Share

BAB 15 : Hari Sial

Auteur: reefisme
last update Dernière mise à jour: 2025-02-25 23:32:09

The Gilded Lounge tampak lebih ramai dari biasanya malam ini. Cahaya lampu temaram berpadu dengan alunan musik yang mengalir ceria di antara percakapan riuh pelanggan.

Aroma alkohol bercampur dengan wangi parfum mahal memenuhi udara, menciptakan suasana yang khas dari bar yang cukup terkenal ini.

Catelyn bergerak cepat di antara meja-meja, membawa nampan berisi minuman dengan langkah luwes.

Beberapa pelanggan genit mencoba menarik perhatiannya seperti biasa, tapi ia sudah terbiasa. Selama mereka tidak kelewatan, Catelyn tetap bisa menghadapi mereka dengan senyum tipis profesional.

Di belakang meja bar, Levin, bartender yang sudah cukup lama bekerja di sana, menyodorkan beberapa minuman padanya.

“Sibuk sekali, bukan?” ujarnya mengerling pada Catelyn.

“Yeah.”

“Aku sudah menyimpan satu botol Chardonnay―Rombauer, seperti pesananmu tadi.”

Catelyn melirik sekilas pada Levin, “Thanks. Mungkin agak larut aku mengambilnya.”

“Ada seseorang yang istimewa?” Levin mengerling lagi.

“Bukan,” sela Ca
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Jie Roe
5 bab hari ini thor
goodnovel comment avatar
Fifii
lagi dong thor
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Related chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 16 : Aku Benci Orang Kaya

    Ethan. Pria itu berdiri di sampingnya, ekspresinya datar, tapi cengkraman di pergelangan tangan Nielson begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ruangan seakan membeku seketika. Ethan menatap Nielson seperti sedang menilai sesuatu yang tidak berharga. "Kalau kau masih punya sedikit otak, duduklah sebelum aku benar-benar mengajarkanmu sopan santun." Suasana di sekitar meja di lantai atas yang semula riuh mendadak hening. Mata Nielson membulat, napasnya tercekat saat ia mendongak dan melihat siapa yang menghentikannya. Tatapan pria itu dingin dan tajam, sorot matanya seperti pisau yang bisa menguliti seseorang hanya dengan pandangan. Rahangnya tegas, ekspresinya tidak menunjukkan amarah berlebihan, tapi ada sesuatu dalam caranya berdiri yang membuat Nielson merinding tanpa sadar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Nielson merasa benar-benar kecil. Aura Ethan begitu kuat, seolah hanya dengan berdiri di sana, ia bisa membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum bertindak bo

    Dernière mise à jour : 2025-02-26
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 17 : Tidak Semua Orang Buruk

    Catelyn tersenyum kecil, menunduk sopan pada pria di depannya. “Terima kasih, Tuan Everett. Saya benar-benar menghargai kesempatan ini.” “Sebutan ‘Tuan’ membuatku terdengar tua, cukup panggil aku Brian,” jawab pria itu santai, senyumnya ramah. Brian Everett, pemilik Everett’s Delight, sebuah toko cake kecil namun cukup terkenal di pusat kota. Usianya baru sekitar awal 30-an, dengan rambut cokelat gelap sedikit berantakan dan sepasang mata yang juga cokelat yang selalu tampak hangat. Itu di hari berikutnya. Catelyn masih tak percaya betapa beruntungnya dirinya hari ini. Ia tak sengaja menemukan lowongan pekerjaan ini saat sedang berjalan kaki melintasi jalan utama pusat kota. Ia melihat seorang pegawai toko cake bergegas keluar sambil berbicara di telepon, suaranya terdengar panik, “Brian, maaf! Aku baru dapat kabar, adikku kecelakaan. Aku harus pulang ke kampung halaman sekarang juga.” Brian—yang saat itu tengah mengantarkan pesanan ke seorang pelanggan—langsung berbalik dengan ek

    Dernière mise à jour : 2025-02-28
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 18 : Saling Menguntungkan

