Semua Bab Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali: Bab 61 - Bab 70

107 Bab

BAB 61 : Bekerja Sama

Catelyn menatap layar komputernya, jemarinya dengan cepat mengetik beberapa baris data di spreadsheet. Pekerjaannya masih setengah selesai, namun ia enggan berhenti sebelum mencapai targetnya.Beberapa meja di sekitarnya mulai kosong seiring jam makan siang tiba. Suara langkah-langkah meninggalkan ruangan terdengar, diiringi tawa kecil dari rekan-rekan yang berbincang tentang menu makan siang mereka.Saat itu, Daniel, salah satu staf dari departemen yang sama, melewati meja Catelyn."Hai, Catelyn." Daniel berhenti di sampingnya, menyandarkan satu tangan di meja kubikelnya. "Aku mau ke kantin. Ikut?"Catelyn menoleh sekilas, lalu tersenyum sopan."Ah, terima kasih, Daniel. Tapi aku masih tanggung. Aku mau menyelesaikan ini dulu."Daniel mengangkat bahu. "Oke. Jangan lupa makan, ya."Setelah Daniel pergi, ruangan menjadi lebih sepi.Sejak komentar spontan-nya minggu lalu, Catelyn kini tak lagi dianggap tak ada oleh staf-staf senior di sana. Beberapa orang mulai menyapanya layaknya rekan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

BAB 62 : Menghibur Diri

Waktu menunjukkan pukul 17:00—jam normal pulang kantor di Denver.Catelyn menghela napas pelan, matanya menatap layar komputer yang kini hanya menampilkan desktop kosong.Ia merapikan berkas-berkas, memastikan tidak ada dokumen yang tertinggal sebelum menyimpannya ke dalam laci. Keyboard didorong ke tempatnya, dan layar dimatikan.Setelah itu, ia membenahi barang-barangnya di kubikel—menyusun kembali alat tulis, merapikan sticky notes yang tertempel di pinggir meja, serta meletakkan mug kopi kosong ke sudut.Biasanya, Catelyn tidak akan pulang sepagi ini.Ia kerap bertahan lebih lama dibanding staf lain, menyempurnakan pekerjaannya dan mempelajari hal-hal baru.Sebagai anak magang, ia tahu posisinya rentan, sehingga ia selalu berusaha memberikan yang terbaik.Namun kali ini berbeda.Pikirannya terlalu kacau.Matanya melirik sekilas ke arah kubikel lain yang sudah mulai kosong. Orang-orang pulang satu per satu, meninggalk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

BAB 63 : Tersudut

Catelyn meneguk sisa minumannya, merasakan panas alkohol yang membakar tenggorokannya dan mulai menguasai tubuhnya.Kepalanya terasa ringan, dan matanya sedikit berkunang-kunang saat ia meletakkan gelasnya di meja bar. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi ucapan Nielson siang tadi."Aku pulang dulu," katanya, suaranya terdengar lebih santai dari biasanya.Levin, sang bartender, meliriknya dengan tatapan skeptis. "Kau kelihatan nggak biasa minum," komentarnya.Catelyn menyeringai kecil, bahunya terangkat santai. "Memang tidak."Bartender itu mendecak. "Kalau begitu, kau salah langkah dengan minum di bar. Kau yakin bisa pulang sendiri?"Catelyn terkekeh, tapi nada tawanya terdengar sedikit lambat. Tangannya berusaha meraih tas, tapi gerakannya agak kurang stabil. "Aku baik-baik saja," katanya meyakinkan. "Ini cuma minuman, Levin. Tidak akan membunuhku."Tatapan Levin masih terlihat ragu, kekhawati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

