapnya sembari menerima kado yang diberikan adiknya Alex, Vania seumuran Emily dan kebetulan tanggal lahir mereka berdekatan, hari ini Emily, besok Vania. Alex mengangguk, "mana mobilmu? Sudah diganti Arnold?" Emily menjawab dengan anggukan. "Nanti kapan kapan ajak aku naik itu," ucapnya sembari menunjuk mobil baru Emily. "Boleh, bertiga dengan Arnold," jawabnya sambil terkekeh. "Ya sudah, aku pergi, jangan lupa besok malam." "Oke." Selepas kepergian Alex, Emily kembali ke ruang kerjanya. Dia masih kepikiran dengan Arnold yang tampak sedih saat pergi tadi. "Maafkan kalau aku keterlaluan." Emily membenamkan wajahnya ke atas tumpukan laporan keuangan rumah makan.

    Последнее обновление : 2025-04-06
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 126. Arnold Marah?

    "Kau mau apa katakan?" Emily mendongak demi bisa menatap wajah tampan kekasih hatinya. Arnold mengusap bibir Emily dengan lembut, membuat sang empunya bibir tersenyum. "Nanti kalau sudah halal." "Jadi aku harus berpuasa?" "Hmm, hanya sebulan, bersabarlah. Belajar bersabar," tukas Emily. Emily melepaskan pelukannya dan melanjutkan memasaknya. "Tunggu di luar, sebentar lagi makan siangmu matang." Demi bisa memiliki Emily seutuhnya, Arnold akan menuruti apa saja yang Emily minta. Kalau dulu dia bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan dengan mudah, kali ini Arnold benar benar harus berjuang. "Baiklah, aku tunggu di luar." Arnold mengecup puncak kepala Emily dan bergegas keluar. "Bagaimana, Tuan?" tanya Robert. "Sukses, Emily suka kejutannya." "Syukurlah. Habis ini jangan bertengkar lagi, Tuan. Dan saran saya kurangi frekuensi pertemuannya." "Maksud kamu?" "Jangan sering-sering kemari, seminggu sekali cukup, agar saat bertemu rindunya menggebu." bisik Robert

    Последнее обновление : 2025-04-06
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 127. Izinkan Aku Menyentuhmu

    "Iya, Nona. Tuan Arnold ke sini, tapi sebentar saja," jawab kasir rumah makannya. "Apa kau mengatakan padanya kalau aku pergi dengan Alex?" "Maafkan saya, Nona. Saya yang bilang Nona pergi dengan Tuan Alex dan Vania." Waiter yang tadi berbicara dengan Arnold maju selangkah dari tempatnya berdiri. "Tidak apa-apa, kalian tidak salah. Kembalilah bekerja." Emily berjalan melewati meja kasir sambil bergumam. "Dia pasti marah karena aku tidak mengabarinya." Emily lalu masuk ke dalam ruang kerjanya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa. Belum sampai lima menit, Emily bangkit dari duduknya dan menuju dapur. Dia memasak makanan kesukaan Arnold. Setelah menyelesaikan masakannya, Emily bergegas kembali ke ruangannya dan mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja. Dia melajukan mobilnya menuju Maurer Corp. Emily hendak meminta maaf kepada Arnold. Selama ini Arnold sudah banyak berubah dan Emily cukup puas dengan perubahannya. Sesampainya di Maurer Corp, Emily menghubungi Robert. 'Iya,-"

    Последнее обновление : 2025-04-07
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 128. Kecupan Kerinduan

    Emily menatap lekat wajah Arnold, wajah sendu yang memang jarang terlihat senyuman di bibirnya akhir-akhir ini. Sekali lagi Arnold mengecup bibir Emily, memagutnya lembut. Mencurahkan cintanya yang begitu besar, yang hanya dia yang merasakannya. Entah sudah berapa kali mereka mengalami ini, tetapi pagutan Arnold hari ini benar-benar berbeda. Manis, lembut, dan candu. Dan Emily benar-benar rindu pada pria ini. Tangan Arnold bergerak hingga mengelus punggungnya, tapi tak berapa lama ia menghentikan gerakannya dan memutus tautan bibir itu. Arnold melakukan itu karena ia tak ingin menyakiti dan memaksa Emily. "Aku ingin memberimu waktu yang cukup untuk memikirkannya, saat aku tak berada di sisimu, aku harap kau bisa menyadarinya, apa cinta itu ada untukku? Ataukah hanya aku yang mencinta." Terdengar getir, Arnold yang sangat menginginkan Emily, tentunya ingin perasaannya berbalas, tapi dia tidak bisa memaksakan kehendaknya. "Baiklah, aku akan memikirkannya." Emily mengusap

