Home / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / 20. Kehadiran Wanita Lain

Share

20. Kehadiran Wanita Lain

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-03-07 15:25:56
Di kamar Albern… Livy menangis, menahan suara. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Kay di pesta itu.

Mata Livy menatap Albern yang sedang terlelap. Hatinya dengan anak susunya itu terasa sangat dekat. Albern adalah hal yang membuat Livy kuat setelah kehilangan Fabian.

‘Apapun yang terjadi ke depannya nanti, aku bangga bisa menyusuimu, Al… Mungkin kita tidak akan mungkin pernah bertemu lagi begitu kita berpisah. Aku tidak ingin membuat masalah dalam hidup Papa kamu, seperti yang dia katakan.

Entah kenapa, aku sangat sayang kamu, Albern. Setiap tetes ASI yang kuberi untukmu itu selalu disertai doa dan harapanku, semoga kelak kamu menjadi anak yang hebat, sukses dan penuh cinta. Dengan harapan, siapa tahu Papa kamu bisa mengingat setidaknya sedikit saja kebaikan yang kuberikan untuk anaknya, di samping luka dan masalah yang ada di hidupnya karenaku…’

Setelah semalaman bercucuran air mata, akhirnya Livy pun tertidur.

Keesokan harinya Livy beraktivitas seperti bisanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
masih setia baca thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   21. Tiba-Tiba Richard Mendengar...

    Di ruang keluarga, Richard duduk bersama dengan Kay dan Jenna yang sedang menggendong Albern. “Papa tidak menyangka Albern bisa akrab dengan Tantenya,” ucap Richard. Sejak tadi, Kay juga sedang memperhatikan Albern yang betah dengan Jenna. Entah apa yang ada di pikirannya sampai membuatnya melamun. “Kay?” sapa Richard, menepuk bahu Kay, menariknya dari lamunan. “Ah iya, Pa. Mungkin Albern tahu kalau Tante Jennanya dekat dengan Mamanya,” jawab Kay. Richard tersenyum. “Jadi, Jenna akan tinggal di sini. Dia ingin belajar bisnis dan perusahaan. Boleh kan?” tanyanya. “Oh ya ya boleh Pa, kenapa tidak?” jawab Kay. “Benar boleh Kak Kay? Wah! Terima kasih banyak! Aku akan sangat betah di sini karena ada Albern!” Jenna terlihat masih gemas dengan Albern. “Bagus kalau begitu!” ucap Richard. “Nanti Bibi akan menyiapkan kamar untukmu,” ucap Kay pada Jenna. “Terima kasih Om, Kak Kay!” Harusnya Livy tidak perlu menguping pembahasan mereka. Tetapi, entah kenapa hatinya tidak tenang setelah

    Last Updated : 2025-03-08
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   22. Masuk ke Kamar Livy

    Livy langsung mengusap pipinya. “Tidak… Bukan apa-apa, Tuan.”Merry pun ikut bingung. Dia tidak berani menjawab hal yang menyangkut masalah pribadi Livy.“Saya mendengar kalian menyebut-nyebut karma, ada apa sebenarnya? Siapa yang sedang mendapat karma?” Richard masih bersikeras ingin tahu perbincangan mereka.“Tuan… Tuan butuh apa sampai harus datang sendiri ke dapur? Biar saya bantu,” ucap Livy, mengalihkan pertanyaan Richard padanya.“Ibu Livy… Kamu itu Ibu Susu Cucu saya. Saya sangat menghargai jasa Ibu Livy. Kalau Ibu Livy memang ada masalah, kenapa tidak beritahu saya ataupun Kay, kami pasti akan bantu. Bantuan kami pun tidak akan setimpal dengan jasa yang Ibu berikan untuk Cucu saya,” jelas Richard, yang begitu baik dan tulus.“Tuan… maaf, tapi bagaimana saya harus menceritakannya. Ini hanya soal masa lalu saya.” Livy mencoba tersenyum agar Richard tidak mendesaknya untuk menceritakan yang sebenarnya. Dia pun segan pada orang tua tersebut, yang pertanyaannya harus terus dia ali

