Beranda / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 18. Tidak Terima Livy Direndahkan

Share

18. Tidak Terima Livy Direndahkan

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 22:25:35

Kay terdiam dengan pertanyaan Livy yang menurutnya semakin berani. Namun beberapa detik kemudian penilaiannya pada Livy pun semakin buruk.

“Jadi benar? Ya, aku tidak akan heran. Selain memang sengaja, kau juga tahu mana laki-laki yang memiliki uang.” Kay begitu enteng menyampaikan pemikirannya. “Itu namanya Tommy. Bisnisnya cukup bagus. Statusnya duda, cerai hidup dan dia selalu bergontai-ganti pasangan. Just for your information, siapa tahu kau ingin memasukkan dia ke dalam targetmu selanjutnya. Tentunya dia kaya!” lanjut Kay.

Livy terdiam. Ia merasa terhina dengan ucapan Kay. Namun, ia tidak memiliki kekuatan untuk membantahnya. Tetap saja, di mata Kay dia adalah wanita yang sangat buruk.

Kay yang masih menggendong Albern, berjalan beriringan dengan Livy yang mendorong troli. Namun, wajah Livy sudah tidak dapat dia kondisikan. Dia menunduk untuk menutupi raut yang bersedih atas hinaan tuannya.

“Kenapa? Kenapa kau diam? Aku tahu! Kau pasti sedang menyusun rencana kan? Setelah kontrak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   19. Layani Aku dengan Tubuhmu

    Kay tiba di rumah dengan wajah memar. Ia berjalan masuk sambil mengusap sudut bibirnya yang luka. Saat yang bersamaan, Livy baru saja keluar dari kamar Albern. Awalnya dia ingin minum ke dapur. Namun, melihat penampilan Kay yang kacau, dia langsung terkejut. “Tu- tuan? Ada apa?” tanya Livy. Kay menatapnya. Dia pun tidak mengira kalau Livy belum tidur. Ia masih diam, tak memberi jawaban. “A- apa yang bisa saya bantu, Tuan? I- itu sudut bibir Tuan berdarah…” Livy menunjuknya. “Saya tahu!” bentak Kay. Jawabannya yang tiba-tiba dan dengan nada tinggi membuat tubuh Livy sempat bergidik. “Ini semua karena kau! Ini semua karena kau! Kau selalu membuat masalah dalam hidupku!” bentak Kay. Dia menunjuk Livy dengan tajam. Livy tampak kebingungan. Tetapi jawaban dan bentakan Kay membuatnya memilih diam dan menunduk. ‘Ternyata benci dan dendam saja tidak cukup untuk memuaskanmu karena pengkhianatanku di masa lalu. Sekarang, setiap masalah yang ada di hidupmu, semua kau limpahkan karena kesa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   20. Kehadiran Wanita Lain

    Di kamar Albern… Livy menangis, menahan suara. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Kay di pesta itu. Mata Livy menatap Albern yang sedang terlelap. Hatinya dengan anak susunya itu terasa sangat dekat. Albern adalah hal yang membuat Livy kuat setelah kehilangan Fabian. ‘Apapun yang terjadi ke depannya nanti, aku bangga bisa menyusuimu, Al… Mungkin kita tidak akan mungkin pernah bertemu lagi begitu kita berpisah. Aku tidak ingin membuat masalah dalam hidup Papa kamu, seperti yang dia katakan. Entah kenapa, aku sangat sayang kamu, Albern. Setiap tetes ASI yang kuberi untukmu itu selalu disertai doa dan harapanku, semoga kelak kamu menjadi anak yang hebat, sukses dan penuh cinta. Dengan harapan, siapa tahu Papa kamu bisa mengingat setidaknya sedikit saja kebaikan yang kuberikan untuk anaknya, di samping luka dan masalah yang ada di hidupnya karenaku…’ Setelah semalaman bercucuran air mata, akhirnya Livy pun tertidur. Keesokan harinya Livy beraktivitas seperti bisanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   21. Tiba-Tiba Richard Mendengar...