    Последнее обновление : 2025-04-07
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 129. Video Yang Tersebar

    Alex membunyikan klaksonnya ketika Emily sudah memasuki halaman rumahnya. Bukan tanpa alasan Alex sangat baik kepada Emily, dengan statusnya yang sekarang masih sendiri. Alex merasa harus menjaga Emily karena Emily sebatang kara. Setelah memarkirkan mobilnya, Emily masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Tanpa Emily sadari sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya di balik kaca mobilnya. Arnold melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Emily setelah melihat sang kekasih masuk ke dalam rumah. Arnold yang mengikuti Emily sejak dari rumah makannya, juga melihat Emily berbincang dengan Alex hingga kekasihnya itu dikawal pulang oleh Alex. Cemburu, sudah pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Arnold tidak ingin ingkar janji, dia sudah terlanjur mengatakan akan membiarkan Emily bebas dalam seminggu ini sembari memikirkan jawaban atas lamarannya. Setelah selesai membersihkan diri, Emily tidak langsung tertidur. Dia membuat secangkir teh hangat untuk menemaninya menonton televisi.

    Последнее обновление : 2025-04-08
  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 130. Sayang, Tunggu Aku

    "Tuan, Nona pergi ke Paris!" Robert meletakkan data perjalanan Emily yang didapatnya barusan dari hacker andalannya. "Paris?" Robert mengangguk. "Atur jetpriku sekarang juga, aku harus segera ke Paris untuk menjemput Emily!" "Tapi kan kita tidak tahu Nyonya Emily ada di mana." "Itulah gunanya uang, buat apa uangku yang banyak itu kalau aku tidak bisa menemukan di mana calon istriku!" Robert tersenyum canggung. "Nah sekarang tunggu apalagi? Nunggu Emily di ambil orang baru kamu mau atur perjalananku?" Robert bergegas keluar ruangan Arnold dan menghubungi pihak bandara, setelah itu dia menghubungi detektif untuk mencari keberadaan Emily. "Susah kalau sudah berhubungan dengan cinta, sampai ke ujung dunia pun tampaknya Tuan Arnold akan mengejar Nyonya Emily. Aku kapan ya bisa merasakan cinta seperti itu?" gumam Robert dan terdengar oleh Gwen, sekretaris Arnold. "Makanya sesekali jalan ke Mall, jangan tahunya kemana mana ikut Tuan Arnold terus," celetuk Gwen sambil berlalu. "So

    Последнее обновление : 2025-04-08

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 187. Bisakah Kita Bertemu Di luar?

    Pertanyaan itu sebetulnya sudah Arnold tahu jawabannya, namun entah mengapa, tetap keluar dari mulutnya. "Menurutmu?" Emily membalikkan pertanyaan dengan nada tenang tapi penuh makna. "Tentu saja marah!" jawab Arnold cepat. Ia cukup sadar diri, menyadari rentetan kesalahan yang pernah diperbuatnya. Emily tersenyum simpul, senyum yang tak bisa dibaca seluruhnya—ada luka, ada penerimaan. "Itu sudah tahu, kenapa masih bertanya?" Arnold menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis, senyum yang menyembunyikan getir. "Aku hanya ingin mendengarnya langsung dari mulutmu," katanya pelan sambil meraih jemari istrinya, menggenggam hangat, lalu mengecupnya seolah meminta maaf lagi dan lagi, tanpa kata. Emily memandang Arnold, tak ada kemarahan di matanya, hanya ketegaran. "Bohong kalau aku bilang tidak marah. Tapi cintaku untukmu terlalu besar, sampai-sampai aku bisa memaafkanmu tanpa batas. Mungkin, bagi sebagian orang aku sangat bodoh. Mau menikah dengan laki-laki yang pernah menghancurkan

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 186. Mengikhlaskan

    Arnold mundur dua langkah, napasnya tercekat saat melihat darah mengalir di kaki Emily. Pemandangan itu membuatnya seolah terpaku, namun dalam sekejap naluri melindunginya mengambil alih. Dia segera menghampiri, menunduk, lalu memegangi tubuh istrinya dengan cermat dan hati-hati. Ia mendudukkannya perlahan di atas toilet, takut kalau gerakan sekecil apa pun bisa menyakitinya lebih dari yang sudah terjadi. Jantung Arnold berdebar hebat, lebih cepat dari biasanya. Ini pertama kalinya dia menyaksikan siklus haid seorang perempuan secara langsung, dan di benaknya, darah yang keluar seharusnya tidak sebanyak itu. Pikirannya sempat panik, mencemaskan yang terburuk. "Apa ini menyakitkan?" tanyanya dengan suara serak, nyaris berbisik, penuh kecemasan, sambil tetap memandangi darah merah segar yang mengalir di sela-sela kaki Emily. Emily mengatur napasnya, pelan-pelan, berusaha menenangkan diri. "Sedikit nyeri," jawabnya lirih. Arnold segera menarik shower, menyetel air hangat, dan mulai m

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 185. Anak Kita...

