All Chapters of Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali: Chapter 11 - Chapter 20

101 Chapters

BAB 11 : Malam Yang Berbahaya

Begitu keduanya masuk ke dalam Rolls-Royce Phantom, kendaraan mewah itu meluncur mulus ke jalan utama, menuju pusat kota.Ethan bersandar pada kursinya, menatap keluar jendela dengan mata birunya yang tajam."Saya sudah menjadwalkan pertemuan dengan perwakilan Moonriver Inc besok pagi," kata Cole. "Kita juga punya janji dengan pihak kota siang harinya. Setelah itu, apakah Anda ingin bertemu dengan tim proyek di Glendale?"Ethan menghela napas ringan. "Ya. Tapi malam ini aku ingin tenang dulu."Cole menutup tabletnya, lalu menoleh sedikit. "Langsung ke Four Seasons, Tuan?"Ethan tidak langsung menjawab.Matanya masih menatap keluar jendela, memperhatikan gemerlap lampu kota yang mulai menyala seiring matahari tenggelam di ufuk barat."Berapa lama lagi sampai hotel?" tanya pria tampan itu akhirnya.Sopir melirik sekilas ke kaca spion sebelum menjawab. "Sekitar 35 menit, Tuan."Ethan terdiam sejenak sebelum berkata dengan nada lebih pelan. "Aku butuh minuman."Cole menoleh dengan sedikit
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

BAB 12 : Pria Bermata Biru Itu

Sosoknya tinggi, tubuhnya sempurna dengan bahu bidang yang kokoh.Wajahnya luar biasa tampan, dengan rahang tegas dan ekspresi dingin yang mengintimidasi.Dan yang paling mencuri perhatian—sepasang mata biru menawan yang kini menatap pria mabuk itu dengan kilatan tajam.Ruangan kembali sunyi.Catelyn menelan ludah, jantungnya berdegup kencang."Kau baik-baik saja?" Suara dalam pria itu mengudara, tenang namun penuh wibawa.Catelyn belum sempat menjawab ketika lelaki mabuk yang hampir menamparnya tadi menyentak kasar, marah karena dihalangi."Kau siapa?! Jangan ikut campur urusan orang lain!"Pria bermata biru itu tetap tenang, tidak bereaksi terhadap kemarahan pria mabuk itu."Kau tidak akan melakukan apa pun," ucapnya ringan, seakan memberi peringatan tanpa perlu meninggikan suara.Pria mabuk itu mendengkus marah dan tertawa mengejek. "Siapa kau, hah?! Apa kau tahu siapa kami?"Pria bermata biru itu dengan santai mengeluarkan dan mengangkat ponselnya. "Kebetulan, aku merekam semuanya
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

BAB 13 : Memanfaatkannya

Catelyn keluar dari ruangan manajer dengan langkah pelan. Wajahnya terlihat lelah, napasnya terasa berat.Baru satu malam bekerja, dan ia sudah dimarahi.Bob, manajer The Gilded Lounge, baru saja memberikan teguran keras."Apa yang kau lakukan, Catelyn?!" suara Bob masih terngiang di telinganya. "Pelanggan di VIP 3 mengeluh! Kau tahu siapa mereka? Orang-orang berduit yang bisa saja membuat tempat ini kehilangan lisensi!"Catelyn sudah menjelaskan.Ia hanya membela diri. Para pria kaya itu mencoba menyentuhnya tanpa izin, dan ia tidak akan tinggal diam begitu saja.Tak ia sangka, para pelanggan kurang ajar itu melayangkan keluhan langsung kepada Bob.Bob memang tidak memperpanjang masalah ini, tapi tatapannya tajam. "Lain kali, lebih hati-hati. Aku tak mau ada masalah lagi."Catelyn hanya bisa mengangguk.Saat ia berjalan ke area bar, Levin—bartender yang tengah merapikan meja—menatapnya dengan senyum simpati. "Hari pertama yang berat, huh?"Catelyn mengangkat bahu, tersenyum kecil. "L
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 14 : Cari Sendiri Perempuan Kesayanganmu