    Last Updated : 2025-03-09
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   23. Kay Gelagapan

    “Ke- kenapa Nyonya bertanya seperti itu?” tanya Livy, menunjukkan wajah polos, untuk meyakinkan bahwa dia dan Kay tidak memiliki hubungan apa-apa.“Kau jangan berbohong! Aku tahu Kak Kay baru saja dari kamarmu! Apa selain menjadi Ibu Susu, menjadi pembantu, kau juga berusaha menjadi pengganti istrinya?” tuduh Jenna.“Astaga! Kenapa Nyonya bisa berpikiran seperti itu? Tu- Tuan Kay tidak mungkin melirik wanita rendah seperti saya, Nyonya.”“Tapi dia baru saja dari kamarmu kan?!” “Ya, Tu- Tuan Kay menegur saya karena saya membuat kesalahan,” jelas Livy.Jenna melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya pada Livy penuh kecurigaan.“Untuk sekelas pembantu, kamu masih lumayan cantik. Kalau sampai kau ada niat untuk genit pada Kak Kay, kau akan berhadapan denganku!” gumam Jenna.Livy mengangkat wajahnya. Ia memberanikan diri menantang wajah wanita yang baru datang tersebut. “Nyonya… Saya tidak tahu kenapa Nyonya Jenna berpikiran seperti itu. Pertama, Tuan Kay tidak mungkin akan menyuk

    Last Updated : 2025-03-09
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   24. Permintaan Richard pada Livy

    “Ti- tidak. Hubungan apa, Pa?” tanya Kay, mencoba membuat dirinya bingung dengan pertanyaan Richard. “Kau terlihat seemosi itu, Kay. Seperti ada hal lain yang membuatmu sangat membenci Ibu Susu Albern. Ingat… kalau dia tidak ada, aku tidak tahu bagaimana nasib cucuku,” jelas Richard. “A- aku hanya terbawa emosi, Pa. Aku berpikir dia tidak sepenuh hati lagi karena ada Jenna yang ingin menjaga Albern,” jelas Kay, memberikan alasan. “Tapi benar, Om. Ibu Susu Albern bohong. Aku tidak merebut Albern sama sekali. Sewaktu aku datang ke kamar, Albern memang tidak sedang menyusu. Dia menawarkan Albern untuk ku gendong, jelas aku terima. Aku sangat sayang pada Albern,” jelas Jenna. “Tapi tetap, kau harus kontrol emosimu pada Ibu Susu Albern, Kay. Kalau dia sampai stres, nanti dia sulit menyusui Albern. Dan… biasakan untuk tidak membentak di hadapan Albern,” pesan Richard. Kay mengatur emosinya. Dia menunduk. “Maaf Pa, ya aku akan lebih mengontrol emosiku lagi,” ucap Kay. Jenna menyentuh b

    Last Updated : 2025-03-10
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   25. Langsung Tunangan

    Livy bisa saja melupakan perasaannya pada Kay yang selama ini harus dikorbankannya. Dia bisa menyimpan semua kebenaran yang tak perlu lagi untuk Kay ketahui. Tapi bagaimana dengan Albern? Bisakah Livy melupakannya kelak? Bayi mungil itu sudah mengobati rasa kehilangannya pada Fabian. Lalu bagaimana jika Albern mendapatkan ibu pengganti yang tidak benar-benar tulus? Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu… Sebentar lagi Albern akan genap berusia satu tahun. Albern tumbuh menjadi anak yang aktif, cerdas dan cepat berkembang. Dia bahkan sudah bisa menyebutkan ‘Papa’ dan ‘Mama’ dengan jelas. Artinya tidak terasa pula, sudah sepuluh bulan Livy menjadi ibu susu Albern. Ia menjadi saksi perkembangan anak susunya tersebut. Dia yang paling tahu. Mulai dari awal MPASI, awal berbicara, tumbuh gigi, mampu berdiri, hingga hal terhebat yaitu mulai bisa melangkah. Semua proses itu Livy nikmati walau sering membuatnya teringat pada Fabian. ‘Andai anakku masih ada, dia pasti sudah bisa berlari kecil

