หน้าหลัก / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu: บทที่ 11 - บทที่ 20

47

11. Tiba-Tiba Sakit

Hatinya tidak kuat mendengar percakapan mereka. Ia segera menjauh. Livy pun membenarkan ucapan Richard, Kay berhak bahagia. Tangan Albern bergerak-gerak, seakan ingin menyentuh wajah Livy. “Albern… Sayang… Benar kata Kakekmu. Kamu dan Papa kamu berhak bahagia. Iya kan?” Livy mengajak bayi berusia dua bulan itu berbicara. Takdirnya benar-benar malang. Siap atau pun tidak, waktu itu pasti akan datang. Kay pasti akan menikah. Livy percaya semua kepahitan itu, mungkin memang karma untuknya. Ditambah setelah tidak sengaja bertemu suaminya hari ini, Livy menjadi sering melamun, berpikir yang bukan-bukan, hingga ingin mengakhiri hidup. Namun, dia sudah sayang akan Albern. Semua beban batin dan pikirannya itu membuat Livy sakit keesokan harinya. Livy sulit untuk bangkit dari kamarnya. Dia demam. Suhu tubuhnya tinggi. Tak ada yang menyadari. Namun, Livy tahu diri. Dia sadar akan tugas dan statusnya. Perlahan, sambil meraba dinding, ia berjalan keluar kamar. Melewati lorong, berjalan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
อ่านเพิ่มเติม

12. Diam-Diam Memperhatikan Livy

Air mata Livy kembali berjatuhan saat ia kembali membaringkan tubuhnya. Ia menyalahkan dirinya atas apa yang sudah dia katakan pada Kay. 'Kenapa hatiku berkata kalau dia benar mengingat kalau aku tidak bisa minum obat? Dan hatiku sedikit senang jika itu benar. Setidaknya dia masih mengingatku.' Hatinya terbolak-balik mengingat Kay. 'Tidak... Apa yang sudah aku pikirkan? Mana mungkin Kay mengingatku. Dia sangat membenciku. Bahkan, aku sudah dianggap mati,' batinnya pilu. Selama Livy sakit, ASI-nya dipompa untuk memenuhi kebutuhan Albern. Bayi Susunya itu juga seakan mengerti kondisinya. Dia tidak rewel selama Livy sakit. Walau Suster Merry tetap harus membawa Albern ke kamar Livy agar Albern bisa tenang setelah mendengar suara ibu susunya. Kay tidak dapat melarang. Anaknya benar-benar sudah ketergantungan dengan Livy. Dia bahkan tidak menyangka walau hanya mendengar suara Livy, anaknya bisa tenang. 'Bagaimana kalau sampai Albern tidak bisa berpisah dengan Livy? Tidak! Tidak b
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
อ่านเพิ่มเติม

13. Menghajar David, Menyelamatkan Livy

Kay ingin turun dari mobilnya, mendekati rumah itu dan mencaritahu apa yang terjadi di dalam. Namun, pikirannya sudah telanjur jauh. Dia malah merasa jijik jika harus mendengar percintaan Livy dan David. Tepat saat Kay ingin kembali memajukan mobilnya, dia malah melihat Livy keluar dari rumah itu dan ingin berteriak. Sigap David membekap mulutnya dan memeluk Livy untuk kembali masuk ke dalam rumah. “Lepaskan! Aku ke sini bukan untuk melayanimu! Aku mau kita bercerai!” teriak Livy. Plak! David tak segan-segan menamparnya. “Aku tidak mau! Kau bisa apa?!” bentak David. Kay langsung turun dari mobilnya. Dia mendekati rumah itu. Saat yang bersamaan, Livy kembali berusaha kabur setelah mendorong tubuh David sekuat yang dia mampu. Saat ia lari terbirit, tak sengaja dia menabrak tubuh Kay. “To- tolong aku!” ucap Livy yang panik. Namun, saat itu pula dia terdiam setelah melihat wajah pemilik dada yang bidang itu. Mata Kay menyala menatap Livy. David pun muncul. Dia terkejut setelah mel
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-01
อ่านเพิ่มเติม

