All Chapters of Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu: Chapter 61 - Chapter 70

76 Chapters

61. Masih Cinta?

Livy langsung menggeser bahunya. Dia menatap tajam ke belakang. Melotot pada Kay pertanda tidak suka. “Apa yang kamu lakukan?!” bentak Livy geram. Kay panik. Dia menekan keningnya dan salah tingkah. “Kamu sadar apa yang kamu lakukan itu lancang?” lanjut Livy masih marah. “A- ku tiba-tiba teringat masa lalu,” jawab Kay panik. Dia langsung menghindar dari belakang Livy. “Masa lalu apa yang sedang kamu bahas?” tanya Livy dingin. Kaay bisa merasakan kebencian Livy padanya dan rasa tidak terima atas perbuatannya. Kay menatap mata Livy. Dia bertanya di dalam hati. Tidak mungkin Livy lupa dengan masa lalu dan kebiasaan mereka kan? “Kau pun salah orang. Livy yang dulu sudah mati. Terbunuh oleh kebencian dan dendammu. Lalu masa lalu mana yang kau sedang ingat?” tanya Livy dingin. Kay benar-benar hanya bisa terdiam. Ia merasakan kebencian Livy padanya yang tidak main-main. “Sekali lagi kamu kurang ajar, aku akan bilang ke Papa Richard!” tegas Livy. “Aku tidak mau, besok-besok ada yang
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

62. Sikap Dingin Livy

Setelah memastikan Livy dan Albern tertidur lelap di kamarnya, Kay kembali mencoba fokus pada pekerjaannya. Ia terlihat sangat serius di depan komputer. Saat dia duduk menyandarkan punggungnya di kursinya yang empuk, dia baru sadar kalau dia sudah sangat fokus sejak tadi.‘Aku tidak pernah merasa setenang ini dan sefokus ini dalam bekerja. Entah kenapa aku merasa semua ini karena aku melihat Livy yang begitu lelap bersama Albern di kamarku, di dekatku, di sisiku…’ batin Kay.Wajah dan sorot matanya masih ke layar komputer, namun pikirannya malah penuh pada Livy dan anaknya.Kay melihat pergelangan tangan kirinya untuk melihat jam. Waktu sudah berjalan hampir satu jam. Belum ada tanda-tanda kalau Albern akan bangun. Begitu juga dengan Livy.Kay mendongakkan kepalanya. Dia mengusap wajahnya. Ia menghela napas yang panjang lalu membuangnya perlahan.Tiba-tiba Livy mendorong pintu kamar itu. Dia berjalan ke arah toilet.Kay yang sadar langsung mengubah posisi duduknya yang tak karuan. Sep
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

63. Terduduk di Pangkuan

Livy terkejut dengan kehadiran Kay. “Awas!” katanya tegas ingin menutup pintu.“Aku ingin bicara,” ucap Kay.Livy berusaha tetap menutup pintu, tanpa peduli ucapan Kay.“Livy, dengarkan aku dulu. Aku ingin bicara!” Kay masih menahan pintu, mencegah Livy menutupnya.“Apa? Tentang apa lagi?” tanya Kay.“Tentang yang tadi,” jawab Kay.“Tidak penting! Awas! Atau aku akan teriak sampai Papa Richard mendengar?” ancam Livy.“Dengar, aku hanya ingin meminta maaf,” jelas Kay.Livy menatapnya dengan tatapan yang menantang. “Oke, katakan,” suruhnya.“Aku minta maaf,” ucap Kay.“Sudah kan? Jadi, singkirkan tanganmu!”“Apa kau hanya melihat kesalahanku saja dan melupakan kesalahanmu di masa lalu? Kenapa kau begitu keras?” tanya Kay, yang terbawa kesal.Livy melepas tangannya dari pintu. Dia menatap Kay semakin tajam. “Kau sendiri yang sudah membunuhku dengan ego dan dendammu. Livy yang dari masa lalumu sudah mati. Kenapa aku harus meminta maaf padamu sekarang?” tanyanya membentak.Jawabannya itu m
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

