Home / Romansa / Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali / BAB 19 : Lebih Dalam Dari Yang Terlihat

Share

BAB 19 : Lebih Dalam Dari Yang Terlihat

Author: reefisme
last update Last Updated: 2025-03-02 21:22:29

Sinar matahari sore mulai meredup di atas lokasi proyek Glendale, tetapi suara mesin bor dan alat berat masih menggema di udara.

Di antara debu dan suara pekerja yang berlalu lalang, seorang pria berdiri tegap mengawasi area konstruksi.

Ethan berpakaian rapi meski tetap sesuai untuk lapangan—kemeja putih dengan lengan yang sedikit digulung, rompi keselamatan berwarna navy, serta celana panjang hitam yang dipadukan dengan sepatu boots proyek.

Posturnya tegap, ekspresi wajahnya serius, memperlihatkan kewibawaannya sebagai CEO yang terbiasa dengan lingkungan kerja keras.

Di hadapannya, seorang pria dengan helm proyek dan map di tangan—pimpinan proyek di lokasi itu—sedang berbicara dengannya.

“Bagaimana progres di sektor timur?” Ethan bertanya, tatapannya lurus.

Pimpinan proyek membuka map, menunjuk beberapa angka pada laporan. “Kami sudah menyelesaikan 75% dari tahap fondasi. Jika tidak ada kendala, tahap pemasangan struktur baja bisa dimulai pekan depan.”

Ethan mengangguk ringan. “Pasti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 20 : Aku Traktir Sekarang

    Aroma roti yang baru dipanggang memenuhi udara di Everett’s Bakery, toko kecil yang selalu ramai dengan pelanggan setia.Catelyn berdiri di belakang meja kasir, sibuk melayani pembeli bersama Brian Everett, pemilik toko sekaligus bosnya.“Terima kasih, Nyonya Brooks. Semoga rotinya cocok dengan selera Anda!” ujar Catelyn sambil tersenyum, menyerahkan sekantong croissant kepada pelanggan setia mereka.Wanita tua itu mengangguk dengan ramah. “Seperti biasa, Catelyn. Kau selalu merekomendasikan yang terbaik.”Catelyn tertawa kecil. “Saya hanya ingin memastikan pelanggan mendapatkan yang terbaik.”Di tengah kesibukannya, ponsel Catelyn tiba-tiba berdering di saku apron-nya. Ia melirik layar sekilas dan langsung mengabaikannya. Namun, dering itu terus berlanjut, membuatnya semakin jengah.Brian, yang tengah mengemas beberapa kue untuk pelanggan lain, meliriknya sekilas. “Catelyn, kalau itu penting, angkat saja. Aku bisa menangani kasir sebentar.”Catelyn menghela napas. “Sepertinya tidak p

    Last Updated : 2025-03-04
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 21 : Pertemuan Di Cafe

    Pertemuan telah usai.Di dalam ruang meeting yang elegan dengan panel kayu mahoni dan bendera kota Denver berdiri tegak di sudut ruangan, Ethan berdiri tegap, menjabat tangan Walikota Denver dengan sikap percaya diri yang alami."Terima kasih atas waktunya, Tuan Wayne," ujar Walikota dengan ramah.Ethan membalas jabatan tangan itu dengan anggukan kecil. "Kehormatan bagi saya bisa bekerja sama dengan pemerintah kota dalam proyek ini."Walikota tersenyum, matanya sedikit menyipit seolah menilai pria muda di hadapannya.Meski ia adalah pemegang otoritas tertinggi di kota Denver, ada sedikit ketundukan dalam caranya berbicara.Ethan bukan hanya seorang pebisnis muda yang berbakat, tapi juga berasal dari keluarga Wayne—nama yang begitu berpengaruh dalam dunia bisnis dan politik Amerika."Sayang sekali Anda tak berlama-lama di sini," ucap Walikota. "Denver butuh lebih banyak investor yang memiliki visi seperti Anda. Anda benar-benar kembali ke Madison hari ini?"Ethan tersenyum tipis. "Ya, p

    Last Updated : 2025-03-05
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 22 : Supir Taksi Waktu Itu