    Di ruang keluarga, Richard duduk bersama dengan Kay dan Jenna yang sedang menggendong Albern. “Papa tidak menyangka Albern bisa akrab dengan Tantenya,” ucap Richard. Sejak tadi, Kay juga sedang memperhatikan Albern yang betah dengan Jenna. Entah apa yang ada di pikirannya sampai membuatnya melamun. “Kay?” sapa Richard, menepuk bahu Kay, menariknya dari lamunan. “Ah iya, Pa. Mungkin Albern tahu kalau Tante Jennanya dekat dengan Mamanya,” jawab Kay. Richard tersenyum. “Jadi, Jenna akan tinggal di sini. Dia ingin belajar bisnis dan perusahaan. Boleh kan?” tanyanya. “Oh ya ya boleh Pa, kenapa tidak?” jawab Kay. “Benar boleh Kak Kay? Wah! Terima kasih banyak! Aku akan sangat betah di sini karena ada Albern!” Jenna terlihat masih gemas dengan Albern. “Bagus kalau begitu!” ucap Richard. “Nanti Bibi akan menyiapkan kamar untukmu,” ucap Kay pada Jenna. “Terima kasih Om, Kak Kay!” Harusnya Livy tidak perlu menguping pembahasan mereka. Tetapi, entah kenapa hatinya tidak tenang setelah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   22. Masuk ke Kamar Livy

    Livy langsung mengusap pipinya. “Tidak… Bukan apa-apa, Tuan.”Merry pun ikut bingung. Dia tidak berani menjawab hal yang menyangkut masalah pribadi Livy.“Saya mendengar kalian menyebut-nyebut karma, ada apa sebenarnya? Siapa yang sedang mendapat karma?” Richard masih bersikeras ingin tahu perbincangan mereka.“Tuan… Tuan butuh apa sampai harus datang sendiri ke dapur? Biar saya bantu,” ucap Livy, mengalihkan pertanyaan Richard padanya.“Ibu Livy… Kamu itu Ibu Susu Cucu saya. Saya sangat menghargai jasa Ibu Livy. Kalau Ibu Livy memang ada masalah, kenapa tidak beritahu saya ataupun Kay, kami pasti akan bantu. Bantuan kami pun tidak akan setimpal dengan jasa yang Ibu berikan untuk Cucu saya,” jelas Richard, yang begitu baik dan tulus.“Tuan… maaf, tapi bagaimana saya harus menceritakannya. Ini hanya soal masa lalu saya.” Livy mencoba tersenyum agar Richard tidak mendesaknya untuk menceritakan yang sebenarnya. Dia pun segan pada orang tua tersebut, yang pertanyaannya harus terus dia ali

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   23. Kay Gelagapan

    “Ke- kenapa Nyonya bertanya seperti itu?” tanya Livy, menunjukkan wajah polos, untuk meyakinkan bahwa dia dan Kay tidak memiliki hubungan apa-apa.“Kau jangan berbohong! Aku tahu Kak Kay baru saja dari kamarmu! Apa selain menjadi Ibu Susu, menjadi pembantu, kau juga berusaha menjadi pengganti istrinya?” tuduh Jenna.“Astaga! Kenapa Nyonya bisa berpikiran seperti itu? Tu- Tuan Kay tidak mungkin melirik wanita rendah seperti saya, Nyonya.”“Tapi dia baru saja dari kamarmu kan?!” “Ya, Tu- Tuan Kay menegur saya karena saya membuat kesalahan,” jelas Livy.Jenna melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya pada Livy penuh kecurigaan.“Untuk sekelas pembantu, kamu masih lumayan cantik. Kalau sampai kau ada niat untuk genit pada Kak Kay, kau akan berhadapan denganku!” gumam Jenna.Livy mengangkat wajahnya. Ia memberanikan diri menantang wajah wanita yang baru datang tersebut. “Nyonya… Saya tidak tahu kenapa Nyonya Jenna berpikiran seperti itu. Pertama, Tuan Kay tidak mungkin akan menyuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   24. Permintaan Richard pada Livy

