All Chapters of Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali: Chapter 21 - Chapter 30

101 Chapters

BAB 21 : Pertemuan Di Cafe

Pertemuan telah usai.Di dalam ruang meeting yang elegan dengan panel kayu mahoni dan bendera kota Denver berdiri tegak di sudut ruangan, Ethan berdiri tegap, menjabat tangan Walikota Denver dengan sikap percaya diri yang alami."Terima kasih atas waktunya, Tuan Wayne," ujar Walikota dengan ramah.Ethan membalas jabatan tangan itu dengan anggukan kecil. "Kehormatan bagi saya bisa bekerja sama dengan pemerintah kota dalam proyek ini."Walikota tersenyum, matanya sedikit menyipit seolah menilai pria muda di hadapannya.Meski ia adalah pemegang otoritas tertinggi di kota Denver, ada sedikit ketundukan dalam caranya berbicara.Ethan bukan hanya seorang pebisnis muda yang berbakat, tapi juga berasal dari keluarga Wayne—nama yang begitu berpengaruh dalam dunia bisnis dan politik Amerika."Sayang sekali Anda tak berlama-lama di sini," ucap Walikota. "Denver butuh lebih banyak investor yang memiliki visi seperti Anda. Anda benar-benar kembali ke Madison hari ini?"Ethan tersenyum tipis. "Ya, p
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 22 : Supir Taksi Waktu Itu

Ethan dan Catelyn duduk berhadapan.Ethan tampak tenang, posturnya santai, dengan kemeja biru tua yang digulung hingga siku, memperlihatkan lengan kekar yang terbiasa bekerja keras—atau lebih tepatnya, terbiasa berada di gym kelas atas.Rahangnya tegas, dan sorot matanya, biru sedalam samudra, menatap Catelyn dengan tenang, namun penuh ketertarikan yang sulit ditebak.Di hadapannya, Catelyn tampak lebih gelisah.Ia memainkan ujung lengan kemeja flanel kotak-kotaknya, merasa sedikit canggung. Rambutnya yang kecokelatan tergerai lembut, sedikit berantakan setelah pagi bekerja dan pertemuan dengan Nielson.Mata hazelnya sesekali melirik Ethan, lalu buru-buru mengalihkan pandangan seolah takut tertangkap basah."Pesan minuman dulu?" tawar Catelyn, suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia harapkan.Ethan tersenyum, sudut bibirnya terangkat dengan cara yang hampir membuat lututnya lemas. "Terserah padamu. Aku ikut saja."Seorang pramusaji datang dengan buku catatannya. Catelyn berdeham kec
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 23 : Negosiasi

Apartemen Nielson Stokes berada di lantai atas sebuah gedung modern di pusat kota.Malam sudah larut, tapi lampu di ruang kerja kecilnya masih menyala. Di atas meja, laptopnya terbuka dengan layar menampilkan dokumen kosong. Di sampingnya, ada beberapa lembar kertas yang telah kusut karena terlalu sering diremas dan dilemparkan ke meja.Nielson menggeram, mengusap wajahnya dengan kasar. "Brengsek," desisnya.Sudah seminggu sejak ia mengambil draft ini dari Catelyn, dan ia masih belum bisa mengubahnya menjadi proposal sempurna yang diminta oleh Direktur Tim Beckett.Konsepnya terlalu singkat dan sederhana—terlalu dasar.Nielson tahu kalau ia harus mengembangkan ide-ide dalam draft ini, tapi setiap kali ia mencoba, ia justru semakin terjebak dalam kebingungan.Beberapa istilah dalam dokumen itu bahkan tidak ia pahami sepenuhnya.Catelyn selalu lebih unggul dalam hal ini. Ia yang selalu mendetail, penuh pertimbangan, dan tahu cara
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 24 : Dua Bunga Di Tangan