    Ethan dan Catelyn duduk berhadapan.Ethan tampak tenang, posturnya santai, dengan kemeja biru tua yang digulung hingga siku, memperlihatkan lengan kekar yang terbiasa bekerja keras—atau lebih tepatnya, terbiasa berada di gym kelas atas.Rahangnya tegas, dan sorot matanya, biru sedalam samudra, menatap Catelyn dengan tenang, namun penuh ketertarikan yang sulit ditebak.Di hadapannya, Catelyn tampak lebih gelisah.Ia memainkan ujung lengan kemeja flanel kotak-kotaknya, merasa sedikit canggung. Rambutnya yang kecokelatan tergerai lembut, sedikit berantakan setelah pagi bekerja dan pertemuan dengan Nielson.Mata hazelnya sesekali melirik Ethan, lalu buru-buru mengalihkan pandangan seolah takut tertangkap basah."Pesan minuman dulu?" tawar Catelyn, suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia harapkan.Ethan tersenyum, sudut bibirnya terangkat dengan cara yang hampir membuat lututnya lemas. "Terserah padamu. Aku ikut saja."Seorang pramusaji datang dengan buku catatannya. Catelyn berdeham kec

    Last Updated : 2025-03-05
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 23 : Negosiasi

    Apartemen Nielson Stokes berada di lantai atas sebuah gedung modern di pusat kota.Malam sudah larut, tapi lampu di ruang kerja kecilnya masih menyala. Di atas meja, laptopnya terbuka dengan layar menampilkan dokumen kosong. Di sampingnya, ada beberapa lembar kertas yang telah kusut karena terlalu sering diremas dan dilemparkan ke meja.Nielson menggeram, mengusap wajahnya dengan kasar. "Brengsek," desisnya.Sudah seminggu sejak ia mengambil draft ini dari Catelyn, dan ia masih belum bisa mengubahnya menjadi proposal sempurna yang diminta oleh Direktur Tim Beckett.Konsepnya terlalu singkat dan sederhana—terlalu dasar.Nielson tahu kalau ia harus mengembangkan ide-ide dalam draft ini, tapi setiap kali ia mencoba, ia justru semakin terjebak dalam kebingungan.Beberapa istilah dalam dokumen itu bahkan tidak ia pahami sepenuhnya.Catelyn selalu lebih unggul dalam hal ini. Ia yang selalu mendetail, penuh pertimbangan, dan tahu cara

    Last Updated : 2025-03-06
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 24 : Dua Bunga Di Tangan

    Nielson terkekeh. "Sibuk? Catelyn, kau butuh uang. Aku tahu itu." Ia bersandar di kursinya, menatapnya dengan tajam. "Dua ribu dolar bukan jumlah yang kecil. Kau bisa membayar sewa apartemenmu di area sini selama dua bulan, hanya dengan membuat proposal selama dua atau tiga hari. Apakah pekerjaanmu saat ini menghasilkan sebanyak itu dalam beberapa hari?"Catelyn terdiam.Ia tidak bisa membantahnya. Gaji dari pekerjaannya di toko kue nyaris tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanannya.Dua ribu dolar bisa membantunya bernapas lebih lega…"Kau tidak kehilangan apa pun," lanjut Nielson, menekan dengan suara lembut namun menusuk. "Lagipula, kau hanya butuh tiga hari saja. Kenapa masih harus lebih berat pada pekerjaan yang tidak bisa menghasilkan uang banyak?"Catelyn mengepalkan tangannya semakin erat."Dengar," Nielson bersandar ke depan lagi, menurunkan suaranya. "Aku tahu kau keras kepala. Tapi kali ini, anggap saja sebagai transaksi bisnis sederhana. Aku butuh proposal ini, dan kau

    Last Updated : 2025-03-06
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 25 : Aku Sudah Punya Pacar

    Langit Denver mendung saat Nielson melangkah memasuki gedung perkantoran Aurora Development Group.Lobi yang cukup luas dan megah mencerminkan betapa bergengsinya perusahaan ini.Namun, bukan interior mewah yang memenuhi pikirannya saat ini—melainkan pertemuannya dengan Tim Beckett, pria yang akan menentukan masa depannya dalam proyek Verdant Grove.Nielson berjalan melewati lorong dengan penuh percaya diri, meskipun jauh di lubuk hatinya, ada ketegangan yang tak bisa ia abaikan.Proposal yang ia ajukan kemarin diterima dengan sangat baik, bahkan lebih baik dari ekspektasinya. Namun, justru itu yang menjadi masalahnya.Ketika ia memasuki ruang konferensi, Tim Beckett sudah menunggu di ujung meja panjang.Pria itu berusia sekitar akhir lima puluhan, dengan rambut yang mulai memutih di pelipis, namun sorot matanya tajam dan penuh perhitungan."Nielson," sapa Tim dengan suara dalam dan berwibawa. "Duduklah."Nielson mengambil tempat duduk di hadapan pria itu. Ia merasa jauh lebih gugup da