    Last Updated : 2025-03-11
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   26. Livy Terkejut dan Gelagapan

    “Bagus kalau begitu! Papa akan atur semuanya.” Richard bahagia melihat menantunya akan bersama dengan keponakannya. Jenna akan menjadi Ibu Pengganti yang baik untuk cucunya. Dia percaya itu. Livy berlalu, membawa semua mainan Albern untuk disimpan ke kamarnya. “Ibu Livy?” panggil Richard. Langkah Livy terhenti. “Ya, Tuan?” sahutnya. Kay menatap Livy dengan tatapan yang dingin. Sebagaimana dia biasa menatap wanita itu penuh kebencian. “Di acara ulang tahun Albern yang akan diadakan di kantor nanti, sekaligus pertunangan Kay dan Jenna, kamu harus ikut ya?” pinta Richard. Kay tidak menyangka kalau ayah mertuanya akan meminta wanita yang dibencinya itu untuk hadir. “Pah? Kenapa harus?” tanya Kay. Jenna pun menolak di dalam hati. Livy hanya menunduk dan diam. “Itu pertama kalinya Albern bertemu banyak orang. Siapa tahu dia tidak nyaman. Siapa tahu dia takut. Jadi, kalau ada Ibu Susunya, setidaknya Albern bisa tenang,” jelas Richard. Kay menatap Livy. Dia seakan lupa kalau wanita

    Last Updated : 2025-03-12
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   27. Semuanya Gelap

    “Tu- Tuan…” Livy berdiri dan menunduk di hadapan Kay. “Apa yang baru saja kau katakan ha?!” tanya Kay geram, menahan suaranya. Ia melihat Albern yang sedang tidur. “Ma- maaf, Tuan!” Kali ini Livy tidak bisa membela dirinya sendiri. Dia tidak bisa berkilah. Jika dia menjelaskan perasaannya tentang Jenna, sudah pasti dia akan semakin salah. “Sus Merry, tetap di sini jaga Albern!” titah Kay. Merry yang sudah ketakutan, hanya bisa mengangguk dalam tunduknya. “Baik Tuan,” sahutnya. Lalu Kay menatap Livy tajam dengan mata elangnya. Dia menunjuk wajah Livy dengan tegas. “Dan kau! Ikut denganku sekarang!” ucapnya geram. Livy mengikuti Kay yang berjalan cepat menuju kamarnya, di belakang dapur. Pria tinggi tegap nan arogan itu memastikan tidak ada yang melihatnya bersama Livy. Sesampainya di kamar Livy, Kay membuka pintu itu dengan kasar. Dia menangkap leher Livy. “Apa yang kau katakan tadi ha?!” bentaknya, meluapkan amarah yang dia pendam saat di kamar anaknya. “A- aku tidak bermaksud

    Last Updated : 2025-03-12
  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   28. Tidak Bisa Mengurus Lagi

    “Ibu Livy…” Merry menyapa Livy yang baru saja terjaga dari pingsannya. Livy memegang kepalanya yang terasa berat. “Sus? Albern mana?” tanyanya. Wajah Merry begitu khawatir dan prihatin pada Livy. “Albern di kamarnya, Bu. Dia baik…” lirih Livy. “Ibu istirahat dulu, ya?” bujuknya. Livy terdiam. Tatapannya sayu cenderung kosong. “Bu… Apa yang sudah Tuan Kay lakukan pada Ibu sampai Ibu pingsan?” tanya Merry, memelankan suaranya. Dia begitu hati-hati. Livy mengingat apa yang baru saja terjadi. Dia menggeleng. “Tidak Sus,” jawabnya lemah. “Dia tidak melakukan apa-apa,” jawabnya. “Tapi, kenapa Ibu sampai pingsan? Tuhan… aku kasihan sekali pada Ibu,” ringis Merry. “Aku baik, Sus.” Livy meyakinkan. Merry menghela napas panjang. Dia mengusap bahu Livy. Richard dan Kay datang ke kamar Livy setelah berbicara dengan dokter yang memeriksa Livy di ruang tengah. “Ibu Livy? Bagaimana keadaannya?” tanya Richard. “Baik Tuan…” jawab Livy, yang masih berbaring di kasurnya. Dia pun mencoba bangk

