Semua Bab Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu: Bab 51 - Bab 60

76 Bab

51. Keguguran dan Kebenaran

Kay melepas cengkeramannya dari leher Livy dengan cara mendorongnya. Livy terpental jatuh ke belakang dan terduduk.“Ahh!” Livy kesakitan dan reflek menekuk perutnya karena terasa sakit. Ia menangis dan merintih kesakitan.“Kay! Kau keterlaluan!” ucap Richard.“Aku keterlaluan, Pa? Dia sudah berusaha membunuh Albern!” bentak Kay.Mulut Livy masih ternganga sambil merintih menahan sakit di bokong dan perut bawahnya. Ia tidak kepikiran untuk membela dirinya lagi. Dia terus menekuk dan memegang perutnya.“Aku akan penjarakan kau!” tuduh Kay pada Livy dengan sangat kejam.Livy menggeleng. Dia berusaha bangkit untuk menyelamatkan diri. Tidak akan ada yang peduli rasa sakit yang dialaminya.Saat Livy mencoba berdiri, tiba-tiba cairan merah mengalir di kakinya hingga menetes ke lantai. Ia masih merintih. Bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya.Livy kembali terjatuh berlutut sambil menahan sakit yang luar biasa. “To long…” Livy meminta tolong.“Ibu Livy…” Richard ingin mendekat.“Papa! Ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

52. Tuan, Ibu Livy Kritis!

Kay baru saja keluar dari kantor polisi. Saat akan masuk ke dalam mobilnya, ada panggilan dari ayah mertuanya.“Halo, Pa?”“Kay… Bukan Ibu Livy. Bukan dia pelakunya. Pelakunya Jenna!” Richard langsung memberi tahu.“A- apa? Maksud Papa?” Kay masih berusaha mencerna laporan ayah mertuanya.Richard menjelaskan semuanya.Kay frustrasi dia menekan pelipisnya lalu menutup mulutnya. “Arggh! Sialan! Bagaimana bisa?” pekiknya emosi.“Bawa Ibu Livy kembali, Kay. Dia tidak bersalah! Sementara itu Papa akan tetap berpura-pura tidak tahu kalau Jenna adalah pelaku yang sesungguhnya. Papa tunggu kamu. Cepat!” ucap Richard. Dia pun bergerak cepat untuk mendapatkan bukti penguat yanag lain.Kay teringat pada Livy. Ia pun mulai kepikiran bagaimana kalau yang dia katakan benar? Kalau dia benar-benar keguguran anaknya? Tapi kebenciannya pada wanita itu dan mengetahui di mana dia tinggal belakangan ini, membuatnya ragu. Ia tidak bisa percaya semudah itu.Dengan cepat dia kembali masuk ke dalam kantor pol
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

53. Kay Panik dan Menangis

Kay menatap dokter. Dia terlihat bingung dan terdiam.Melihat respon Kay yang begitu lambat, Richard lanagsung bertindak tegas. “Lakukan apa pun yang terbaik untuk Ibu Livy, Dok. Lakukan yanag terbaik. Selamatkan dia.”Setelah dokter pergi. Richard menatap Kay. Dia geleng kepala. “Apa dengan keadaannya begini membuatmu sudah puas?”Kay terdiam. Dia tidak bisa memisahkan antara benci dan ibanya pada ibu susu anaknya itu.“Papa tidak tahu bagaiamana hubungan kalian di masa lalu dan bagaimana sakit hatimu di masa lalu. Tapi, yang Papa lihat sekaranag, kau benar-benar puas dengan apa yang menimpa Ibu Livy,” tuding Richard.“Bu- bukan begitu, Pa.”“Lalu apa? Bagaimana?” tanya Richard.Kay terdiam.“Sudahlah! Kau jaga saja Albern. Biar Papa yang menunggu Livy,” jelas Richard. Dia meninggalkan menantunya itu.Kay masih bengong. Dia masih tidak bisa memisahkan rasa benci dan dendamnya pada wanita itu walau mata dan telinganya sudah melihat dan mendengar bagaimana keadaan mantan kekasihnya itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