Nielson terkekeh. "Sibuk? Catelyn, kau butuh uang. Aku tahu itu." Ia bersandar di kursinya, menatapnya dengan tajam. "Dua ribu dolar bukan jumlah yang kecil. Kau bisa membayar sewa apartemenmu di area sini selama dua bulan, hanya dengan membuat proposal selama dua atau tiga hari. Apakah pekerjaanmu saat ini menghasilkan sebanyak itu dalam beberapa hari?"Catelyn terdiam.Ia tidak bisa membantahnya. Gaji dari pekerjaannya di toko kue nyaris tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanannya.Dua ribu dolar bisa membantunya bernapas lebih lega…"Kau tidak kehilangan apa pun," lanjut Nielson, menekan dengan suara lembut namun menusuk. "Lagipula, kau hanya butuh tiga hari saja. Kenapa masih harus lebih berat pada pekerjaan yang tidak bisa menghasilkan uang banyak?"Catelyn mengepalkan tangannya semakin erat."Dengar," Nielson bersandar ke depan lagi, menurunkan suaranya. "Aku tahu kau keras kepala. Tapi kali ini, anggap saja sebagai transaksi bisnis sederhana. Aku butuh proposal ini, dan kau
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 25 : Aku Sudah Punya Pacar

Langit Denver mendung saat Nielson melangkah memasuki gedung perkantoran Aurora Development Group.Lobi yang cukup luas dan megah mencerminkan betapa bergengsinya perusahaan ini.Namun, bukan interior mewah yang memenuhi pikirannya saat ini—melainkan pertemuannya dengan Tim Beckett, pria yang akan menentukan masa depannya dalam proyek Verdant Grove.Nielson berjalan melewati lorong dengan penuh percaya diri, meskipun jauh di lubuk hatinya, ada ketegangan yang tak bisa ia abaikan.Proposal yang ia ajukan kemarin diterima dengan sangat baik, bahkan lebih baik dari ekspektasinya. Namun, justru itu yang menjadi masalahnya.Ketika ia memasuki ruang konferensi, Tim Beckett sudah menunggu di ujung meja panjang.Pria itu berusia sekitar akhir lima puluhan, dengan rambut yang mulai memutih di pelipis, namun sorot matanya tajam dan penuh perhitungan."Nielson," sapa Tim dengan suara dalam dan berwibawa. "Duduklah."Nielson mengambil tempat duduk di hadapan pria itu. Ia merasa jauh lebih gugup da
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 26 : Benar Benar Teman Yang Baik

Kamar itu luas dan mewah, mencerminkan status pemiliknya.Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang elegan memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan.Tempat tidur king-size dengan headboard berbahan kulit mahal berada di tengah ruangan, lengkap dengan seprai linen premium berwarna abu-abu tua. Di sisi tempat tidur, terdapat meja kecil dengan lampu baca modern.Di satu sudut ruangan, ada area kerja dengan meja kayu mahoni yang kokoh, dipadukan dengan kursi kulit hitam yang tampak nyaman.Dinding di belakang meja dihiasi rak buku built-in berisi koleksi buku dan beberapa pajangan eksklusif.Jendela besar yang hampir menutupi satu sisi dinding memberikan pemandangan kota Madison di malam hari, dengan tirai yang sedikit terbuka.Ethan menutup berkas yang sedari tadi ia pelajari, merapikannya dengan satu gerakan sebelum meletakkannya di atas meja. Ia berdiri dari kursinya, meregangkan tubuh sebentar, lalu berbalik hendak menuju ka
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 27 : Aku Normal

Beberapa hari terakhir, Catelyn merasa hidupnya tidak tenang.Nielson terus menghubunginya tanpa henti.Jika ia mengabaikan panggilan dan pesan pria itu, Nielson akan menghubunginya lagi dan lagi—seakan tidak mengenal kata menyerah. Bahkan setelah Catelyn memblokir nomornya kemarin, pria itu kembali mengganggunya menggunakan nomor lain.Hari ini, saat ia sedang bekerja di Everett’s Delight, toko kue milik Brian Everett, gangguan itu masih berlanjut.Ponselnya kembali bergetar di meja kasir. Nama tidak dikenal muncul di layar, tapi Catelyn sudah hafal. Ini pasti Nielson lagi. Dengan gerakan cepat dan penuh kesal, ia menekan tombol decline.“Ugh…” Catelyn mengusap wajahnya dengan frustasi.Brian, pria muda pemilik toko, yang sedang duduk santai di meja dekat dapur, memperhatikannya.“Ada apa, Cat?” tanyanya sambil menyesap kopi.Catelyn mendesah panjang. “Orang menyebalkan.”Brian mengangkat alis. “Pacar lama yang susah move on?” godanya.Catelyn menatapnya sekilas dengan ekspresi tak pe
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 28 : Akan Kembali Ke Denver