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   93. Kemarahan Kay, Kemaafan Livy

    “Siapa yang berbicara barusan?” tanya Kay. Suaranya pelan dan datar namun berhasil membuat pegawainya yang berbisik-bisik terdiam, kaku, menunduk tak berkutik.Kay memberikan Albern pada Livy.Livy menggendong Albern. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan bisikan itu. Apa yang salah? Semua oran tahu bahwa dia memanglah babu, sebatas ibu susu.“Siapa yang baru saja bicara seperti itu?!” bentak Kay.Semua mereka bergidik takut.“Papa…” Albern memanggilnya lembut. Anak itu tidak pernah melihat ayahnya marah dan membentak tegas seperti itu.Emosi Kay teralihkan. Dia menatap anaknya.“Livy, kamu bisa ke ruanganku. Bawa Albern,” jelas Kay lembut.“Tidak perlu menegur mereka,” ucap Livy dengan tenangnya. Namun, justru ucapannya itu membuat Kay semakin kesal dan emosi pada pegawainya.Kay merangkul Livy. Melanjutkan langkah mereka bersama untuk masuk ke dalam lift.Pegawai biasanya itu langsung menghela napas lega. Mereka saling menyalahkan satu sama lain. Lalu mendesis merasa beruntung kar

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   92. Bisik-Bisik yang Kejam

    Livy menjauhkan tatapannya. “Ya,” jawabnya, menyibukkan diri dengan merapikan body and hair care milik Albern.“Ya sudah, Papa makan dulu ya? Al dan Mama siap-siap,” ucapnya. Kay masih menatap Livy, yang sibuk, atau berpura-pura sibuk agar tidak menatapnya. “Hm, kamu sudah makan?” tanyanya.Livy menatapnya lagi. “Belum,” jawabnya.“Oh. Ka- kalau begitu ayo makan bersama,” ucap Kay.“Ya, duluan saja,” jawab Livy.Kay mengangguk. Ia menggendong Albern dan membawanya keluar kamar. “Ayo temani Papa makan,” ucapnya.Setelah Livy membereskan kamar Albern, dia pun keluar kamar. Baru saja dia menutup pintu, Albern sudah berlari menangkapnya.“Eh Al?” sapa Livy, gemas. Dia langsung menggendong anak itu.“Papa…” ucap Al, menunjuk ke arah dapur.“Mau sama Papa?” tanya Livy.Al mengangguk.Kening Livy mengernyit. Padahal tadi Kay sudah membawanya, dia yang kembali, lalu kenapa meminta untuk kembali pada ayahnya di meja makan? Namun, dia tidak mungkin mendebat anak kecil yang belum mengerti apa-ap

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   91. Berdebar Karena Albern

    Livy tidak menjawab. Namun, hatinya juga tak marah mendengar ungkapan harap dari Kay.Kay menatap wajah Livy, yang pandangannya tidak membalasnya. Arah pandangannya menunduk, menatap gelas atau meja, yang pasti tak menatap sorot mata Kay yang penuh harap.Kembali hening.Livy meraih gelasnya, lalu kembali minum. Usai ia meletakkan kembali, barulah dia bersuara. “Aku—aku…” Ragu. Tak tahu harus bagaimana menyampaikan. “Aku rasa, sekarang… justru aku—aku tak pantas untukmu.”“Aku yang tak pantas untukmu,” timpal Kay. Ia tidak terima dengan ucapan Livy. “Aku yang tidak pantas untukmu, karena kejahatan dan kekejamanku padamu saat aku tidak tahu semuanya, benar-benar bukan seperti manusia yang punya hati. Aku yang tidak pantas,” potong Kay. “Tidak apa-apa, Livy. Aku mengerti,” sambungnya pelan.Livy terdiam. Dia juga belum bisa memaafkan luka itu jika mengingatnya.“Aku ke kamar Albern dulu,” lirih Livy, lari dari perbincangan dan pembahasan mereka yang dingin dan tak berujung. Ia membawa g