    Ruangan itu tampak berantakan.Laci-laci terbuka, beberapa dokumen berserakan di lantai.Beberapa lembar kertas yang diremas, menggelinding hingga ke sudut ruangan, bercampur dengan buku-buku yang dikeluarkan secara asal.Nielson membongkar setiap sudut kamar bekas Catelyn tempati, membuka lemari dengan kasar, menarik laci meja hingga hampir terlepas dari relnya.Namun ia tak menemukan yang ia cari.Dengan napas sedikit memburu, ia duduk di tepi ranjang dan mengacak rambutnya dengan frustrasi. Matanya menatap kosong ke lantai, mencoba mengingat dimana Catelyn bisa saja menyimpan konsep yang pernah ia dengar itu.Saat itu, teleponnya berdering.Nielson hendak menggerutu, siap memaki siapa pun yang mengganggunya di saat seperti ini. Namun saat melihat nama yang tertera di layar, ekspresinya berubah.Molly.Sekejap, kekesalan di wajahnya lenyap. Dengan cepat, ia menarik napas, mengubah nada suaranya menjadi lebih ramah sebelum mengangkat panggilan itu.“Hey, babe,” sapanya dengan nada le

    Dernière mise à jour : 2025-03-02
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 19 : Lebih Dalam Dari Yang Terlihat

    Sinar matahari sore mulai meredup di atas lokasi proyek Glendale, tetapi suara mesin bor dan alat berat masih menggema di udara.Di antara debu dan suara pekerja yang berlalu lalang, seorang pria berdiri tegap mengawasi area konstruksi.Ethan berpakaian rapi meski tetap sesuai untuk lapangan—kemeja putih dengan lengan yang sedikit digulung, rompi keselamatan berwarna navy, serta celana panjang hitam yang dipadukan dengan sepatu boots proyek.Posturnya tegap, ekspresi wajahnya serius, memperlihatkan kewibawaannya sebagai CEO yang terbiasa dengan lingkungan kerja keras.Di hadapannya, seorang pria dengan helm proyek dan map di tangan—pimpinan proyek di lokasi itu—sedang berbicara dengannya.“Bagaimana progres di sektor timur?” Ethan bertanya, tatapannya lurus.Pimpinan proyek membuka map, menunjuk beberapa angka pada laporan. “Kami sudah menyelesaikan 75% dari tahap fondasi. Jika tidak ada kendala, tahap pemasangan struktur baja bisa dimulai pekan depan.”Ethan mengangguk ringan. “Pasti

    Dernière mise à jour : 2025-03-02
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 20 : Aku Traktir Sekarang

    Aroma roti yang baru dipanggang memenuhi udara di Everett’s Bakery, toko kecil yang selalu ramai dengan pelanggan setia.Catelyn berdiri di belakang meja kasir, sibuk melayani pembeli bersama Brian Everett, pemilik toko sekaligus bosnya.“Terima kasih, Nyonya Brooks. Semoga rotinya cocok dengan selera Anda!” ujar Catelyn sambil tersenyum, menyerahkan sekantong croissant kepada pelanggan setia mereka.Wanita tua itu mengangguk dengan ramah. “Seperti biasa, Catelyn. Kau selalu merekomendasikan yang terbaik.”Catelyn tertawa kecil. “Saya hanya ingin memastikan pelanggan mendapatkan yang terbaik.”Di tengah kesibukannya, ponsel Catelyn tiba-tiba berdering di saku apron-nya. Ia melirik layar sekilas dan langsung mengabaikannya. Namun, dering itu terus berlanjut, membuatnya semakin jengah.Brian, yang tengah mengemas beberapa kue untuk pelanggan lain, meliriknya sekilas. “Catelyn, kalau itu penting, angkat saja. Aku bisa menangani kasir sebentar.”Catelyn menghela napas. “Sepertinya tidak p

    Dernière mise à jour : 2025-03-04
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 21 : Pertemuan Di Cafe

    Pertemuan telah usai.Di dalam ruang meeting yang elegan dengan panel kayu mahoni dan bendera kota Denver berdiri tegak di sudut ruangan, Ethan berdiri tegap, menjabat tangan Walikota Denver dengan sikap percaya diri yang alami."Terima kasih atas waktunya, Tuan Wayne," ujar Walikota dengan ramah.Ethan membalas jabatan tangan itu dengan anggukan kecil. "Kehormatan bagi saya bisa bekerja sama dengan pemerintah kota dalam proyek ini."Walikota tersenyum, matanya sedikit menyipit seolah menilai pria muda di hadapannya.Meski ia adalah pemegang otoritas tertinggi di kota Denver, ada sedikit ketundukan dalam caranya berbicara.Ethan bukan hanya seorang pebisnis muda yang berbakat, tapi juga berasal dari keluarga Wayne—nama yang begitu berpengaruh dalam dunia bisnis dan politik Amerika."Sayang sekali Anda tak berlama-lama di sini," ucap Walikota. "Denver butuh lebih banyak investor yang memiliki visi seperti Anda. Anda benar-benar kembali ke Madison hari ini?"Ethan tersenyum tipis. "Ya, p