    “Ti- tidak. Hubungan apa, Pa?” tanya Kay, mencoba membuat dirinya bingung dengan pertanyaan Richard. “Kau terlihat seemosi itu, Kay. Seperti ada hal lain yang membuatmu sangat membenci Ibu Susu Albern. Ingat… kalau dia tidak ada, aku tidak tahu bagaimana nasib cucuku,” jelas Richard. “A- aku hanya terbawa emosi, Pa. Aku berpikir dia tidak sepenuh hati lagi karena ada Jenna yang ingin menjaga Albern,” jelas Kay, memberikan alasan. “Tapi benar, Om. Ibu Susu Albern bohong. Aku tidak merebut Albern sama sekali. Sewaktu aku datang ke kamar, Albern memang tidak sedang menyusu. Dia menawarkan Albern untuk ku gendong, jelas aku terima. Aku sangat sayang pada Albern,” jelas Jenna. “Tapi tetap, kau harus kontrol emosimu pada Ibu Susu Albern, Kay. Kalau dia sampai stres, nanti dia sulit menyusui Albern. Dan… biasakan untuk tidak membentak di hadapan Albern,” pesan Richard. Kay mengatur emosinya. Dia menunduk. “Maaf Pa, ya aku akan lebih mengontrol emosiku lagi,” ucap Kay. Jenna menyentuh b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-10
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   25. Langsung Tunangan

    Livy bisa saja melupakan perasaannya pada Kay yang selama ini harus dikorbankannya. Dia bisa menyimpan semua kebenaran yang tak perlu lagi untuk Kay ketahui. Tapi bagaimana dengan Albern? Bisakah Livy melupakannya kelak? Bayi mungil itu sudah mengobati rasa kehilangannya pada Fabian. Lalu bagaimana jika Albern mendapatkan ibu pengganti yang tidak benar-benar tulus? Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu… Sebentar lagi Albern akan genap berusia satu tahun. Albern tumbuh menjadi anak yang aktif, cerdas dan cepat berkembang. Dia bahkan sudah bisa menyebutkan ‘Papa’ dan ‘Mama’ dengan jelas. Artinya tidak terasa pula, sudah sepuluh bulan Livy menjadi ibu susu Albern. Ia menjadi saksi perkembangan anak susunya tersebut. Dia yang paling tahu. Mulai dari awal MPASI, awal berbicara, tumbuh gigi, mampu berdiri, hingga hal terhebat yaitu mulai bisa melangkah. Semua proses itu Livy nikmati walau sering membuatnya teringat pada Fabian. ‘Andai anakku masih ada, dia pasti sudah bisa berlari kecil

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   26. Livy Terkejut dan Gelagapan

    “Bagus kalau begitu! Papa akan atur semuanya.” Richard bahagia melihat menantunya akan bersama dengan keponakannya. Jenna akan menjadi Ibu Pengganti yang baik untuk cucunya. Dia percaya itu. Livy berlalu, membawa semua mainan Albern untuk disimpan ke kamarnya. “Ibu Livy?” panggil Richard. Langkah Livy terhenti. “Ya, Tuan?” sahutnya. Kay menatap Livy dengan tatapan yang dingin. Sebagaimana dia biasa menatap wanita itu penuh kebencian. “Di acara ulang tahun Albern yang akan diadakan di kantor nanti, sekaligus pertunangan Kay dan Jenna, kamu harus ikut ya?” pinta Richard. Kay tidak menyangka kalau ayah mertuanya akan meminta wanita yang dibencinya itu untuk hadir. “Pah? Kenapa harus?” tanya Kay. Jenna pun menolak di dalam hati. Livy hanya menunduk dan diam. “Itu pertama kalinya Albern bertemu banyak orang. Siapa tahu dia tidak nyaman. Siapa tahu dia takut. Jadi, kalau ada Ibu Susunya, setidaknya Albern bisa tenang,” jelas Richard. Kay menatap Livy. Dia seakan lupa kalau wanita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   77. Indahnya Ucapan Terima Kasih