    "Apa harus sekarang?" tanya Emily dengan suara nyaris tak terdengar, sorot matanya kosong, menatap hampa ke arah bungkusan kecil berwarna putih pucat yang tergeletak di atas meja. Obat itu tampak tak berbahaya, namun ia tahu betul bahwa satu tablet kecil itu bisa membersihkan rahimnya dalam sekejap—mengakhiri harapannya, menghentikan denyut kecil yang kini masih ada di dalam perutnya. Arnold menatap Emily dengan penuh simpati, matanya mengandung kecemasan dan kesedihan yang tak terucap. Ia menggenggam jemari istrinya yang saling meremas erat di atas pahanya, mencoba menyalurkan ketenangan lewat sentuhan hangatnya. "Ingat kata Dokter, lebih cepat lebih baik. Menundanya hanya akan membuatmu semakin susah untuk melepasnya. Yakinlah, ini yang terbaik." Suaranya terdengar lembut namun tegas, mencoba menjadi jangkar di tengah badai perasaan yang melanda istrinya. Emily diam. Pikirannya melayang-layang, hatinya campur aduk. Galau tak cukup untuk menggambarkan perasaannya—ini lebih dari se

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 184. Apa Kau Siap?

    Arnold menghela napas panjang, berat dan tertahan, seolah ingin mengusir penat yang menggumpal di dadanya. Sorot matanya menatap tajam namun penuh kasih, menekuri wajah istrinya yang tengah dilanda gejolak emosi. Emily sedang tidak stabil, dan itu berarti dia harus menyiapkan diri untuk lebih sabar, lebih kuat. Ia tahu, mencintai seseorang bukan hanya saat segalanya berjalan baik, tapi justru saat badai datang menghantam. "Kalau aku hanya mencintai janin kita, aku akan membiarkanmu mengandungnya dan setelah kau tiada, maka aku mencari penggantimu!" ucap Arnold dengan nada bergetar, suaranya menggema di antara keheningan kamar yang temaram. Kata-kata itu memukul perasaan Emily. Tangisnya kembali pecah, seperti bendungan yang tak mampu lagi menahan derasnya air. Ia sendiri bingung dengan segala perasaannya. Ada cinta, ada ketakutan, ada rasa bersalah, dan ada luka lama yang belum sembuh. Kehamilan membuat emosinya mendadak labil. Ia merasa seperti kehilangan kendali atas dirinya sendi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 183. Kau Tidak Mencintai Bayi Kita

    Arnold mengambil surat itu. Dengan teliti ia membaca seluruh isi dokumen, memastikan setiap kata dan konsekuensinya. Setelah memahami sepenuhnya, ia menarik napas panjang, seolah ingin mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu akhirnya membubuhkan tanda tangannya di bawah lembaran surat persetujuan itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyelesaikannya, namun tidak ada keraguan dalam goresan tinta itu—hanya ketulusan dan pengorbanan. "Oke, saya salut dengan kalian. Ini bukti cinta Tuan Arnold ke Nyonya Emily. Kalau Tuan Arnold bersikeras mempertahankan janinnya, itu artinya Tuan Arnold hanya cinta buah hatinya, bukan ibunya!" Kalimat Dokter Natasha meluncur dengan ketegasan penuh makna. Namun, ucapan itu tak serta-merta membuat Emily merasa tersanjung. Hatinya masih diliputi rasa hampa dan perih. Kenyataan bahwa ia harus mengorbankan janin yang baru tumbuh dalam rahimnya begitu berat untuk diterima. Setelah menyimpan surat pernyataan yang sudah ditandatangani Arnold, Dokter Nata

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 182. Obat Pembersih Rahim?