64. Kehadiran Pria Gagah

Semakin hari Richard semakin sering memperhatikan Livy dan Kay. Ia tahu permasalahan mereka tidak mudah. Tetapi ia sadar cucunya membutuhkan orang tua yang utuh. Sampai kapan Livy dan Kay bisa hidup masing-masih dalam satu atap? Bahkan mereka tidak bisa menjadi saudara. Luka mereka di masa lalu terlalu dalam. Lalu bagaimana ke depannya nanti?Itu sebabnya malam ini adalah malam yang Richard rencanakan. Ia mengajak Livy dan Kay untuk makan malam bersama di restoran bintang lima. Alasannya dia ingin sesekali mereka menikmati kebersamaan makan di luar, sebenarnya lebih dari itu, dia ingin membuat Livy dan Kay bisa menjadi dekat.“Sudah semua?” tanya Richard berjalan ke ruang tengah.Kay terlihat gagah dengan penampilan yang begitu rapi dan necis. Ia sedang memperbaiki jam tangannya.“Wah! Tampan sekali menantu Papa!” puji Richard.Kay tersenyum. “Papa bisa saja,” ucapnya. “Ini tinggal menunggu Livy dan Al, Pa.”Livy pun datang bersama dengan Albern yang ingin berjalan sendiri. Wanita itu
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

65. Pergi Saja Bersamanya

Livy seperti tidak percaya siapa yang dia lihat. “Reino?” sapanya. Dia pun berdiri.“Benar kamu Livy?” sapa Reino, mengulurkan tangan menjabat tangannya.“Iya… Astaga Reino!” Livy tersenyum.Reino menatap Albern, Kay dan Richard. “Anak dan suami?” sapa Reino.“Eh bukan… Ini Albern, anak Kay, saudara, ya saudara ku… dan Ini Papa angkatku,” jelas Livy. Reino menjabat tangan Richard begitu juga dengan Kay. Ia mengerutkan kening saat kembali menatap Livy. Ada banyak tanya yang muncul di benaknya. “Suami kamu mana?” tanya Reino.“Ahm, itu… kami sudah bercerai.”“Maaf, aku tidak tahu,” ucap Reino.“Tidak apa-apa. Oh ya Pa, ini Reino, teman SMAku dulu, kami cukup dekat waktu itu.” Livy mengenalkan pada Richard.Tiba-tiba saja raut wajah Kay berubah. Ada rasa tidak suka, tidak terima Livy seramah itu pada orang yang dia anggap asing.“Ohh ya… silakan duduk,” sambut Richard.“Maaf Om, tapi keluarga saya juga sedang menunggu di sana. Ayo Livy, bertemu dengan keluargaku. Sepertinya banyak hal y
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

66. Maukah Kamu Menjadi Istriku?

“Apa maksudmu? Kamu mengusir Livy?” tanya Richard.Kay terdiam.“Jangan dengarkan apa kata Kay. Kalau kamu mau bertemu dengan teman kamu, ya pergi saja. Dan pulanglah ke rumah. Selama Papa masih hidup, kamu harus pulang.” Begitu Richard memberi nasihat pada Livy.Kay menelan ludahnya. Dia sudah terlalu kesal.Sementara itu, Livy bingung dengan sikap Kay yang terasa posesif. Apakah dia berpikir hidup Livy hanya berputar di sekitarnya saja hanya karena Albern? Kenapa dia begitu egois? Meskipun kesal, Livy tidak ingin berdebat. Dia lebih baik memilih diam dan tenang sebagaimana Richard menenangkannya.Makan malam itu berakhir dingin. Mereka pun pulang dengan keheningan.Sesampainya di rumah, Livy langsung mengurus Albern. Mengganti pakaian, menyiapkan susu dan menidurkannya.Kay masuk ke dalam kamar.Livy menatapnya, lalu kembali menatap Albern.“Biar aku saja yang menidurkan Al,” ujar Kay dingin.Livy beranjak.“Mama!” Albern menarik tangannya.“Al… sama Papa dulu, ya?” bujuk Livy. Dia
last updateLast Updated : 2025-04-13
Read more

67. Pergi Meninggalkan Rumah

“Kenapa sih Papa harus mengizinkan dia pergi menemui pria yang tidak jelas?” Itu merupakan pertanyaan awal mula Kay dan Richrd berdebat siang itu. Albern baru saja tertidur setelah sebelumnya menangis mencari Livy. Itu pula yang membuat Kay kesal. “Kenapa Papa harus melarang?” balas Richard. “Al butuh dia, Pa.” “Lalu mau sampai kapan Livy harus berada di sekitar kalian terus?” tanya Richard. “Pah?” Kay tidak habis pikir dengan pertanyaan Richard. Namun, dia juga tidak tahu harus berkata apa. “Dia anak angkatku, Kay. Tidak mungkin aku membiarkannya berdiam diri terus di rumah. Dia juga harus punya kehidupan. Dan kehidupannya tidak mungkin hanya berkutat dengan kesibukan menjaga Albern terus-terusan kan?” Kay mengusap wajahnya. “Kenapa? Kau kenapa?” tanya Richard santai, melihat ekspresi Kay yang tidak dapat berbicara. “Pa… dari awal sebenarnya aku juga tidak setuju Papa mengangkat dia jadi anak. Lihat kan? Setelah dia merasa aman, dia berencana akan pergi.” “Lalu di mana leta
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