    Dernière mise à jour : 2025-03-05
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 22 : Supir Taksi Waktu Itu

    Ethan dan Catelyn duduk berhadapan.Ethan tampak tenang, posturnya santai, dengan kemeja biru tua yang digulung hingga siku, memperlihatkan lengan kekar yang terbiasa bekerja keras—atau lebih tepatnya, terbiasa berada di gym kelas atas.Rahangnya tegas, dan sorot matanya, biru sedalam samudra, menatap Catelyn dengan tenang, namun penuh ketertarikan yang sulit ditebak.Di hadapannya, Catelyn tampak lebih gelisah.Ia memainkan ujung lengan kemeja flanel kotak-kotaknya, merasa sedikit canggung. Rambutnya yang kecokelatan tergerai lembut, sedikit berantakan setelah pagi bekerja dan pertemuan dengan Nielson.Mata hazelnya sesekali melirik Ethan, lalu buru-buru mengalihkan pandangan seolah takut tertangkap basah."Pesan minuman dulu?" tawar Catelyn, suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia harapkan.Ethan tersenyum, sudut bibirnya terangkat dengan cara yang hampir membuat lututnya lemas. "Terserah padamu. Aku ikut saja."Seorang pramusaji datang dengan buku catatannya. Catelyn berdeham kec

    Dernière mise à jour : 2025-03-05
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 23 : Negosiasi

    Apartemen Nielson Stokes berada di lantai atas sebuah gedung modern di pusat kota.Malam sudah larut, tapi lampu di ruang kerja kecilnya masih menyala. Di atas meja, laptopnya terbuka dengan layar menampilkan dokumen kosong. Di sampingnya, ada beberapa lembar kertas yang telah kusut karena terlalu sering diremas dan dilemparkan ke meja.Nielson menggeram, mengusap wajahnya dengan kasar. "Brengsek," desisnya.Sudah seminggu sejak ia mengambil draft ini dari Catelyn, dan ia masih belum bisa mengubahnya menjadi proposal sempurna yang diminta oleh Direktur Tim Beckett.Konsepnya terlalu singkat dan sederhana—terlalu dasar.Nielson tahu kalau ia harus mengembangkan ide-ide dalam draft ini, tapi setiap kali ia mencoba, ia justru semakin terjebak dalam kebingungan.Beberapa istilah dalam dokumen itu bahkan tidak ia pahami sepenuhnya.Catelyn selalu lebih unggul dalam hal ini. Ia yang selalu mendetail, penuh pertimbangan, dan tahu cara

    Dernière mise à jour : 2025-03-06

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 101 : Merindukannya?

    “Daniel dipindahkan ke departemen Project Evaluation & Site Strategy mulai minggu ini,” kata Howard pada seorang staf senior wanita, menghentikan langkah Catelyn yang baru saja kembali dari ruang arsip.Gadis itu membalikkan badan, kedua alisnya berkerut. Ia melangkah mendekati Howard.“Dipindahkan?” ulangnya dengan suara pelan, terdengar kaget. “Apakah karena hari itu? Karena dia keracunan dan tidak bisa datang presentasi?”Nada khawatir itu muncul begitu saja, tak bisa disembunyikan.Baru saja ia menengok Daniel di rumah sakit Sabtu lalu, tiba-tiba ia mendengar hal ini dari Howard, beberapa hari setelahnya.Ia ingat betul hari Jumat lalu, bagaimana Howard tampak cemas dan ketika Daniel tiba-tiba sakit. Dan saat itu, tanpa persiapan matang, ia—seorang anak magang—didorong maju ke ruang presentasi sebagai pengganti.Howard menggeleng cepat, lalu menyilangkan tangan di depan dada, suaranya tenang, “Bukan, bukan karena itu. Justru sebaliknya, Daniel mendapat promosi. Dia dipercaya untuk

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 100 : Panggilan Khusus

    Robert Thomson tampak pucat.Kemejanya sedikit kusut, dan dasi di lehernya terasa jauh lebih mencekik dari biasanya. Ia berkali-kali menyeka keringat yang mengalir dari pelipis dengan sapu tangan, sementara langkah kakinya terus mengikuti sosok pria di depannya yang berjalan cepat namun penuh kontrol.Cole Reid, asisten pribadi sang CEO, memimpin langkah dengan tubuh tegap, setelan hitamnya jatuh sempurna, dan wajahnya datar tanpa ekspresi.Keduanya tengah menuju lift khusus yang hanya bisa diakses dengan kartu prioritas—menuju lantai Presidential Suite di Hotel Four Seasons.Robert masih berusaha mengatur napasnya saat akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Suaranya pelan, hampir tertelan denting musik ambient dari lorong hotel."Ada sesuatu yang saya lakukan… salah?" gumamnya gugup. "Kenapa saya dipanggil secara pribadi oleh CEO?"Cole menatap ke depan, tidak berhenti sejenak pun."Anda akan tahu sendiri, Pak Thomso