Catelyn melangkah ringan di lorong swalayan, senyumnya mengembang sejak tadi.Malam sebelumnya, ia cukup beruntung mendapatkan banyak tip dari pelanggan, sehingga hari ini ia bisa membeli beberapa kebutuhan di apartemennya tanpa harus terlalu khawatir dengan pengeluaran.Namun, ketenangan dan kebahagiaannya tak bertahan lama.Saat ia sedang memilih beberapa bahan makanan, suara angkuh yang sangat dikenalnya terdengar dari belakang."Astaga, aku tidak percaya masih melihatmu di kota ini," suara itu terdengar tajam dan penuh ejekan.Catelyn menegang.Perlahan, ia menoleh dan mendapati Nyonya Stokes berdiri di sana, mengenakan mantel mahal, bibirnya tertarik ke atas dalam seringai meremehkan. Di sampingnya, dua wanita sosialita menatap Catelyn dengan tatapan menghakimi, seolah keberadaannya di sana adalah sebuah kesalahan besar."Seharusnya kau sudah kembali ke kampung halamanmu," lanjut Nyonya Stokes. "Gadis miskin dan tak berpendidikan sepertimu tidak pantas tinggal di kota besar sepert
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

BAB 15 : Hari Sial

The Gilded Lounge tampak lebih ramai dari biasanya malam ini. Cahaya lampu temaram berpadu dengan alunan musik yang mengalir ceria di antara percakapan riuh pelanggan.Aroma alkohol bercampur dengan wangi parfum mahal memenuhi udara, menciptakan suasana yang khas dari bar yang cukup terkenal ini.Catelyn bergerak cepat di antara meja-meja, membawa nampan berisi minuman dengan langkah luwes.Beberapa pelanggan genit mencoba menarik perhatiannya seperti biasa, tapi ia sudah terbiasa. Selama mereka tidak kelewatan, Catelyn tetap bisa menghadapi mereka dengan senyum tipis profesional.Di belakang meja bar, Levin, bartender yang sudah cukup lama bekerja di sana, menyodorkan beberapa minuman padanya.“Sibuk sekali, bukan?” ujarnya mengerling pada Catelyn.“Yeah.”“Aku sudah menyimpan satu botol Chardonnay―Rombauer, seperti pesananmu tadi.”Catelyn melirik sekilas pada Levin, “Thanks. Mungkin agak larut aku mengambilnya.”“Ada seseorang yang istimewa?” Levin mengerling lagi.“Bukan,” sela Ca
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

BAB 16 : Aku Benci Orang Kaya

Ethan. Pria itu berdiri di sampingnya, ekspresinya datar, tapi cengkraman di pergelangan tangan Nielson begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ruangan seakan membeku seketika. Ethan menatap Nielson seperti sedang menilai sesuatu yang tidak berharga. "Kalau kau masih punya sedikit otak, duduklah sebelum aku benar-benar mengajarkanmu sopan santun." Suasana di sekitar meja di lantai atas yang semula riuh mendadak hening. Mata Nielson membulat, napasnya tercekat saat ia mendongak dan melihat siapa yang menghentikannya. Tatapan pria itu dingin dan tajam, sorot matanya seperti pisau yang bisa menguliti seseorang hanya dengan pandangan. Rahangnya tegas, ekspresinya tidak menunjukkan amarah berlebihan, tapi ada sesuatu dalam caranya berdiri yang membuat Nielson merinding tanpa sadar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Nielson merasa benar-benar kecil. Aura Ethan begitu kuat, seolah hanya dengan berdiri di sana, ia bisa membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum bertindak bo
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 17 : Tidak Semua Orang Buruk

Catelyn tersenyum kecil, menunduk sopan pada pria di depannya. “Terima kasih, Tuan Everett. Saya benar-benar menghargai kesempatan ini.” “Sebutan ‘Tuan’ membuatku terdengar tua, cukup panggil aku Brian,” jawab pria itu santai, senyumnya ramah. Brian Everett, pemilik Everett’s Delight, sebuah toko cake kecil namun cukup terkenal di pusat kota. Usianya baru sekitar awal 30-an, dengan rambut cokelat gelap sedikit berantakan dan sepasang mata yang juga cokelat yang selalu tampak hangat. Itu di hari berikutnya. Catelyn masih tak percaya betapa beruntungnya dirinya hari ini. Ia tak sengaja menemukan lowongan pekerjaan ini saat sedang berjalan kaki melintasi jalan utama pusat kota. Ia melihat seorang pegawai toko cake bergegas keluar sambil berbicara di telepon, suaranya terdengar panik, “Brian, maaf! Aku baru dapat kabar, adikku kecelakaan. Aku harus pulang ke kampung halaman sekarang juga.” Brian—yang saat itu tengah mengantarkan pesanan ke seorang pelanggan—langsung berbalik dengan ek
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 18 : Saling Menguntungkan