    Last Updated : 2025-03-06
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 26 : Benar Benar Teman Yang Baik

    Kamar itu luas dan mewah, mencerminkan status pemiliknya.Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang elegan memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan.Tempat tidur king-size dengan headboard berbahan kulit mahal berada di tengah ruangan, lengkap dengan seprai linen premium berwarna abu-abu tua. Di sisi tempat tidur, terdapat meja kecil dengan lampu baca modern.Di satu sudut ruangan, ada area kerja dengan meja kayu mahoni yang kokoh, dipadukan dengan kursi kulit hitam yang tampak nyaman.Dinding di belakang meja dihiasi rak buku built-in berisi koleksi buku dan beberapa pajangan eksklusif.Jendela besar yang hampir menutupi satu sisi dinding memberikan pemandangan kota Madison di malam hari, dengan tirai yang sedikit terbuka.Ethan menutup berkas yang sedari tadi ia pelajari, merapikannya dengan satu gerakan sebelum meletakkannya di atas meja. Ia berdiri dari kursinya, meregangkan tubuh sebentar, lalu berbalik hendak menuju ka

    Last Updated : 2025-03-07
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 27 : Aku Normal

    Beberapa hari terakhir, Catelyn merasa hidupnya tidak tenang.Nielson terus menghubunginya tanpa henti.Jika ia mengabaikan panggilan dan pesan pria itu, Nielson akan menghubunginya lagi dan lagi—seakan tidak mengenal kata menyerah. Bahkan setelah Catelyn memblokir nomornya kemarin, pria itu kembali mengganggunya menggunakan nomor lain.Hari ini, saat ia sedang bekerja di Everett’s Delight, toko kue milik Brian Everett, gangguan itu masih berlanjut.Ponselnya kembali bergetar di meja kasir. Nama tidak dikenal muncul di layar, tapi Catelyn sudah hafal. Ini pasti Nielson lagi. Dengan gerakan cepat dan penuh kesal, ia menekan tombol decline.“Ugh…” Catelyn mengusap wajahnya dengan frustasi.Brian, pria muda pemilik toko, yang sedang duduk santai di meja dekat dapur, memperhatikannya.“Ada apa, Cat?” tanyanya sambil menyesap kopi.Catelyn mendesah panjang. “Orang menyebalkan.”Brian mengangkat alis. “Pacar lama yang susah move on?” godanya.Catelyn menatapnya sekilas dengan ekspresi tak pe

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 39 : Pergilah

    Ethan berdeham kecil, tapi ia tetap mengangkat gelasnya. “Baiklah. Untuk kebebasan.”Gelas mereka beradu pelan sebelum masing-masing menyesap minuman mereka.Setelah beberapa saat hening, Ethan bertanya dengan nada lebih tenang, “Kenapa kau tidak melanjutkan kuliah?”Senyum Catelyn sedikit memudar. Ia menatap es batunya yang mulai mencair di dalam gelas. Butuh beberapa detik sebelum ia menjawab, “Sesuatu terjadi.”Ethan tidak mendesak. Ia hanya mengangguk kecil sebelum bertanya lagi, “Tapi kau punya cita-cita, bukan?”Catelyn tersenyum tipis, kali ini dengan binar samar di matanya. “Aku ingin menjadi site development planner.”Ethan mengangkat alis. “Kenapa?”“Aku selalu suka melihat bagaimana sebuah kota berkembang,” kata Catelyn pelan, tetapi ada nada antusias di suaranya. “Aku ingin berkontribusi dalam proyek-proyek besar, memastikan setiap pembangunan memiliki dampak positif, bukan hanya sekadar menambah jumlah gedung tinggi. Aku ingin membangun lingkungan yang benar-benar nyaman u