54. Sentuhan Lembut

“Ibu Livy menunjukkan kemajuan. Dia belum sadar tapi detak jantung dan napasnya sudah mulai normal. Jika terus seperti ini dan diberi kata-kata penyemangat, mudah-mudahan Ibu Livy bisa segera pulih.” Kay menghela napas yang begitu besar. Seperti sesak yang berubah menjadi suatu kelegaan. Begitu juga dengan Richard. “Tuhan… Syukurlah…” Richard mengusap wajahnya. “Ma.. Vy..” Albern menunjuk ke jendela ruangan. “Iya Al… Doakan Mama Livy ya?” ucap Kay pada anaknya. “Apa pasien boleh dijenguk, Dok?” tanya Richard. “Boleh, tapi sebaiknya dalam keadaan bersih dan tidak beramai-ramai. Hindari membahas hal-hal yang sekiranya tidak baik untuk didengar oleh pasien. Sebaliknya, bahas hal-hal yang mungkin menguatkan pasien,” pesan Dokter. Kay begitu kaku. Dia canggung ingin mendekati Livy. Dia tidak yakin dia bisa membawa pengaruh baik untuknya. Itu sebabnya dia masih hanya melihat dari jendela. Richard mendekati Kay. Dia mengambil Albern darinya. “Sebaiknya kamu meminta maaf atas apa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

55. Sadar (Sampai Kau Puas)

Respon itu hilang.Kay mematung. Jantungnya berdegup kencang. Ia sangat berharap wanita itu segera sadar.“Livy?” panggilnya lagi. Ia menghela napas karena jemari itu tak memberi respon lagi.Kay beranjak. Dia meninggalkan ruangan Livy untuk menemui anaknya.Richard menatap kedatangan Kay.“Tadi Livy merespon. Jarinya bergerak,” lapor Kay tanpa ditanya.“Semoga Livy segera pulih. Kalau Albern sudah pulih total, Papa ingin membawanya menemui Livy.”Kay mengangguk, pertanda setuju dan mendukung rencana ayah mertuanya.**Setelah beberapa hari ,Albern pun sembuh. Seperti rencana Richard, dia membawa cucunya menemui ibu susunya.“Ma…” Albern memanggil. Dia sangat mengenal Livy.“Coba Al cium Mama Livy,” ucap Richard pada cucunya. Dia mendekatkan Albern pada Livy.Albern mengecup pipinya. “Mama…” panggil Albern. Anak itu pun merengek. Ia mengulurkan tangannya, seakan meminta Livy untuk sadar dan ingin digendong olehnya.Sementara itu, Livy masih berada di alam mimpinya. Bertemu dengan Fabi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

56. Anak Angkat Saya

Kay teringat pada ucapan Livy malam itu. Yang mengatakan kalau dia masih dan akan selalu mencintainya.“Apa ucapanmu malam itu benar?” tanya Kay, mengabaikan ucapan Livy yang begitu jelas menyindirnya.Livy tidak menjawab.“Malam di mana aku menyentuhmu,” lanjut Kay memperjelas.Wanita yang baru pulih itu, tak ingin menjawab.“Kenapa kau malah diam?” Kay kembali bertanya.“Apa pentingnya?” balas Livy singkat.“Aku hanya sekedar ingin tahu.”“Memangnya apa yang kau dengar malam itu? Kau mabuk. Semua yang kau dengar pasti salah. Tidak benar seperti itu. Aku hanya sedang memuaskanmu. Aku wanita murahan yang pantas dilakukan seperti itu kan?”Kay terdiam. Kini dia menyadari apa yang ayah mertuanya ucapkan. Tidak mungkin seseorang yang jahat akan mengakui kesalahannya dan merendahkan dirinya sendiri. Apa mungkin Livy memang memiliki alasan lain hingga menyakiti dirinya di masa lalu?“Bisakah kamu berkata jujur? Ceritakan semuanya sejak awal?” tanya Kay.“Sejak awal yang mana yang Tuan maks
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

57. Aku Juga Tidak Memaafkaanmu

“Maksud Tuan? Anak angkat? Tidak…” tolak Livy dengan suara pelan.“Saya mohon, Ibu Livy…”“Tidak, Tuan. Saya ini wanita yang jahat. Saya ini wanita yang rendah. Tidak pantas untuk Tuan angkat menjadi anak angkat Tuan.”“Ibu Livy tidak punya siapa-siapa lagi, kan? Ada banyak orang jahat di luaran sana, Ibu Livy. Semua bisa melakukan hal jahat pada Ibu Livy. Tinggallah bersama kami, bersama Albern, Ibu Livy akan aman. Bahkan dari ‘siapa pun’” tekan Richard.Kay masih terus terdiam. Dia tidak merespon. Dia tidak mendukung dan juga tidak menolak.“Tidak Tuan… Saya tidak akan sanggup. Biarkan saya menata kembali kehidupan saya di tempat lain. Semenjak tugas saya menjadi Ibu Susu sudah selesai, saya sudah merencanakan untuk meninggalkan kota ini. Pergi jauh dan menghilang dari pandangan seseorang yang tidak ingin melihat saya. Karena saya sudah jahat dan memberikan banyak luka di hidupnya.”Kay langsung menatap Livy. Ia tahu kalimat itu ditujukan untuknya.Richard menghela napas Dia pun pah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