BAB 64 : Mencoba Meloloskan Diri

Mereka melewati lorong sempit yang terlihat biasa, tapi Ethan tahu ini bukan lorong sembarangan.Panel kayu di dindingnya terlihat berat dan tertutup dengan sempurna, kemungkinan ada lorong-lorong tersembunyi di baliknya. Aroma tembakau khas memenuhi udara. Di ujung lorong, ada sebuah pintu baja dengan dua pria bersenjata berjaga di depan.Salah satu penjaga membuka pintu.Begitu Ethan melangkah masuk, ia mendapati sebuah ruangan yang jauh berbeda dari bar di luar.Di tengah ruangan, duduk seorang pria dengan jas mahal, dikelilingi tiga wanita penghibur. Mereka tertawa, menuangkan minuman, dan merapat padanya. Tapi begitu melihat siapa yang baru saja masuk, pria itu langsung menghentikan aktivitasnya.Matanya menyipit sebelum akhirnya ia berdiri."Ethan Wayne," katanya dengan senyum kecil yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Sungguh kejutan. Aku tidak menyangka kau akan datang sendiri."Ethan tidak bereaksi.Ia hany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

BAB 65 : Memancing Badai

Catelyn duduk diam di kursi penumpang, wajahnya sembab. Matanya masih memerah, efek dari sedikit mabuk dan tangisan yang belum lama berhenti.Bayangan kejadian tadi masih menghantui pikirannya. Bagaimana Jeremy hampir menyentuhnya, bagaimana ia terpojok dan tak bisa berbuat apa-apa.Dengan takut-takut, ia melirik ke depan, ke arah pengemudi.Entah siapa pria itu. Ia belum pernah melihatnya sebelumnya.Pakaian pria itu sederhana, seperti seseorang yang berusaha tidak mencolok. Topi gelap menutupi sebagian wajahnya, sementara kemeja hitam kasual yang dikenakannya tampak biasa saja.Namun, di balik tampilan samar itu, ada aura bahaya yang kentara. Postur tegapnya, cara ia menggenggam setir dengan mantap, dan sorot matanya yang tajam—semua itu memberi kesan bahwa pria ini bukan orang biasa.Pria itulah yang tadi menghajar Jeremy. Dalam dua pukulan saja, Jeremy terkapar tak sadarkan diri.Catelyn bergidik mengingatnya. Secepat dan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

BAB 66 : Kekhawatiran

Minggu siang terasa begitu kelabu bagi Catelyn.Matahari yang seharusnya bersinar terang di luar jendela apartemennya tidak mampu mengusir gelap yang menyelimuti pikirannya.Ia masih meringkuk di atas ranjang sempitnya, lutut ditarik ke dada, tubuhnya bergetar halus. Dini hari tadi, setelah insiden mengerikan tadi malam itu, ia tidak bisa tidur.Matanya sembab, bekas tangis masih jelas terlihat di wajahnya yang lelah. Semalam adalah mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya.Pikirannya terus melayang ke kejadian setelah ia keluar dari Gilded Lounge. Dada Catelyn bergemuruh mengingat bagaimana Jeremy mencoba menyentuhnya dengan paksa.Ia menggigit bibir, menahan sesak yang kembali menyerang.Setiap kali ia menutup mata, bayangan kejadian semalam kembali menerornya.Tidak pernah dalam hidupnya, ia mengalami hal seperti ini.Ia selalu menjaga dirinya dengan baik, bahkan saat bersama Nielson.Meski
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

BAB 67 : Pertahanan Rapuh

Catelyn membeku.Sosok yang berdiri di hadapannya, tinggi dan tegap dengan rahang tegas serta mata biru yang selalu tampak ramah, adalah Ethan.Ethan.Untuk sesaat, Catelyn nyaris tak percaya pada penglihatannya. Ia mengira Ethan masih berada di Madison. Bagaimana bisa pria itu ada di sini?Bagaimana bisa pria ini selalu hadir saat dirinya dalam kondisi terpuruk?“Catelyn―” Bibir Ethan membelah, namun sebelum pria itu sempat menyelesaikan kalimatnya, Catelyn sudah menubruk tubuh Ethan dengan tubuhnya yang lemah.Pertahanannya patah. Tangisnya pecah.Ia tenggelam dalam dekapan Ethan, dadanya bergetar hebat karena ledakan emosi yang tertahan sejak semalam.Ethan menarik napas dalam.Kedua iris birunya menyapu Catelyn yang masih terbenam di dadanya, lalu tubuh mungilnya yang sedikit menggigil.Napas pria tampan itu sesaat tersendat, bukan karena terkejut, tetapi karena amarah yang ia tahan.Catelyn tampaknya tidak terluka, tetapi trauma itu jelas terpampang di wajahnya. Mata merahnya, bah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya

BAB 68 : Peringatan Keras

Ethan mendengarkan dengan saksama saat dokter menjelaskan kondisi Catelyn.“Selain beberapa memar di tangan, bahu, dan punggung akibat benturan, tidak ada luka serius yang perlu dikhawatirkan.”Kedua alis Ethan menurun saat mendengar ada beberapa memar pada tubuh Catelyn. Ia melirik Catelyn yang langsung menghindari tatapan biru Ethan.Dokter itu lalu menambahkan dengan suara tenang, “Jika dia mengalami kesulitan tidur dan terus gelisah, saya sarankan untuk menjalani terapi atau menemui psikolog.”Mendengar itu, Catelyn segera menggeleng cepat. “Tidak perlu,” ucapnya dengan nada tegas. “Aku sehat. Aku baik-baik saja.”Ia tahu rumah sakit ini adalah salah satu yang paling mahal di Denver. Biaya pemeriksaan saja sudah cukup membuatnya cemas, apalagi harus menjalani terapi dengan psikolog. Bagaimana ia akan membayarnya?Ethan, yang memperhatikan perubahan ekspresi Catelyn, langsung memahami kekhawatirannya.Pria itu menoleh ke dokter dan berkata dengan nada santai, “Terima kasih, Paman,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

BAB 69 : Mengapa Begitu Baik?

Nielson baru saja mengantar Molly Beckett pulang.Saat hendak berpamitan, ia mendapati Tim Beckett, ayah Molly, duduk di ruang tamu dengan ekspresi serius."Nielson," panggil Tim, membuat langkah Nielson terhenti. "Bagaimana dengan pengembangan konsep yang kau tangani? Sudah dipenuhi ide-ide baru?"Nielson tersenyum kaku, merasakan keringat dingin di tengkuknya. "Saya sedang mengerjakannya, Pak. Mengenai ide... ada beberapa hal dalam kepala saya, tapi belum saya tuangkan dengan benar. Saya masih mencari waktu yang tepat untuk itu."Tim mengangguk kecil, lalu berkata dengan nada tegas, "Kalau begitu, manfaatkan waktu libur seperti ini untuk mulai menuangkan ide-idemu dengan benar.""Tentu, Pak." Nielson mengangguk cepat, merasa gugup.Ia segera berpamitan, tak sanggup jika terus dicecar soal konsep itu.Bagaimanapun, itu bukan hasil pemikirannya sendiri. Konsep itu sepenuhnya adalah milik Catelyn.Begitu Nielson pergi, Nyonya Beckett menoleh pada suaminya dengan tatapan sedikit menghard
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

BAB 70 : Masih Beruntung

Cahaya sore menyusup melalui celah tirai, menerangi ruang apartemen dengan semburat emas yang lembut.Ethan berdiri di ambang pintu ruang tengah, mata biru tajamnya tak lepas dari sosok gadis yang tertidur di atas sofa.Catelyn terlelap dengan damai, tubuhnya meringkuk di sisi sofa yang empuk.Rambut panjangnya tergerai, beberapa helai jatuh di atas wajahnya yang tampak lelah namun tetap memancarkan kecantikan alami. Napasnya teratur, naik-turun dengan ritme yang menenangkan. Bibirnya sedikit terbuka, pipinya bersemu merah muda, memberikan kesan polos yang membuat Ethan terdiam sejenak.Ethan baru saja selesai membereskan bekas makan siang mereka. Tadi, Catelyn bersikeras ingin membantu, tetapi ia menolak dan memintanya menunggu di ruang tengah. Namun, begitu ia kembali, yang ditemukannya justru Catelyn yang sudah tertidur begitu pulas.Tatapan Ethan turun, menelusuri pakaian yang dikenakan gadis itu.Setelan kemeja dan celana yang terlihat kusut menandakan bahwa Catelyn belum berganti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status