    Livy memilih menangis dalam kediaman. Ia yang sejak tadi duduk tegak, mulai merasa lelah.Ia pun menyudahi tangisnya dengan menarik napas yang panjang lalu membuangnya perlahan. Ia masih mengabaikan buku itu.Rumah sakit itu terasa sunyi sebab malam merambat semakin larut. Hanya suara ringan dari mesin di rumah sakit dan detak jam dinding yang mengisi kesepian.Livy mencoba menggapai tuas pengatur sandaran ranjang, tapi tubuhnya belum cukup kuat. Tangannya bergetar, dan tuas itu tak kunjung bergerak.Ia menoleh pelan ke arah pintu. Ia tahu siapa yang sedang berdiri di baliknya. Seperti biasa. Seperti malam-malam sebelumnya. Ia bisa merasakannya. Ada yang diam di sana, menjaga diam-diam. Memantaunya diam-diam.Rasanya tak nyaman di punggungnya sudah tak tertahankan. Tetapi sandaran ranjang tidurnya itu belum juga bergerak. Ia ingin membaringkan tubuhnya segera.Ia menoleh ke arah tombol panggil perawat. Tapi menekannya berarti menunggu, dan ia tidak ingin terlihat menyedihkan. Livy men

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   76. Perjalanan Tak Terlupakan

    Hari berikutnya seperti hari sebelumnya.Kay selalu berharap melihat tanda-tanda bahwa Livy mulai menerima kehadirannya kembali. Meskipun jarak itu tetap ada, dia tahu satu hal, anaknya adalah jembatan yang paling mungkin.Livy duduk di atas ranjangnya pagi itu. Albern yang sudah berusia satu tahun lebih, sekarang lebih aktif berlari-lari di ruangannya, sambil menggenggam mainan kecil yang lucu.Anak itu datang. “Mama!” teriaknya.“Ada apa, sayang?” Livy bertanya lembut, meski bibirnya masih cenderung kaku.Anak itu menatapnya dengan mata penuh antusiasme, ia mencoba naik ke atas kursi untuk bisa menuju ranjangnya. Bibir mungilnya bergetar sejenak. “Naik Ma!” ucapnya.Livy tertawa kecil juga tertegun. Panggilan itu sekarang hanya ‘Mama’ saja. Tidak ‘Mama Livy’ lagi. Mungkin terdengar tidak ada bedanya. Tetapi, panggilannya terasa jauh semakin dekat. Tanpa penyebutan nama yang menekankan kalau dia hanyalah ibu susu yang bernama ‘Livy’. Panggilan Albern padanya, membuatnya merasakan keh

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   75. Cinta yang Belum Mati

    Pintu kembali terbuka. Livy seperti diserang rasa ketakutan mengingat dan melihat Kay. Dia tidak ingin melihatnya.“Pergi!” pekik Livy. Namun, sesaat kemudian dia terdiam.“Nyonya Livy…” Ternyata itu adalah Bibi Eden.Bibi Eden yang sempat terkejut dengan teriakan Livy, langsung mendekatinya dan memeluknya.Tangisan keduanya tumpah. Tak ada yang berbicara. Keduanya saling memeluk dan menguatkan.Richard membuka sedikit pintu ruangan. Ia mengintip bagaimana keadaan di dalam. Hati siapa yang tidak kelu melihat momen itu.Kay juga merasakan hal yang sama. Sungguh, tidak menyangka Livy melewati semua pahitnya sendirian.“Bi…” lirih Livy.“Maafkan Bibi, Nyonya…”“Aku merindukan Bibi…” isak Livy.“Nyonya… tetaplah hidup. Nyonya harus bahagia…” isak si Bibi.Ada banyak pertanyaan yang ingin Livy sampaikan. Tetapi keadaannya terlalu lemah.“Nyonya… ada Albern di depan. Apa Nyonya tidak merindukannya?” tanya Bibi Eden.“Bi… aku sangat menyayanginya. Aku merindukannya,” ucap Livy. Suaranya pata

