Home / Romansa / Cintai Aku, Tuan Presdir / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Cintai Aku, Tuan Presdir: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Bab 41

Aurora menatap langit-langit kamarnya. William masih berada di sampingnya dan lelaki itu tetap fokus menatap ponselnya tanpa berbicara.Aurora merasa kata-kata Wiliam terlalu berlebihan. Dada Aurora terasa sakit bahkan air matanya terus mengalir di pipi. William berpura-pura tidak melihatnya.“Aku harus pulang dulu, nanti aku akan kembali ke sini. Tadi, aku sudah bertanya kepada dokter. Katanya, semua baik-baik saja!”Setelah mengatakan hal itu, William bergegas keluar dari dalam ruangan tanpa menatapnya sedikit pun. Aurora bisa mendengarkan suara pintu yang terbuka. Bola mata Aurora terasa memanas. Hatinya tercabik apalagi saat William mengatakan bahwa dirinya pelacur.Setegah itu kah dia mengatakan kepada perempuan yang akan melahirkan penerusnya? Apakah selama ini, William menganggapnya perempuan murahan? Memikirkan semua itu, membuat Aurora lagi-lagi sesak napas.Klek~Pintu terbuka, Aurora bergegas menyeka air matanya. Dia tidak ingin orang melihatnya menangis.“Kau sudah sehat?”
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 42

Aurora menatap William dan Maya yang saling berpegangan tangan. Aurora merasa sangat sakit. Bukannya membantunya untuk berjalan, William malah pergi begitu saja.“Aku akan rajin mengantarmu ke kanpus,” sahut William. Dia menghentikan langkahnya dan bergegas menoleh ke arah Aurora.“Kau tidak usah melakukan itu, aku selalu merepotkanmu.”“Aku melakukan ini bukan karena peduli, ayahku yang memerintahkannya,” seru William. Aurora menghela napas panjang. Dia berjalan dengan sangat pelan masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Maya menatapnya dengan sorot mata tidak bersahabat.Margaret yang melihat Aurora hanya bisa merasa iba.“Sayang!” Maya melilitkan tangannya ke leher Wiliam. Mengecup kening lelaki itu lalu memeluknya.“Kamu tidak cinta sama dia kan?”“Hanya peduli saja karena dia melahirkan anak untuk kita?” sahut Maya. William tidak membalas pelukan istrinya. William secepat kilat melepaskan tangan Maya lalu berjalan menuju ruang kerjanya tanpa berkata apapun.William menghela napas panj
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 43

“Kau tidak mengejar istrimu?” tanya Tuan Damian. Dia menatap William yang masih duduk tenang di meja makan. Maya bergegas keluar dari dalam kamar dan segera pergi dari rumah. Aurora hanya terdiam sambil menunduk ke bawah.“Biarkan saja, Ayah!” Tuan Damian mengerutkan kening. “Ada apa, William?”“Apa yang terjadi dengan kamu dan Maya? Biasanya, ayah selalu melihat kalian berdua bermesraan?” Tuan Damian menatap William lekat-lekat. Lelaki itu membuang napas kasar ke udara.“Biarkan saja, Ayah!” sahut William lagi. Suaraya semakin tinggi dan membuat Tuan Damian merasakan ada yang aneh.Aurora terus melanjutkan sarapannya sambil sesekali mencuri pandangan ke arah William. Sejak tadi malam saat Aurora mendengarkan suara tangisan, dia merasa ada yang tidak beres. Apa yang ditutupi William? Pikirnya.“Ayah, aku sudah selesai!”Aurora meletakkan garpunya dan tersenyum menatap Tuan Damian. William menatap Aurora, tidak ada senyuman di wajah lelaki itu. William bergegas beranjak dari tempat dud
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 44