58. Salah Tingkah

Kay tidak dapat menjawab ucapan Livy. Meski logikanya mengatakan kalau dia bisa lebih marah dan lebih tidak terima. Nyatanya dia tidak melakukannya. Dia hanya diam dengan tatapan yang begitu dalam pada Livy ketika mendengar semua luka yang Livy rasakan.Keduanya sama-sama tidak bisa memaafkan. Luka yang mereka rasakan terlalu sakit. Tetapi mereka akan tinggal di bawah atap yang sama. Kecanggungan tentu tidak dapat dielakkan.Begitulah yang Richard lihat saat mereka sudah tiba di rumah. Livy sudah keluar dari rumah sakit. Mulai di perjalanan pulang hingga sampai di ruang tengah, Kay hampir tidak berbicara sama sekali. Begitu juga dengan Livy. Hanya Albern yang terus mengoceh karena bahagia melihat Livy pulang bersama mereka.“Livy… Mulai sekarang, kamar kamu berada di sebelah kamar Albern. Papa sudah renovasi sehingga lebih luas dan lebih nyaman. Semoga kamu suka.”“Terima kasih banyak, Pa”“Kay… Papa sudah membersihkan kamar Jenna. Semua barangnya sudah Papa buang. Kita tidak perlu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

59. Momen di Kamar Rahasia

“Ka- kalian datang?” sambut Kay. “Papa…” sorak Albern mengulurkan tangannya pada Kay. Kay mendekati mereka. Ia langsung mengambil Albern dari Livy. Ia menatap wanita itu, namun Livy terlihat tak ingin menatapnya. “Silakan duduk…” ucap Kay canggung. Livy mengangkat tas jinjing berisi keperluan Albern. Reflek Kay membantunya hingga membuat kepala mereka terbentur satu sama lain. “Maaf maaf,” ucap Kay. Livy langsung berdiri. Dia mengusap keningnya. Kay langsung mengangkat tas itu dan menaruhnya ke sofa. Livy pun duduk di sana. Hening. Kay menggendong Albern sambil berjalan mendekati jendela kaca yang luas di ruangannya. Ia menunjukkan kota yang padat dari sana pada anaknya. “Al… Kamu tidak sabar ya mau mengambil alih semua pekerjaan Papa, sampai kamu benar-benar ingin ke kantor?” tanya Kay terkekeh sambil mencium pipi anaknya. “Lihat sana…” Kay menunjuk jalanan kota yang padat dari posisi mereka. Livy hanya duduk diam sambil memainkan handphone-nya. Kay meliriknya. Ia merasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

60. Mengecup Lehernya

Livy menatap Kay. Entah kenapa hatinya justru mengingat kejahatan pria itu. Membuatnya enggan untuk menuruti ucapannya.Kay terdiam. Bukannya Livy merebahkan diri di sebelah Albern, ia justru membalik badan dan keluar dari kamar itu.Livy kembali duduk di sofa. Ia diam sedang pikirannya begitu berisik. Mengingatkannya akan perlakuan Kay yang mendorongnya, membuatnya pendarahan hingga keguguran, memenjarakannya dan tidak percaya kalau itu adalah anaknya. Rasanya sangat sakit jika dia mengabaikan semua sakit dan pahitnya itu dengan menuruti semua ucapan Kay, meskipun itu demi Albern.‘Aku memang mencintai Albern. Aku menyayanginya seperti anakku sendiri. Tetapi, aku berberat hati jika terus melakukan semua yang diminta olehnya. Laki-laki yang begitu tega dan tidak punya hati.’ Livy membatin.Sementara itu di kamar, Albern masih terus memanggil-manggil Livy. Kay mencoba menenangkannya.“Mungkin Mama Livy sedang ke toilet. Jadi, tidak apa-apa Al dan Papa yang di sini, ya?” bujuknya.Untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status