Ruangan itu tampak berantakan.Laci-laci terbuka, beberapa dokumen berserakan di lantai.Beberapa lembar kertas yang diremas, menggelinding hingga ke sudut ruangan, bercampur dengan buku-buku yang dikeluarkan secara asal.Nielson membongkar setiap sudut kamar bekas Catelyn tempati, membuka lemari dengan kasar, menarik laci meja hingga hampir terlepas dari relnya.Namun ia tak menemukan yang ia cari.Dengan napas sedikit memburu, ia duduk di tepi ranjang dan mengacak rambutnya dengan frustrasi. Matanya menatap kosong ke lantai, mencoba mengingat dimana Catelyn bisa saja menyimpan konsep yang pernah ia dengar itu.Saat itu, teleponnya berdering.Nielson hendak menggerutu, siap memaki siapa pun yang mengganggunya di saat seperti ini. Namun saat melihat nama yang tertera di layar, ekspresinya berubah.Molly.Sekejap, kekesalan di wajahnya lenyap. Dengan cepat, ia menarik napas, mengubah nada suaranya menjadi lebih ramah sebelum mengangkat panggilan itu.“Hey, babe,” sapanya dengan nada le
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 19 : Lebih Dalam Dari Yang Terlihat

Sinar matahari sore mulai meredup di atas lokasi proyek Glendale, tetapi suara mesin bor dan alat berat masih menggema di udara.Di antara debu dan suara pekerja yang berlalu lalang, seorang pria berdiri tegap mengawasi area konstruksi.Ethan berpakaian rapi meski tetap sesuai untuk lapangan—kemeja putih dengan lengan yang sedikit digulung, rompi keselamatan berwarna navy, serta celana panjang hitam yang dipadukan dengan sepatu boots proyek.Posturnya tegap, ekspresi wajahnya serius, memperlihatkan kewibawaannya sebagai CEO yang terbiasa dengan lingkungan kerja keras.Di hadapannya, seorang pria dengan helm proyek dan map di tangan—pimpinan proyek di lokasi itu—sedang berbicara dengannya.“Bagaimana progres di sektor timur?” Ethan bertanya, tatapannya lurus.Pimpinan proyek membuka map, menunjuk beberapa angka pada laporan. “Kami sudah menyelesaikan 75% dari tahap fondasi. Jika tidak ada kendala, tahap pemasangan struktur baja bisa dimulai pekan depan.”Ethan mengangguk ringan. “Pasti
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

BAB 20 : Aku Traktir Sekarang

Aroma roti yang baru dipanggang memenuhi udara di Everett’s Bakery, toko kecil yang selalu ramai dengan pelanggan setia.Catelyn berdiri di belakang meja kasir, sibuk melayani pembeli bersama Brian Everett, pemilik toko sekaligus bosnya.“Terima kasih, Nyonya Brooks. Semoga rotinya cocok dengan selera Anda!” ujar Catelyn sambil tersenyum, menyerahkan sekantong croissant kepada pelanggan setia mereka.Wanita tua itu mengangguk dengan ramah. “Seperti biasa, Catelyn. Kau selalu merekomendasikan yang terbaik.”Catelyn tertawa kecil. “Saya hanya ingin memastikan pelanggan mendapatkan yang terbaik.”Di tengah kesibukannya, ponsel Catelyn tiba-tiba berdering di saku apron-nya. Ia melirik layar sekilas dan langsung mengabaikannya. Namun, dering itu terus berlanjut, membuatnya semakin jengah.Brian, yang tengah mengemas beberapa kue untuk pelanggan lain, meliriknya sekilas. “Catelyn, kalau itu penting, angkat saja. Aku bisa menangani kasir sebentar.”Catelyn menghela napas. “Sepertinya tidak p
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status