14. Tidur Bersama

Kay tiba-tiba memberhentikan mobilnya. Hingga Livy terguncang dan terkejut. Tatapan Kay semakin tajam padanya. “Di matamu kau hanya menyoroti dendamku saja? Bagaimana dengan kelicikan dan kekejianmu?!” bentak Kay. Livy menatap tepat di mata Kay. Dia memandangnya dengan kelembutan. Dengan mata yang basah. “Arghh!” Kay memukul setir mobilnya. Ia frustrasi sendiri dengan kebenciannya. “Kapan Albern akan tidak membutuhkanmu lagi! Aku benar-benar muak dengan semua aktingmu ini!” Livy menunduk. Dia membuang pandangannya ke sisi kanan jendela. Mencoba mengalihkan wajahnya dari Kay. Ia sedang mengumpulkan keberanian, ingin mengatakan yang sejujurnya. “Kay… sebenarnya…” “Diam!” potong Kay. “Kau tidak perlu berkata apa-apa lagi! Apa masih kurang jelas, aku ini Tuanmu!” Livy menunduk. Tangisannya yang di atahan membuat tubuhnya bergetar. Dia menutup wajahnya. “Maaf Tuan…” ucapnya pula. Kay kembali memajukan mobilnya. ‘Aku tidak akan berusaha menjelaskan apapun lagi, Kay. Memang, aku yan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-02
อ่านเพิ่มเติม

15. Lelaki Pertama (Berhasrat)

Sigap Kay meninggalkannya di sofa itu sebelum Livy terbangun. Ia kembali ke samping Albern dan tidur di sana.Tangisan dan rengekan Albern pagi itu membuat Livy terbangun. Saat dia ingin segera beranjak, dia pun sadar ada selimut yang menghalanginya. Dia juga sadar ada bantal di bagian kepalanya. Belum sempat dia bengong dan bertanya-tanya, tangisan Albern langsung mengalihkannya. Livy langsung menggendong anak susunya, menjauhkannya dari Kay, agar pria yang terlihat lelah itu tidak terbangun. Saat yang bersamaan, dia pun menduga, ‘Dia yang memberiku selimut dan bantal?’ batinnya. Ia pun berniat untuk mengucapkan terima kasih nanti.“Iya Sayang… Ibu di sini… Kamu tenang ya? Selamat pagi ganteng…” Livy menimang-nimang Albern untuk menenangkannya. Dia bahkan membawanya jalan-jalan untuk menikmati pagi yang cerah dari teras rumah megah itu.Kay terbangun. Dia langsung terduduk saat menyadari tidak ada Albern di sebelahnya. Dia juga melihat jam dan menyadari kalau dia akan terlambat ke k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-03
อ่านเพิ่มเติม

16. Tepat di Atas Tubuh Kay

Livy baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah. Ia membalutnya dengan handuk. Bahkan ia juga belum sempat memakai bajunya karena Albern tiba-tiba menangis. Saat dia sedang duduk, menyusui Albern dengan penampilan yang sedikit terbuka dan seksi, tiba-tiba Kay sudah pulang. Seperti biasa, pria yang sudah ditinggal mati istrinya itu biasanya akan selalu menengok anaknya di kamar. Saat akan masuk, matanya bertemu dengan mata Livy. Ia pun menyadari penampilan wanita itu yang cukup seksi karena baru selesai mandi. Ia yang sejak tadi uring-uringan mengingat masa lalunya dengan Livy, langsung membalik badan dan menjauhinya. Setelah Livy selesai menyusui Albern, dia menaruh anak itu dengan mainannya di atas tempat tidurnya. Segera dia berlari ke kamarnya di belakang dapur untuk memakai pakaiannya. Ketika selesai, dia kembali lagi ke kamar Albern dan ternyata Kay sudah berada di sana, masih dengan menggunakan pakaian lengkap. “Maaf Tuan, tadi Albern sa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-04
อ่านเพิ่มเติม

17. Belanja Bersama (Serasi)

“Ma- maaf, Tuan! Baby Al!” ucap Livy buru-buru menggendong Albern.Kay masih mengumpulkan kesadaran. Dia langsung duduk. Ia bingung. Apa yang baru saja terjadi dan kenapa Livy bisa berada di atasnya?“Sayang… Sayang… tidak apa-apa. Ibu di sini. Kamu tenang ya… Shhhh tidur lagi ya, tidur lagi…” Livy menimang-nimang Albern dan menenangkannya.Kay menoleh pada sisi tempat tidur di mana Albern tadi menangis. Dia pun mulai sadar. ‘Apa aku sudah hampir mencelakai Albern tadi?’ batinnya.Tangis Albern mulai mereda saat Livy menyusuinya.“Apa aku tadi hampir mencelakai Albern?” tanya Kay.Livy menatapnya lalu mengangguk. “Tangan Tuan menimpa kakinya. Membuat Albern sulit bergerak,” jelas Livy.Kay mendengus kesal. Dia mengusap wajahnya dan menyalahkan dirinya sendiri. Untung saja ada Livy. Jika tidak, apa yang akan terjadi pada anaknya? “Ah, terima kasih karena ka
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-05
อ่านเพิ่มเติม