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 38 : Senasib

    Nielson terkejut.Ia berdiri diam di tempat, seolah tak memahami kalimat yang baru saja diucapkan Tim."Apa...apa maksud Anda?"Tim berkata dengan nada santai sambil memeriksa beberapa berkas di mejanya."Tak ada gunanya lagi. Proyek Verdant Grove ditiadakan."Nielson menganga."Apa?"Nielson menatap Tim Beckett dengan mata melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Ditiadakan?" Suaranya terdengar parau.Tim mengangguk, ia menarik napas dalam sekilas. "Ya. Ada keputusan dari pemegang saham utama. Mereka tidak menyetujui proyek itu. Jadi, Verdant Grove tidak akan dilakukan.”Nielson berdiri terpaku di tempat, pikirannya kosong. Tidak… Ini tidak mungkin!Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan kepanikan yang mulai menjalar. Semua mimpi itu... Semua rencananya… Uang yang ia keluarkan untuk membayar Catelyn…Sia-sia begitu saja?“Tapi… Tapi—” Nielson mencoba bicara, suaranya bergetar.Tim menyandarkan punggungnya ke kursi, menatapnya dengan ekspresi tenang

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 37 : Tidak Perlu Melakukannya

    Catelyn berdiri terpaku di belakang meja kasir, matanya membesar saat mengenali sosok pria di hadapannya.Nielson.Napasnya tertahan sejenak sebelum ia bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"Namun, tidak seperti biasanya, wajah Nielson tampak gelap, penuh kemarahan yang jelas tak berusaha ia sembunyikan.Tanpa basa-basi, pria itu langsung menuntut, "Mana summary pengembangan konsepnya?"Catelyn mengernyit bingung. "Summary apa?"Ekspresi Nielson mengeras, suaranya naik satu oktaf. "Jangan bermain bodoh denganku, Catelyn! Apa kau sengaja menantangku? Apa kau benar-benar sudah tak peduli dengan nama baikmu lagi?!"Catelyn hanya menatapnya tajam, tetapi sebelum ia sempat menjawab, Nielson melanjutkan dengan nada yang lebih tajam, "Beraninya kau mengabaikan semua pesanku! Teleponku! Apa kau pikir bisa lari dari tanggung jawab begitu saja?"Melihat ada pelanggan yang akan masuk toko melirik ke arah mereka―lalu membatalkan masuk, Catelyn menghela napas dan menatapnya dengan tegas."Turun

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 36 : Dia Lagi

    Cole tidak terkejut dengan keputusan tersebut—ia sudah menduganya.Bahwa Ethan Wayne akan mengakuisisi Aurora Development Group, saat tiba-tiba semalam meminta dirinya menggali informasi tentang perusahaan tersebut.Perusahaan itu memang terlihat baik, namun saat sang bos menjatuhkan mata pada ADG, Cole sudah mengira bahwa ada masalah dengan perusahaan tersebut.Bos-nya memang memiliki intuisi yang tajam! Cole begitu bangga dalam hati bisa bekerja dengan seorang pria muda berbakat seperti Ethan Wayne. Dengan demikian, sang bos akan memegang kendali atas proyek-proyek besar Aurora, termasuk keputusan strategis dan keuangan dan membuat G&P Ltd semakin besar.Meskipun, awalnya Cole tidak mengerti hal mendasar yang menjadikan Ethan memilih mengambil-alih Aurora, sementara ia yakin, jika pihak lain tahu permasalahan internal Aurora ini, tidak ada yang akan berani mengambil risiko.Tapi ia selalu yakin atas kemampuan seorang Ethan Wayne.Seperti saat ini, ketenangan dan kepercayaan diri Et

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 35 : Tentang ADG

    Catelyn terbangun dengan napas sedikit terkesiap, matanya membuka masih sedikit linglung saat menyapu pandangan ke sekeliling ruangan.Ini... kamarnya?Ia mengerjapkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Bagaimana aku bisa di sini?" gumamnya pelan.Ia menarik napas dalam. Sedikit demi sedikit, ingatannya kembali.Ia ingat menumpang bersama Ethan semalam… diantar olehnya.Tapi bagaimana Ethan tahu kalau ia tinggal di unit 212? Dan lebih penting lagi—bagaimana Ethan bisa masuk ke dalam apartemen-nya?Pikiran itu memenuhi benak gadis itu, tapi seketika buyar ketika iris hazelnya menangkap jam di atas nakas.Pukul 08.00!"Oh, shit!" Catelyn tersentak panik.Jika tidak segera bergegas, ia akan terlambat ke toko.Dengan cepat, ia melompat dari tempat tidur, membersihkan diri sekadarnya, dan mengenakan pakaian sederhana sebelum menyambar tas miliknya, lalu berlari keluar dari kamar apartemen.Sa

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 34 : Tak Sadar Memaki Siapa