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   90. Kisah Kita

    Livy tidak bisa menjawab ucapan Richard. Lagi pula pertanyaan itu tak untuk dijawab, melainkan untuk dirasakan. “Aku ke kamar Al dulu, Pa,” ucapnya pelan. Ia menunduk lalu berjalan, meninggalkan Richard. Ia menuju kamar Albern.Dan begitulah, malam itu tak menunjukkan perubahan besar untuk hubungan keduanya. Tidak ada pelukan, tidak ada amarah yang meledak. Namun, diamnya mereka seakan menyiratkan kalau semua itu adalah permulaan. Mungkin, tak mungkin mengulang masa lalu, tak bisa, tetapi bisa saja menyusun kembali hal yang jauh lebih dalam.Kay tahu, luka yang ditinggalkannya terlalu dalam untuk disembuhkan hanya dengan penyesalan. Ia tidak berharap untuk dimengerti, apalagi dicintai kembali. Tapi malam itu, ucapan maaf Livy saat tiba di rumah, seakan memintanya masuk ke dalam ruang luka, dan membiarkannya melihat dari dekat. Livy pun sangat menyesal tak memberitahu semuanya di masa itu.Di kamar Albern, saat memandangi anak yang sudah lelap itu, tatapannya justru menuju lamunan. Dia

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   89. Maaf dari Livy

    Setelah lama di pemakaman, hening, diam tanpa sanggup membahas semuanya kembali ke belakang, akhirnya Kay beranjak. “Kita pulang?” tanyanya.Suaranya masih serak, khas suara baru selesai menangis, atau memendam kepedihan yang tak terungkapkan.Livy pun beranjak, tanpa menjawab, tanpa menatap Kay. Dia melangkah lebih dulu, meninggalkan Kay beberapa langkah di belakangnya. Ada banyak hal yang disesalkan, tetapi tak berguna untuk diungkapkan kembali. Membuatnya masih menitikkan air mata. Tangannyaa pun sibuk menepisnya.Kay melihat kalau Livy juga tidak dapat membendung air matanya. Andai saja dia bisa memeluk, menenangkannya seperti yang sering dia lakukan dulu. Namun, semua itu tinggal kenangan, bayang-bayang semu yang tak tahu apa mungkin akan terulang. Tangannya serasa tak akan sampai, meski Livy tepat berada di depannya.Livy masuk ke dalam mobil. Tepat setelah Kay bergerak cepat membukakan pintu untuknya. Ia duduk diam dan keheningan kembali menguasai mereka.Perjalanan mereka sama

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   88. Luka di Pemakaman

    Livy reflek melangkah mundur. Ia menatap Kay dengan kebingungan dan sedikit tidak percaya. Kay bahkan sudah mencari tahu sejauh itu. Sedalam itu rasa sakit yang dia simpan?“A- aku bahkan tidak tahu kalau mereka mengubur kandunganku. Aku tidak tahu usianya berapa. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa,” isak Livy, menutup mulutnya. Perih di masa lalu membuat tubuhnya sedikit gemetar.Tatapan Kay teduh dan iba. Dia bisa merasakan betapa sakit dan pahit yang Livy alami di masa lalu. Ia pun merasa semakin bersalah karena sudah membenci Livy selama itu.Andai boleh mengikut hati, Kay ingin sekali meraih tangan Livy, menggenggamnya hingga memeluknya erat seakan memberikan kekuatan untuk saling menguatkan. Ia ingin mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. Sayangnya, Kay tidak berani melakukan semua itu setelah jahat dan kejam yang dia berikan tanpa henti padanya.Ia pun menunduk. Napasnya sesak. Terdengar saat dia mencoba menghela napas menyembunyikan air matanya. “Aku minta maaf. Tapi, a