18. Tidak Terima Livy Direndahkan

Kay terdiam dengan pertanyaan Livy yang menurutnya semakin berani. Namun beberapa detik kemudian penilaiannya pada Livy pun semakin buruk.“Jadi benar? Ya, aku tidak akan heran. Selain memang sengaja, kau juga tahu mana laki-laki yang memiliki uang.” Kay begitu enteng menyampaikan pemikirannya. “Itu namanya Tommy. Bisnisnya cukup bagus. Statusnya duda, cerai hidup dan dia selalu bergontai-ganti pasangan. Just for your information, siapa tahu kau ingin memasukkan dia ke dalam targetmu selanjutnya. Tentunya dia kaya!” lanjut Kay.Livy terdiam. Ia merasa terhina dengan ucapan Kay. Namun, ia tidak memiliki kekuatan untuk membantahnya. Tetap saja, di mata Kay dia adalah wanita yang sangat buruk.Kay yang masih menggendong Albern, berjalan beriringan dengan Livy yang mendorong troli. Namun, wajah Livy sudah tidak dapat dia kondisikan. Dia menunduk untuk menutupi raut yang bersedih atas hinaan tuannya.“Kenapa? Kenapa kau diam? Aku tahu! Kau pasti sedang menyusun rencana kan? Setelah kontrak
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-06
อ่านเพิ่มเติม

19. Layani Aku dengan Tubuhmu

Kay tiba di rumah dengan wajah memar. Ia berjalan masuk sambil mengusap sudut bibirnya yang luka. Saat yang bersamaan, Livy baru saja keluar dari kamar Albern. Awalnya dia ingin minum ke dapur. Namun, melihat penampilan Kay yang kacau, dia langsung terkejut. “Tu- tuan? Ada apa?” tanya Livy. Kay menatapnya. Dia pun tidak mengira kalau Livy belum tidur. Ia masih diam, tak memberi jawaban. “A- apa yang bisa saya bantu, Tuan? I- itu sudut bibir Tuan berdarah…” Livy menunjuknya. “Saya tahu!” bentak Kay. Jawabannya yang tiba-tiba dan dengan nada tinggi membuat tubuh Livy sempat bergidik. “Ini semua karena kau! Ini semua karena kau! Kau selalu membuat masalah dalam hidupku!” bentak Kay. Dia menunjuk Livy dengan tajam. Livy tampak kebingungan. Tetapi jawaban dan bentakan Kay membuatnya memilih diam dan menunduk. ‘Ternyata benci dan dendam saja tidak cukup untuk memuaskanmu karena pengkhianatanku di masa lalu. Sekarang, setiap masalah yang ada di hidupmu, semua kau limpahkan karena kesa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
อ่านเพิ่มเติม

20. Kehadiran Wanita Lain

Di kamar Albern… Livy menangis, menahan suara. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Kay di pesta itu. Mata Livy menatap Albern yang sedang terlelap. Hatinya dengan anak susunya itu terasa sangat dekat. Albern adalah hal yang membuat Livy kuat setelah kehilangan Fabian. ‘Apapun yang terjadi ke depannya nanti, aku bangga bisa menyusuimu, Al… Mungkin kita tidak akan mungkin pernah bertemu lagi begitu kita berpisah. Aku tidak ingin membuat masalah dalam hidup Papa kamu, seperti yang dia katakan. Entah kenapa, aku sangat sayang kamu, Albern. Setiap tetes ASI yang kuberi untukmu itu selalu disertai doa dan harapanku, semoga kelak kamu menjadi anak yang hebat, sukses dan penuh cinta. Dengan harapan, siapa tahu Papa kamu bisa mengingat setidaknya sedikit saja kebaikan yang kuberikan untuk anaknya, di samping luka dan masalah yang ada di hidupnya karenaku…’ Setelah semalaman bercucuran air mata, akhirnya Livy pun tertidur. Keesokan harinya Livy beraktivitas seperti bisanya.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12345
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status