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   74. Pulih Tapi Tidak Sembuh

    Samar, cahaya putih menusuk kelopak matanya. Rasanya seperti terapung di antara mimpi dan kenyataan.Livy mendengar teriakan seseorang, berjalan menjauh. Suara anak kecil juga terdengar samar. “Ma Vy..”Livy mengerjapkan mata. Buram. Kemudian perlahan fokus. Ia menatap langit-langit ruangan yang tak asing. Bau menyengat khas rumah sakit, membuatnya sadar di mana ia berada.Tak lama, ia melihat dua orang mendekatinya. Dokter dan Suster. Ia diperiksa dan diajak berbicara untuk memberi respon.Di luar ruangan, Kay menunggu dengan tidak sabarnya. Dia menceritakan apa yang terjadi pada Pak Sopir dan Bibi Eden. Tak lupa pula ia menghubungi Richard, setelah apa yang terjadi.“Iya Pah. Segera ke sini. Dokter sedang memeriksanya,” jelas Kay.Bibi Eden mengambil Albern dari Kay. “Tuan… duduk yang tenang. Mudah-mudahan Ibu Livy benar-benar sadar,” lirihnya.Di dalam ruangan, Livy bertanya lirih. “Dok… apa yang terjadi padaku?”“Ibu Livy tidak mengingat apapun?” tanya dokter. Khawatir Livy mengal

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   73. Taman Salju

    Kay menoleh. Dia menatap Richard yang berjalan mendekatinya. Ia kembali pada kenyataan. Di detik kemudian dia kembali menangis. Melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur dengan harapan yang semakin habis.“Li vy…” lirihnya.“Kay! Kau tidak bisa seperti ini! Kau harus kuat untuk bisa menguatkan Livy!” tegas Richard menelan kekhawatiran.“Livy… bagaimana keadaan Livy, Pa?” Mulutnya bertanya sedang matanya tertutup rapat. Membuat ari yang mengumpul di pelupuknya mengalir begitu saja.Richard tidak bisa menjawab. Sampai setelah dokter tiba dan memeriksanya.“Tuan Kay hanya demam. Sakitnya bukan apa-apa. Tetapi, batinnya sangat jauh terluka. Penyesalannya terlalu dalam.” Begitu dokter menjelaskan keadaan Kay saat itu setelah memeriksanya.Dokter pun hanya memberikan obat penurun demam sesuai keadaan fisik Kay. Sedangkan batinnya, hanya keadaan dan Kay sendiri yang bisa mengobatinya.Seminggu kemudian…Kay berangsur membaik. Alam bawah sadarnya menyemangatinya untuk bangkit. Ia merindukan L

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   72. Hilang Arah dan Gila

    “Tidak, kami hanya ingin memeriksa keadaan terbaru pasien,” jelas Dokter. “Apakah tadi ada respon yang diberikan Ibu Livy?”Kay terdiam kelu. Dia menggeleng pelan.Dokter dan Suster segera masuk ke ruangan untuk memeriksa. Di luar ruangan Kay menunggu. Tentu ia terus berharap agar kiranya Livy segera menunjukkan kalau dia akan bangun.Sayangnya, setelah selesai, dokter justru mengatakan,“Tidak ada respon. Keadaannya tidak menunjukkan tanda-tanda menuju pulih. Kondisinya stagnan. Jika pasien tidak melawan keadaannya, besar kemungkinan pasien tidak dapat bertahan melewati masa kritisnya. Tapi, semoga itu tidak terjadi. Kami akan tetap memantau dan memastikan,” jelas Dokter panjang kali lebar.Perasaan Kay semakin kelu. Nyatanya, harapannya tak terlihat akan terwujud. Ketakutan pun semakin menyelimutinya.“Permisi,” ucap dokter dan suster undur diri.Kay kembali duduk tak berdaya. Dia duduk asal-asalan. Harta, jabatan dan kekuasaannya yang selama ini dia banggakan dan sarkas-kan pada Li