Catelyn terkesiap saat berbalik.“Kau…”Sosok pria tinggi dengan tatapan santai namun penuh pandangan merendahkan itu berdiri di hadapannya.Nielson.Langkah Catelyn tertahan, jantungnya berdegup kencang, bukan karena terkejut, tapi karena rasa kesal yang mendidih di dadanya."Bagaimana kau tahu aku bekerja di sini?" tanyanya dengan nada tajam, matanya menyipit penuh ketidaksukaan.Nielson menyeringai kecil, memasukkan tangannya ke saku celana seolah pertanyaan itu hanyalah suatu kekonyolan baginya. "Tempat tinggalmu saja aku tahu, Catelyn. Apalagi hanya mencari tahu di mana kau bekerja. Itu bukan hal yang sulit."Catelyn mengepalkan tangannya erat.Ia tidak ingin berdebat dengan pria ini lebih lama. Langkahnya segera beranjak, mencoba melewati Nielson, namun pria itu dengan mudah menghalangi jalannya."Menyingkir, Nielson," ucap Catelyn tajam, ekspresinya penuh kebencian.Rahangnya mengeras, matanya menatap pria itu dengan jijik. Ia benar-benar tidak suka dengan kelakuan Nielson yang
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

BAB 29 : Mencari Masalah

Catelyn terbangun dengan kepala berat dan wajah yang sama sekali jauh dari segar.Ia mengerang pelan, lalu menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Semalaman ia nyaris tak bisa tidur.Semua gara-gara Nielson.Lelaki brengsek itu kembali menipunya. Ia bilang sudah menghapus semua foto-foto vulgarnya, tapi ternyata tidak.Catelyn menghela napas panjang, lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Kenapa ia selalu saja dipermainkan oleh pria itu?Pada akhirnya, ia terpaksa menyetujui permintaan Nielson untuk membuatkan proposal lain—pengembangan dari proposal sebelumnya yang ia buat.Sungguh memuakkan.Dan kali ini, Nielson bahkan tidak memberinya apa pun. Tak ada bayaran, tak ada imbalan. Hanya ancaman keparat itu."Aku harus keluar dari semua ini," gumamnya pada diri sendiri. Tapi bagaimana caranya?Tidak ada waktu untuk memikirkannya sekarang. Ia harus bersiap untuk bekerja.Di Everett’s Bakery.Catelyn berdiri di belakang kasir, tetapi pikirannya melayang entah ke mana. Tatapannya k
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

BAB 30 : Minum Kopi Bersamanya

Ruangan itu sempit—hanya cukup untuk satu rak dan satu orang berdiri di dalamnya. Tapi kini, dua orang berada di sana, berdempetan tanpa jarak.Tubuh mereka menempel erat.Catelyn merasakan napas Ethan yang hangat di atas kepalanya. Tubuhnya sendiri sedikit terdorong ke dada pria itu, sementara Ethan bersandar ke rak di belakangnya.Dengan ragu, kepala Catelyn mendongak dan matanya bertemu dengan iris biru Ethan.Tatapan Ethan begitu dalam, menawan, dengan kilatan yang sulit diartikan. Tenang, tapi menghanyutkan.Sejenak, Catelyn terbuai.Wajah Ethan begitu dekat… Rahangnya yang tegas, hidungnya yang lurus, bibirnya yang tampak begitu—Astaga, apa yang sedang kupikirkan?!Catelyn segera menoleh ke samping, berusaha mengabaikan detak jantungnya yang kini berdebar tak karuan.“Apa ini tempat favoritmu untuk bersembunyi?” Suara rendah Ethan terdengar pelan dan sensual di telinga Catelyn.
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status