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   87. Permintaan Kay

    “Kay?” Richard tidak menyangka bahwa menantunya itu bahkan akan menghukum dirinya sendiri. “Aku pantas dihukum, Pa. Aku sudah sangat kejam pada Livy. Dia pantas memutuskan ini,” ucap Kay, kelu. Livy menutup mulutnya setelah menjatuhkan kertas yang harusnya dia tandatangani. Dia tidak bisa mengambil langkah itu meski ia belum bisa memaafkan Kay. “Kamu pikir aku akan memaafkanmu dengan menghukummu seperti ini?” lirih Livy sedikit geram walau masih terisak. Kay tidak menjawab. Dia hanya menunduk. Penyesalan di dirinya terlihat amat begitu dalam. Livy menatap pria paruh baya yang terkapar lemah dengan napas satu satu. “Urus apa yang sudah kamu lakukan ini!” ujar Livy, tegas. “Semuanya justru membuatku semakin sakit!” Ia beranjak. Pergi masuk ke dalam rumah, menuju kamarnya. Ia mengurung diri di sana. Richard menyentuh kedua bahu Kay dan menuntunnya untuk bangkit. “Papa paham. Papa tahu kamu sedang membuktikan penyesalanmu. Papa tahu kamu sedang membalas luka-lukamu. Tapi, lebih baik

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   86. Menghukum Pelaku, Termasuk Kay

    Setelah tidak bisa menjelaskan apa-apa pada Pak Sopir sepanjang perjalanan, Livy akhirnya tiba di rumah dengan kepanikan yang luar biasa. Tubuhnya bahkan gemetar. “Nyonya? Nyonya Livy? Ada apa?” pekikan Bibi Eden mengundang Richard keluar dari kamarnya. Livy menggeleng. Dia tidak tahu haru menjelaskan dari mana. Dia menutup wajah, mengusap mukanya dan menutup mulutnya. “Livy? Ada apa? Tenang dulu…” Richard mencoba menenangkan. Ia pun menatap wajah Pak Sopir yang masih dalam kebingungan. “Ada apa? Apa yang terjadi?” tanyanya pula. Pak Sopir hanya bisa menggeleng. Belum sempat jawaban keluar dari mulut Livy, tiba-tiba mobil Kay dan anak buahnya pun tiba di pelataran rumah. Livy semakin panik. Dia reflek berjalan ke arah belakang Richard, bahkan memegang lengan baju pria yang sudah menganggapnya seperti anak. “Livy…” Kay sampai di ruang tengah, setelah berlari menghampiri. “Ada apa sebenarnya?” tanya Richard. Suaranya menjadi tegas. “Bi. Bibi Eden. Tolong awasi Albern.

  • Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu   85. Syok! Berlumur Darah

    Hari-hari setelah Livy pulang ke rumah berjalan dengan pola yang hampir sama. Kay hanya terlihat saat pagi hari—menyapa Albern, menggodanya dengan lelucon kecil, lalu pamit dengan ciuman singkat di kening putranya. Kadang ia menoleh ke Livy, kadang tidak. Bila pun iya, tatapannya cepat dialihkan. Kondisi Livy pun sudah baik. Dia sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. Memang, dengan jarangnya Kay berada di rumah, bisa meminimalisir sakit hati dan lukanya yang belum sembuh sepenuhnya. Tetapi, dengan sikap Kaay yang seperti itu, datang, pergi seakan hilang, membuat Livy tak percaya dengan upayanya yang meminta maaf. Malam hari Kay akan pulang. Kadang Livy sudah tertidur. Kadang pura-pura. Tapi Kay tak pernah lagi masuk ke kamarnya, apalagi menyapanya. Hanya suara langkah kaki dan suara pintu dari kamar Albern yang terdengar oleh Livy. Ya, setidaknya pria itu tidak benar-benar melupakan anaknya. Livy mulai terbiasa dengan semua itu. Ia tidak mencari. Tidak juga bertanya. Sebab Rich

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status