หน้าหลัก / Romansa / Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu / บทที่ 81 - บทที่ 85

บททั้งหมดของ Ketika Mantan Menjadi Ibu Susu: บทที่ 81 - บทที่ 85

85

81. Akan Kutuntaskan Semuanya!

Livy menahan napas. Lalu dia membuangnya perlahan. Ia tak menatap Kay. Berusaha mengabaikan ucapan pria yang pernah memiliki cinta paling besar dalam hidupnya.“Pergilah. Aku tidak butuh kau di sini,” ucap Livy, suaranya bergetar.“Aku tahu. Dan aku tetap menunggu di depan.”Malam itu, setelah ia kembali ke ranjangnya dan mencoba tidur, ia merasa... terjebak.Bukan oleh luka fisiknya, melainkan luka emosinya, yang seakan dibuka kembali oleh perhatian Kay yang tidak ia minta. Ia sempat melihat punggung Kay yang berjalan mendekati pintu untuk keluar.Saat pria itu berbalik untuk melihatnya kembali, memastikannya, ia menjauhkan tatapannya.Pintu kembali tertutup. Livy tak melihatnya lagi. Namun, bayang-bayang bagaimana Kay tidur di luar ruangan, masih jelas di ingatannya dan mengundang kecemasannya.“Tidak! Aku tidak peduli! Sakitnya dihina, direndahkan, tak diinginkan hidup, bahkan keguguran untuk kedua kali tapi tidak dipercayai, harusnya membuatku tidak memedulikan perhatiannya yang s
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
อ่านเพิ่มเติม

82. Buka Bajumu!

Seperti kemarin, hari ini pun, setelah pagi itu Kay pergi, dia tidak pernah terasa ada lagi di depan ruangannya. Livy membuang semua tanda tanya di hatinya, dengan berlaku sibuk, bercanda dan menikmati kebersamaan dengan anak susunya yang lucu, Albern.Bibi Eden, terus mencoba memperbaiki hubungan keduanya, lewat penjelasan tipis yang menyoroti kebaikan dan kesabaran Kay.“Nyonya… Semenjak Nyonya Livy sudah sadar dan masih di rawat di sini, Tuan Kay sepertinya benar-benar lupa kalau dia memiliki rumah mewah. Dia lebih memilih tidur di depan.” Bibi Eden mencoba tertawa pelan, agar pembahasannya tidak membuat Livy canggung.“Atau mungkin… memang Nyonya Livy-lah tempat pulangnya,” lanjut Bibi Eden. Membuat Livy teringat dengan ucapan Kay.“Bi… Aku tidak memintanya,” jawab Livy.Bibi Eden mengangguk. “Tuan Kay memang kejam, Nyonya. Tapi, semua itu karena dia tidak tahu yang sebenarnya.”“Setidaknya kekejamannya sudah membuat saya membuka mata kalau dia juga tidak sebaik itu, Bi. Dia bisa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
อ่านเพิ่มเติม

83. Makan Bersama, Ingatan yang Sama

Malam Terakhir di Rumah SakitUntuk pertama kalinya sejak Livy dirawat, Kay akhirnya diizinkan masuk dan tidur di ruangan itu. Hanya satu malam, sebelum Livy diperbolehkan pulang besok. Butuh waktu yang lama bagi Kay, tapi tak apa. Ini saja dia sudah sangat senang.Meskipun tidak ada pelukan atau sambutan hangat. Hanya diam, dan sebuah selimut yang diberikan Livy untuk menggantikan bajunya yang basah, tapi terasa sungguh sangat hangat. Bahkan ada debaran yang membuatnya semangat.Bukan karena hangat selimut. Tapi karena Livy… membiarkannya tetap di ruangan itu.Kay tidur di sofa kecil di sudut ruangan, tubuhnya meringkuk tak nyaman, namun tak sekalipun ia mengeluh. Hanya sesekali ia mencuri pandang ke arah ranjang Livy, memastikan cinta pertamanya itu tertidur pulas.Livy tahu, Kay tak nyaman. Tetapi, dia mencoba tidak peduli. Lagi pula, di mana lagi dia harus tidur. Tidak mungkin di lantai. Tidak mungkin pula di sebelahnya.Karena hening, meski pikiran berisik, akhirnya keduanya sama
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-20
อ่านเพิ่มเติม

84. Menghilang

Kay terdiam.Livy menunggu.“Nanti. Ada saatnya kamu akan tahu.” Kay masih tidak memberitahu apa yang sebenarnya dia rencanakan.Livy menyerah. Dia memilih tidur. Ia tidak memperdulikan Kay lagi.Keesokan harinya, Livy terbangun lebih lama dari biasanya, mengingat cukup lama juga dia begadang tadi malam. Cahaya pagi yang menelusup melalui jendela kamar rumah sakit membuatnya menyipitkan mata. Untuk sesaat, ia merasa tenang… sampai menyadari bahwa ruangan itu sunyi. Sofa tempat Kay tidur semalam sudah kosong.Selimutnya terlipat rapi di sudut. Tidak ada jejak. Seakan kehadirannya semalam hanya mimpi samar di antara dingin dan kesendirian.Livy menghela napas. Ia mencoba meyakinkan diri kalau Kay hanya pergi sebentar. Tapi perasaan itu tidak mudah diredam. Ada kegelisahan yang menggantung sejak tadi malam, sejak Kay kembali bungkam saat ia bertanya tentang ‘urusan’ yang selalu ia rahasiakan.Tidak lama setelah itu, Bibi Eden, Albern dan Richard pun datang bersama Pak Sopir.“Yeeay hari
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-21
อ่านเพิ่มเติม

85. Syok! Berlumur Darah

Hari-hari setelah Livy pulang ke rumah berjalan dengan pola yang hampir sama. Kay hanya terlihat saat pagi hari—menyapa Albern, menggodanya dengan lelucon kecil, lalu pamit dengan ciuman singkat di kening putranya. Kadang ia menoleh ke Livy, kadang tidak. Bila pun iya, tatapannya cepat dialihkan. Kondisi Livy pun sudah baik. Dia sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. Memang, dengan jarangnya Kay berada di rumah, bisa meminimalisir sakit hati dan lukanya yang belum sembuh sepenuhnya. Tetapi, dengan sikap Kaay yang seperti itu, datang, pergi seakan hilang, membuat Livy tak percaya dengan upayanya yang meminta maaf. Malam hari Kay akan pulang. Kadang Livy sudah tertidur. Kadang pura-pura. Tapi Kay tak pernah lagi masuk ke kamarnya, apalagi menyapanya. Hanya suara langkah kaki dan suara pintu dari kamar Albern yang terdengar oleh Livy. Ya, setidaknya pria itu tidak benar-benar melupakan anaknya. Livy mulai terbiasa dengan semua itu. Ia tidak mencari. Tidak juga bertanya. Sebab Rich
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-21
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
456789
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status