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 99 : Mengisi Kekosongan

    Sabtu siang di Denver datang dengan langit yang bening dan udara hangat yang menenangkan.Dari kejauhan, gedung rumah sakit terlihat menjulang tenang, dikelilingi oleh pepohonan yang mulai menua warnanya menyambut awal musim gugur. Suasana di dalam rumah sakit terasa kontras—sunyi, steril, namun tidak kehilangan kehangatan.Catelyn berjalan melewati koridor lantai tiga dengan langkah ringan.Ia mengenakan sweater lembut warna sage, celana panjang krem, dan sepatu flat. Di tangannya, sebuket bunga krisan putih serta tas kertas berisi sup ayam bening hangat dan sebotol minuman elektrolit—menu ringan yang dipilihnya hati-hati untuk seseorang yang baru saja mengalami keracunan makanan.Pintu kamar 307 terbuka sebagian. Catelyn mengetuk pelan sebelum mendorongnya.Daniel Hunter, pria berambut gelap dengan wajah cukup tampan yang biasanya tenang dan tajam, kini tampak lebih pucat. Tapi senyumnya merekah hangat begitu melihat siapa yang datang

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 98 : Titik Kelemahan

    Cole menjawab dengan suara pelan. “Mr. Ellworth, Sir.”Mata Ethan langsung terangkat. Suara di ruangan meredup seketika, seolah energi di dalamnya berubah.Ethan bangkit dari kursinya. “Saya akan kembali dalam lima menit. Lanjutkan review laporan keuangan tanpa saya.”Para eksekutif mengangguk cepat, sebagian tampak bersyukur mendapat jeda dari tekanan kehadiran pria bermata biru itu.Cole membuka pintu ruang rapat untuk Ethan, dan keduanya melangkah keluar menuju ruang kerja pribadi yang terhubung langsung.Begitu pintu tertutup rapat, ketegangan berubah jadi keheningan.Para eksekutif saling melirik, masih terguncang oleh dua hal: panggilan “sweetheart” sebelumnya… dan sekarang, nama yang baru saja disebut. Mr. Ellworth.Itu bukan nama sembarangan. Di dunia real estate dan investasi, nama itu seperti bayangan tajam yang sulit diabaikan.Dan jika dua raksasa itu sedang berbicara…Sesuatu besar akan terjadi.* * *Cahaya putih dari lampu panel di langit-langit ruang rapat perlahan mere

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 97 : Sweetheart

    Beberapa hari berlalu dan itu begitu tenang.Catelyn yang sempat mengkhawatirkan tindakan Nielson, tampaknya bisa tenang saat ini.Lelaki itu bahkan tidak masuk kantor sejak malam itu.Ketika Catelyn merasa khawatir Nielson masuk rumah sakit, lalu terdengar berita dari staf senior lain, bahwa Nielson mengambil cuti beberapa hari untuk perjalanan keluar kota.Kembali, Catelyn tidak memiliki hal tersisa untuk dikhawatirkan.Siang itu cukup sibuk, bahkan akan ada meeting cukup penting setengah jam lagi. Catelyn tak ikut meeting tersebut, namun ia ikut menyiapkan beberapa hal untuk itu.Catelyn juga terlupa sesaat pada Ethan yang juga tengah berada di luar kota beberapa hari ini.“Catelyn?”Suara Howard tiba-tiba dari balik pintu membuat Catelyn yang sedang menyusun data survei tersentak.Ia segera menoleh dan berdiri.Supervisor-nya, Howard, berdiri di depan pintu ruang meeting internal dengan raut wajah cemas.“Daniel… mendadak tumbang. Dia muntah-muntah dan pusing hebat. Sepertinya foo