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   71. Mengharap Kesempatan Terakhir

    Meski sudah beberapa menit Kay di ruangan itu, Livy tak memberi respon. Tidak sma seperti sebelumnya, di mana jarinya bergerak, memberi tanda bahwa ia akan sadar. Lama juga Kay memandangi Livy dengan diam. Dadanya semakin sesak, membuat air matanya terus jatuh. Ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Livy yang tidak berdaya, berharap ada balasan darinya. Sayangnya, Livy tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Perlahan pula, Kay melepas tangan itu. Dia beranjak. Tatapannya seakan tidak ingin berhenti dari wajah Livy. Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu, Kay memeluknya erat. Memeluk tubuh lemah, dingin dan tak bergerak dengan tangisan. Ia bahkan mengecup pipinya. Merapikan rambut wanita itu. Mengelus bawah pelipisnya. Wanita secantik itu, harus mengalami semuanya sendiri. Menerima hinaan dari dendamnya. Semakin berat pula penyesalan Kay saat mengingat bagaimana dia merendahkan Livy. “Aku minta maaf, Sayang…” isaknya, terputus. “Aku mohon… tetaplah kembali… kamu pasti kua

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   70. Dingin, Pucat, Tak Bergerak

    “Tidak hanya sampai di situ, Tuan. Ayah Nyonya Livy kembali mengancam akan menghabisi Tuan kalau sampai Nyonya Livy berani kabur untuk menemui Tuan Kay.”Si Bibi menutup wajahnya. Tangisnya pecah.Tanpa sadar tangan Kay mengepal sampai urat-uratnya itu terlihat jelas. Napasnya berat. Tatapannya tajam namun membendung air.“Papa…” Albern berjalan menghampirinya.Bibi Eden menatap wajah anak kecil yang mirip dengan lawan bicaranya.Kay membuang napas, bersamaan dengan air matanya yang akhirnya menetes. Dia tidak tahu harus berkata seperti apa setelah semua penjelasan Bibi Eden. Ia meraih tangan anaknya dan memeluknya erat.“Tu- Tuan… apa ini anak Tuan?” tanya si Bibi.Kay menatap si Bibi dan mengangguk membenarkan.Kay tidak bisa menyembunyikan penyesalannya lagi. Tangisnya akhirnya pecah. Masih sambil memeluk Albern, dia bertanya dengan suara yang bergetar. “Ke- kenapa Bibi baru mencariku sekarang?” tanyanya. Bahkan seumur hidup Kay tidak pernah menangis hingga terisak sesakit itu. Nam

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   69. Kesaksian dan Kebenaran

    Sejenak Kay mencoba mengingat nama yang tidak asing tersebut. Ia pun berdiri dan menemui sosok dari nama yang disebutkan di teras rumah. “Al, sebentar ya?” ucap Kay pada anaknya yang sibuk bermain. Mata elang itu mengenali siapa yang kini ada di hadapannya. Wanita tua itu langsung berdiri setelah melihatnya muncul. Ada perasaan seperti tidak menyangka melihat Kay di titik yang sekarang ini. “Tuan Kay?” sapanya lemah. “Bi? Ada apa? Bagaimana Bibi tahu aku tinggal di rumah ini?” “Tuan… saya minta maaf. Harusnya saya datang lebih cepat dari ini. Justru setelah sekian tahun barulah saya bisa mendatangi Tuan.” Bibi Eden langsung bersimpuh di hadapan Kay daan menyatukan kedua telapak tangannya. “Bi? Bibi ada apa?” tanya Kay, pada mantan ART keluarga Baldric, alias sosok yang begitu perhatian pada Livyna dulu. Bibi Eden malah menangis sesenggukan. Karena bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi, Kay membungkuk dan mencoba mengarahkannya untuk bangkit dengan menyentuh kedua bahunya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status