68. Bibi Eden dari Masa Lalu

“Tidak Livy…” Richard mencoba mencegah, tetapi Livy tetap pergi melangkahkan kaki. Pria tua yang panik itu kembali mendekati Kay. “Kay! Livy pergi. Cepat cegah dia, Kay!” suruhnya. Kay malah menatap Richard dingin. “Biarkan dia pergi, Pa. Itu memang keinginannya.” “Albern membutuhkannya, Kay. Bahkan kau… kau juga mencintainya! Kenapa kau tidak mengakui perasaanmu?!” tuduh Richard mengingatkan. “Tidak, Pa. Dari dulu kami sudah selesai. Dia pergi, itu keinginannya. Biarkan dia pergi. Lambat laun dia juga pasti akan pergi. Masalah Albern, lama-lama dia juga pasti terbiasa tanpa Livy,” jelas Kay. Richard geleng kepala mendengar jawaban Kay. Kay beranjak. Dia segera menuju kamar Albern untuk melihat anaknya. Menguatkan dirinya bahwa Albern bisa tanpa wanita itu. Richard menyusul Kay ke dalam kamar Albern. “Kamu yakin, Kay? Kamu sudah lupa bagaimana kamu menanti kesadaran Livy dari koma? Kamu khawatir kan padanya? Kamu tahu kan bagaimana Albern mencarinya? Turunkan egomu, Kay…” Tata
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

69. Kesaksian dan Kebenaran

Sejenak Kay mencoba mengingat nama yang tidak asing tersebut. Ia pun berdiri dan menemui sosok dari nama yang disebutkan di teras rumah. “Al, sebentar ya?” ucap Kay pada anaknya yang sibuk bermain. Mata elang itu mengenali siapa yang kini ada di hadapannya. Wanita tua itu langsung berdiri setelah melihatnya muncul. Ada perasaan seperti tidak menyangka melihat Kay di titik yang sekarang ini. “Tuan Kay?” sapanya lemah. “Bi? Ada apa? Bagaimana Bibi tahu aku tinggal di rumah ini?” “Tuan… saya minta maaf. Harusnya saya datang lebih cepat dari ini. Justru setelah sekian tahun barulah saya bisa mendatangi Tuan.” Bibi Eden langsung bersimpuh di hadapan Kay daan menyatukan kedua telapak tangannya. “Bi? Bibi ada apa?” tanya Kay, pada mantan ART keluarga Baldric, alias sosok yang begitu perhatian pada Livyna dulu. Bibi Eden malah menangis sesenggukan. Karena bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi, Kay membungkuk dan mencoba mengarahkannya untuk bangkit dengan menyentuh kedua bahunya.
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

70. Dingin, Pucat, Tak Bergerak

“Tidak hanya sampai di situ, Tuan. Ayah Nyonya Livy kembali mengancam akan menghabisi Tuan kalau sampai Nyonya Livy berani kabur untuk menemui Tuan Kay.”Si Bibi menutup wajahnya. Tangisnya pecah.Tanpa sadar tangan Kay mengepal sampai urat-uratnya itu terlihat jelas. Napasnya berat. Tatapannya tajam namun membendung air.“Papa…” Albern berjalan menghampirinya.Bibi Eden menatap wajah anak kecil yang mirip dengan lawan bicaranya.Kay membuang napas, bersamaan dengan air matanya yang akhirnya menetes. Dia tidak tahu harus berkata seperti apa setelah semua penjelasan Bibi Eden. Ia meraih tangan anaknya dan memeluknya erat.“Tu- Tuan… apa ini anak Tuan?” tanya si Bibi.Kay menatap si Bibi dan mengangguk membenarkan.Kay tidak bisa menyembunyikan penyesalannya lagi. Tangisnya akhirnya pecah. Masih sambil memeluk Albern, dia bertanya dengan suara yang bergetar. “Ke- kenapa Bibi baru mencariku sekarang?” tanyanya. Bahkan seumur hidup Kay tidak pernah menangis hingga terisak sesakit itu. Nam
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status