    Dokter Natasha menghentikan ucapannya sejenak, membiarkan suasana hening menyelimuti ruangan. Tatapannya bergantian mengamati Arnold dan Emily, seolah mencari tanda-tanda keraguan atau ketegasan dari kedua pasiennya. Keduanya tampak berusaha tenang. Tidak ada reaksi terkejut yang berlebihan—wajar, karena mereka sudah mengetahui kemungkinan ini sebelumnya, meski tetap saja bayangan kenyataan itu terasa berat. "Mumpung usia kandungannya masih muda, saya sarankan sebaiknya kita bersihkan dulu rahimnya dan obati lukanya," ujar Dokter Natasha dengan suara datar namun penuh kehati-hatian. Arnold mengangguk sedikit, mencoba mencerna setiap kata. Namun kemudian, dengan suara yang terdengar lebih berat daripada biasanya, ia bertanya, "Kalau kami ingin mempertahankan janinnya, apa risiko yang mungkin akan istri saya hadapi, Dokter?" Dokter Natasha menautkan kedua tangan di atas meja sebelum menjawab, tatapannya menjadi lebih serius. "Kalau lukanya tidak diobati dan terus ditekan oleh

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 181. Luka Yang Cukup Dalam

    Arnold dan Emily bergegas menghampiri Angel dan seorang laki-laki yang berdiri menghadap Angel. Dari kejauhan, yang terlihat hanya rambut hitam rapi dan punggungnya yang tegap, memberi kesan penuh wibawa namun asing di mata mereka. "Angel!" panggil Arnold dengan nada penuh kecemasan. Angel menoleh cepat ketika mendengar namanya. Sontak, dia berdiri, dengan tangan yang masih erat menggenggam tangan laki-laki di hadapannya. Ekspresi Angel terlihat campur aduk—terkejut sekaligus bersalah. Laki-laki itu juga menoleh, menampakkan wajah yang segera membuat Arnold terperangah. "Alex!" desis Arnold dengan rahang mengeras. Langkah Arnold semakin cepat, penuh emosi. Tanpa berpikir panjang, ia menarik keras kerah kemeja Alex, hingga membuat Angel memekik panik. "Kak, lepasin!" teriak Angel sambil berusaha keras menarik tangan Arnold yang mencengkram Alex dengan penuh amarah. Emily yang shock segera bergerak, meraih tubuh Arnold dan menggenggam jemari suaminya yang mengepal, siap menghanta

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 180. Memadu Kasih

    Arnold membalas pelukan Emily erat-erat, seolah berusaha mentransfer seluruh perasaannya ke dalam pelukan itu. "Aku hanya ingin kau bahagia bersamaku!" bisiknya dengan suara serak. Sebenarnya, di dalam hatinya, Arnold belum sepenuhnya yakin untuk mempertahankan kandungan Emily. Ada ketakutan, ada keraguan yang menyesakkan dadanya. Namun, menolak permintaan Emily saat ini terasa seperti meruntuhkan dinding harapan yang mulai dibangun di antara mereka. Ia tidak sanggup berkata tidak. "Sudah, sekarang tidurlah," ucap Arnold lembut, membelai rambut Emily dengan penuh kasih sayang. "Kau harus banyak beristirahat. Besok kita harus memeriksakan kandunganmu." Dengan hati-hati, Arnold membantu Emily berbaring. Ia menyelimutinya dengan gerakan penuh perhatian, memastikan setiap bagian tubuhnya terlindungi dari dingin. Belum sempat Emily menutup mata, ia berkata dengan suara lirih, hampir seperti sebuah gumaman penuh kecemasan, "Kalau aku tidak ada nanti, apa kau akan mencari gant-" "Diam!"

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 179. Terimakasih Telah Mempertahankannya

    "Jahe. Bukankah wangi?" Emily tertawa kecil dan mendekatkan bibirnya untuk mencium Arnold. Namun, alih-alih membalas ciuman, Arnold malah berlari ke kamar mandi. Tak lama, suara muntah terdengar keras dari dalam. Emily terpaku, bingung. "Kenapa dia muntah, padahal wanginya enak sekali?" Dengan perasaan tak enak, Emily membereskan tas kerja dan jas Arnold di walk-in closet. Saat hendak keluar, Arnold muncul dengan langkah gontai, kancing kemeja terbuka, wajahnya pucat. "Sayang, kau sakit?" tanya Emily khawatir, hendak menghampirinya. Namun Arnold segera mengangkat tangan, menghentikannya. "Diam di sana... jangan mendekat. Kepalaku pusing." Emily membeku, wajahnya berubah sendu. Perlahan ia mundur, mengambil toples permen jahe dan keluar kamar, meninggalkan Arnold yang masih berusaha menahan rasa pusingnya. "Apa yang terjadi dengannya?" bisik Emily pada dirinya sendiri, hatinya penuh tanda tanya. Emily melangkah pelan menuju dapur, mengembalikan toples permen jahe ke te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status