    Pria itu menatap Ethan dengan curiga. “Oh? Apakah dia mabuk?” tanyanya dengan nada waspada.Ethan, yang masih menggendong Catelyn, tersenyum kecil. “Tidak. Dia hanya tertidur kelelahan.”Pria tua itu memandangi Ethan lebih lama, seolah menilai apakah pria tampan bermata biru ini berniat baik atau sebaliknya.“Kamu siapanya?” tanyanya akhirnya.Ethan pun menjawab tenang, “Saya temannya. Kebetulan tadi kehujanan, jadi saya mengantarnya pulang.”Pria tua itu menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengangguk, mungkin terkesan dengan ketulusan dalam mata biru Ethan."Dia tinggal di lantai dua, unit 212."Ethan mengangguk sopan. "Terima kasih."Namun, saat ia bersiap naik tangga, pria tua itu bertanya lagi.“Kau punya kuncinya?”Ethan mengerutkan kening. Tentu saja tidak. Ia menggeleng.Pria tua itu, yang ternyata adalah pengurus apartemen terse

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 33 : Mengantarnya

    Catelyn menatap dengan heran dan sedikit waspada ke arah Rolls-Royce Phantom hitam yang berhenti tepat di depannya itu.Hujan masih turun deras, menciptakan suara ritmis di atas atap halte.Sebelum sempat berpikir lebih jauh, jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok di baliknya.“Catelyn, masuk.” Suara yang mulai familiar itu terdengar jelas di tengah suara hujan yang mengguyur jalanan.Catelyn membelalakkan mata. Ethan?Pria itu duduk di balik kemudi, wajahnya tenang namun ada sedikit urgensi dalam suaranya. "Cepat masuk, sebelum kau semakin basah kuyup," katanya lagi.Catelyn sempat bingung beberapa detik, tatapannya berpindah dari Ethan ke mobil mewah itu, lalu kembali ke Ethan.Apa benar itu Ethan? Tapi mengapa Ethan membawa mobil seperti ini?Namun, udara malam semakin dingin, dan baju serta rambutnya sudah cukup basah.Akhirnya, ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, tubuhnya sedikit mengg

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 32 : Tumpangan

    Nielson mondar-mandir di kamarnya, langkahnya cepat dan penuh ketegangan.Dadanya naik turun, rahangnya mengatup rapat. Sesekali, ia meraih ponselnya dari meja, menatap layar dengan frustrasi.Tidak ada balasan.Tidak ada tanda-tanda pesan dibaca.Panggilan yang ia lakukan sekian kali pun tak kunjung dijawab.“Brengsek!” gumamnya sambil mengetik pesan lagi dengan gerakan kasar.[Catelyn, angkat teleponku. Ini penting!]Ia menunggu beberapa detik. Tak ada respons. Jempolnya kembali bergerak.[Jangan pura-pura sibuk. Aku tahu kau pasti melihat pesanku!]Masih tak ada reaksi.Nielson menggeretakkan giginya, lalu dengan kasar melemparkan ponselnya ke kasur. “Sialan!” bentaknya.Ia mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha mengendalikan emosinya.Pikirannya terus berputar—presentasi di ADG tinggal lusa, dan ia sama sekali tidak tahu isi pengembangan dari proposal itu!S

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 31 : Malam Yang Dingin

    Nielson duduk di meja makan apartemennya, menikmati hidangan yang tersaji.Ibunya, Mrs. Stokes, dengan penuh kasih menuangkan sup hangat ke dalam mangkuknya.“Kau harus makan lebih banyak, Nielson. Lihat ini, aku buatkan makanan favoritmu,” ucapnya penuh semangat.Nielson menyendok supnya dengan santai, sementara ibunya mulai membahas hal yang lebih penting baginya.“Kapan kau akan melamar Molly Beckett? Dia itu gadis yang tepat untukmu, kau tahu?” Mrs. Stokes meletakkan sendoknya dan menatap putranya dengan harapan besar.Nielson mengangkat bahu. “Tenang saja, Bu. Semua ada waktunya.”“Tapi jangan terlalu lama! Kalau kau menikahinya, kita bisa segera masuk kalangan atas. Aku bahkan mulai memiliki beberapa teman dari kelas sosial yang lebih tinggi di apartemen ini. Mereka sangat menyenangkan, dan kita harus menjaga citra.”Nielson menyeringai dan menyandarkan punggungnya ke kursi. “Sebentar lagi, Bu. Tak lama lagi aku akan menjadi pimpinan proyek. Setelah itu, jabatan manajer sudah pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status