“Dominic, bagaimana?”Maya mengigit bibir bawahnya ketakutan. Dia terus menghubungi Dominic. Maya tidak berani keluar dari dalam kamar. Paparasi itu akan mengambil gambarnya dan dirinya pasti akan di bunuh oleh Tuan Damian.“Sayang, tenang saja!”“Mereka tidak akan tahu kau di sini, aku akan menyuruh pengawal untuk membawahmu diam-diam. Jangan cemas!”Maya menghela napas panjang. Tengorokannya terasa kering karena panik. Sungguh, Maya benar-benar bingung harus berbuat apa.“Siapa yang melaporkan kita sayang?” tanya Maya. Suaranya bergetar menahan rasa paniknya. Dominic menghela napas panjang. Deru napasnya memburu dan jelas terdengar melalui sambungan telepon.“Aku belum tahu.”“Aku sedang mencari hal ini, kau tenang saja Esme. Aku akan usahakan kau tetap aman.”Mendengarkan hal itu, Maya merasa sedikit lega. Dia lalu mematikan sambungan telepon. Maya menunggu panggilan dari William, namun suaminya itu belum menghubunginya.“Apa William berada di bawah?”Maya benar-benar tidak bisa be
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 45

Aurora menatap Maya yang ditarik secara paksa masuk ke dalam kamar. Aurora tidak tahu, apa yang terjadi selanjutnya. Namun, perempuan itu tampak sedih. Wajahnya terlihat pucat dan William sudah menunggunya sejak lama. Samar-samar Aurora melihatnya dari balik celah pintu.Aurora menatap Margaret yang ikut penasaran. Perempuan paruh baya itu berdiri di depan tangga. Menunggu Maya keluar dari dalam kamar. Hal yang paling Aurora takuti yaitu, William berbuat kasar kepada istrinya.Aurora memilih menutup pintu dan kembali duduk di depan meja riasnya. Aurora masih penasaran. Apa yang menyebabkan William menangis malam itu? Apakah perselingkuhan Maya terbukti? Pikirnya.“Halo Joanna?’ sahut Aurora saat suara ponselnya mengagetkannya.“Bagaimana? Kau melihat gossip pagi ini? Maya ada di situ kan?” Joanna sepertinya sangat penasaran dan mengikuti gossip hingga malam hari. Aurora menghela napas panjang.“Ya, aku melihat William menariknya masuk ke dalam kamar, aku tidak tahu lagi apa yang terja
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 46

Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan degan pelan. Dia segera bergegas turun dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Aurora berjalan menuju meja riasnya. Dia menyentuh bibirnya lagi. Ciuman William begitu membekas di ingatannya.Tok … Tok …“Nona!” sahut suara itu. Aurora bergegas membuka pintu kamar dan menatap Margaret sedang berdiri di depan.“Ada apa?”“Tuan Damian berada di rumah.” Margaret menunduk, wajahnya terlihat ketakutan.“Tuan Damian datang pagi ini? Buat apa?” tanya Aurora tidak mengerti. Margaret menggelengkan kepala tidak tahu.“Kata Tuan Damian, Nona Aurora harus menghampirinya,” sambung Margaret. Kening Aurora berkerut. Dia tidak mengerti.“Aku?” Margaret menganggukan kepala. “Ya, Nona Aurora!” jawabnya kemudian. Aurora menghela napas panjang.“Baiklah,” serunya.Aurora bergegas berjalan keluar dari dalam kamar. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Suara Tuan Damian terdengar jelas. Rintihan tangisan begitu menyayat hati Aurora. Apa y
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 47

“Ada apa?” sahut Joanna segera.“I-ibuku kritis!”Tanpa berpikir lama, Aurora bergegas beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan keluar dari dalam cafe. Air matanya mengalir di pipi. Aurora ketakutan setengah mati. Tidak, dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada ibunya.“Aurora, tunggu!” Joanna mengikutinya dari belakang. Secepat kilat Aurora menyeka air matanya yang terus berjatuhan.“Aku ikut!”Joanna segera menghentikan taksi yang lewat di depan mereka. Selama di perjalanan, Aurora terus menangis. Dia panik, Aurora bingung harus berbuat apa saat ini.“Sudah, jangan menangis!”“Aku yakin, nyonya Rebeca baik-baik saja,” sahut Joanna. Dia terus menyentuh pungung Aurora untuk menenangkannya. Aurora menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terus menangis. Tidak, dia tidak ingin kehilangan lagi.“Semua akan baik-baik saja,” sahut Joanna kemudian. Aurora terdiam membisu, hanya isak tangisan yang menjadi jawabannya.“A-aku harus bagaimana?” Joanna berusaha menenangkannya. Ponsel Aurora ter
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 48