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 96 : Tidak Kepada Siapapun

    Langit dini hari masih kelabu ketika Axel memarkirkan mobil hitam polos di belakang gedung kosong tak jauh dari kantor ADG.Lampu interior menyala samar.Di kursi belakang, tubuh Nielson masih terkulai, belum sepenuhnya sadar dari pingsannya.Kepalanya miring, jas mahalnya kusut, dan dasinya sudah longgar separuh.Axel membuka ponselnya. Di layar terpampang pesan singkat yang baru saja diterima dari Ethan.[Jangan lukai dia. Tapi pastikan dia tidak bertingkah untuk urusan malam ini]Axel menekan tombol lock dan menghela napas, menatap Nielson dengan senyum dingin."Beruntung sekali kau, Pecundang. Nona Adams berhati lembut," gumamnya.Betapa Axel tahu, bos-nya―Ethan Wayne, tidak akan membiarkan begitu saja siapapun yang mengganggu keluarganya dan orang-orang penting baginya.Perintah yang baru saja ia terima bukanlah murni perintah Ethan. Itu pasti atas dasar keinginan seseorang yang penting bagi bos-nya, Catelyn Adams.Dengan cekatan, Axel mengambil beberapa barang dari laci dan mema

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 95 : Biarkan Saja

    Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diiringi oleh suara pelan dari mesin dan lampu jalan yang melintas seperti kilatan-kilatan lampu kamera.Di belakang kemudi, Ethan melirik ke arah Catelyn beberapa kali.Sorot matanya tak pernah setenang tadi, saat ia melindunginya dari Nielson.Sekarang, ada kekhawatiran tipis di sana—halus, nyaris tak terlihat, tapi cukup nyata bagi yang peka.“Kalau kau belum makan malam, bagaimana kalau kita cari tempat yang tenang?” Suara Ethan pelan, hampir seperti gumaman di antara jeda.Namun Catelyn hanya menggeleng, menatap ke luar jendela. “Tidak usah. Setelah apa yang terjadi tadi… aku kehilangan selera makan. Antarkan saja aku pulang.”Ethan tak menjawab. Ia hanya mengangguk singkat, menekan pedal gas dengan hati-hati, membiarkan keheningan kembali menyelimuti.Beberapa menit berlalu.Ethan mencuri pandang ke arah gadis di sebelahnya.Catelyn tampak tenang, tapi garis-garis halus di wajahnya menunjukkan sebaliknya.Wajah itu muram. Terluka.Diam-

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 94 : Amarah Yang Menawan

    Senja belum sepenuhnya lenyap saat Catelyn keluar dari gedung Aurora Development Group.Rambutnya masih tergerai rapi setelah seharian bekerja, dan tubuhnya menyisakan sedikit lelah.Namun kelelahan itu sirna seketika saat ia menemukan sosok yang berdiri di depan jalur jalannya—Nielson.Wajah pria itu suram.Matanya merah, mungkin karena marah atau karena tekanan yang terus menggerogotinya.Jas kerjanya kusut, dasinya longgar, dan bahunya mengemban beban yang jelas tak tertahan. Ada ketegangan di gerakannya, dan amarah yang nyaris meledak dari napasnya.Catelyn berdiri tenang.Tak sedikit pun mundur, tak goyah.Matanya menatap langsung pada pria yang hingga kemarin malam, selalu menyudutkannya.Nielson mengangkat tangan, memperlihatkan satu bundel kecil berkas, lalu satu thumb drive.Wajahnya memohon, namun juga memaksa. Tak ada dialog. Hanya gestur, tekanan, dan desakan yang tak henti.Dia menunjuk s

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 93 : Lebih Dari Rindu

    Nielson membanting remote ke sofa.Napasnya memburu, matanya merah karena tak bisa tidur dan amarah yang memuncak.Di layar televisi yang menyala tanpa suara, berita pagi menampilkan kolom trending—dan lagi-lagi, fotonya.Fotonya yang memalukan."Apa-apaan ini?! Si brengsek mana yang berani nge-hack akun-ku?!"Ia berteriak ke udara kosong apartemennya, frustrasi.Rasa malunya seakan tak ada ujung.Akun X miliknya penuh dengan postingan vulgar—tanpa ia ketahui, seseorang telah membajak dan mengunggah foto-foto tak senonoh, membuatnya jadi bahan tertawaan seantero kota.Masalahnya, akun itu kini freeze. Tidak bisa login. Tidak bisa menghapus. Bahkan ia tidak bisa klarifikasi.Postingan-postingan itu tetap bisa dilihat publik, seolah sengaja dipaku agar tak bisa lenyap.Tiba-tiba suara ketukan pintu disusul suara perempuan menggema dari balik pintu."Nielson? Sayang, aku butuh uang tambahan. Salon kemarin itu mahal sekali karena aku pakai treatment keratin. Lalu aku juga sudah DP tas baru

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status