“Ayo kita pulang,” bisik William. Dia terus memeluk Aurora dan sesekali perempuan itu cegukan. Aurora menongakan wajahnya dan menatap William lebih dekat.“Aku mau di sini,” jawabnya. William menyentuh kepala Aurora dengan lembut. Dia mencium kening perempuan itu hingga dua kali.“Di sini? Kau serius ingin di sini?” tanyanya. Aurora menganggukan kepala.“Ya, aku mau di sini, William!”Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menatap ibunya yang masih terbaring lemas. Walaupun sudah melewati masa kritisnya, Aurora tidak ingin jauh dari ibunya.“Joanna sudah pulang, besok kalian harus kuliah.”“Aku sudah menyewa beberapa pengawal untuk berjaga di sini. Ibumu belum sadar. ” William tidak pernah melepaskan gengamannya dari Aurora.Suasana di rumah sakit Valley Hospital Las Vegas sangat sepi. Hanya ada beberapa lelaki berjas hitam yang sudah bersedia di depan pintu rumah sakit. William memerintahkan kepada pengawalnya untuk berjaga di tempat itu.“Aurora,” sahu
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 49

Maya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menatap seluruh wartawan yang mengarahkan kamera. Kilatan cahaya memenuhi wajahnya. Seluruh wartawan fokus memandanginya. Mereka menunggu penjelasan dari Maya saat ini.Dominic memandangi Maya. Entah mengapa perempuan itu terdiam cukup lama. “Bicaralah!” bisik Dominic sedikit mencondongkan wajahnya. Menyuruh perempuan di sampingnya untuk mengangkat suara. Maya menutup matanya sejenak. Peluhnya menetes di dahi. Dia menenangkan deru napasnya yang memburuh.“Oke!” “Maaf atas semua gossip yang beredar. Aku dan Dominic tidak memiliki hubungan apapun. Terkait gossip itu, kami tidak tahu dan tidak peduli!” Dominic tersenyum. Dia lalu mengambil pengeras suara dan mendekatkannya ke wajah.“Aku dan Maya adalah teman. Aku bersahabat dengan tuan William dan tidak mungkin kami melakukan hal menjijikan seperti itu!” jelas Dominic menambahkan. Maya menghela napas panjang. Seluruh wartawan fokus mengambil gambar mereka berdua. Maya
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 50

Edward selama di dalam mobil memandangi Maya dari kaca spion. Wajah perempuan itu terlihat lelah. Sejak pagi mereka berada di kantor Dominic. Pukul lima sore, mereka baru bisa pulang.Edward tahu, Maya memiliki hubungan gelap. Gosip yang menyebar itu benar. Walapun Maya lebih suka menutupi kenyataanya.“Mengapa kau melihatku seperti ini?”“Apakah terbesit di pikiranmu menyesal menghianati William?” Maya menatap Edward. Pengawalnya itu menyetir mobil dan hanya terdiam.“Tidak, Nona!” jawab Edward.“Berapa tahun kau bekerja di keluarga Keller?” tanya Maya lagi. Edward mencoba mengingat, berapa tahun dia mengabdi di rumah pengusaha terkenal itu. Edward sudah lupa, yang dia ingat waktu itu, dirinya berada di keluarga Keller semenjak lulus dari kuliah. Tuan Damian melunasi hutang ayahnya dan dia membalas hutang budi Tuan Damian dengan menjadi pengawal setia.“Jangan pernah menceritakan semua ini.”“Aku yang membiayai seluruh pengobatan ibumu. Jadi pikirkan itu!” tukas Maya.“Baik Nona!” E
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status