Semua Bab Cintai Aku, Tuan Presdir: Bab 11 - Bab 20

60 Bab

Bab 11

Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 12

Maya memakai bajunya dan segera menuju jendela besar. Kamar hotel yang ditempati begitu indah. Menampilkan menara Eiffel yang begitu sempurna. Sejak dulu, Maya selalu menikmati malamnya di hotel Shangri-La Hote di Paris.Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Maya tersenyum, dia membalikan badan dan melilitkan tangannya di tubuh lelaki itu. “Kau~”“Permainanmu begitu sempurna, sayang!” ucapnya kemudian. Maya mengecup pipi lelaki itu dengan lembut. “Bagaimana dengan William, dia akan …,”“Tidak akan Dominic, sahabatmu itu tidak akan tahu hubungan kita. Kau tahu kan kalo William sangat mencintaiku,” ucap Maya. Antoni menganggukan kepala. “Ya, aku tahu itu. Tapi …,” Wajah Dominic terlihat murung. Lelaki itu sedang memikirkan sesuatu saat ini. “Tapi apa Dominic?” sergap Maya. Dia melepaskan tangannya yang melingkar di leher lelaki itu. Maya kemudian berjalan sedikit menjauh. Dia menuangkan air mineral ke dalam gelasnya. “Kapan William akan menceraikanmu?” “Kau tahu kan kami t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 13

Aurora memikirkan rencana William yang akan memberikan fasilitas pendidikan kepadanya. Tidak masalah, dia bisa keluar dari rumah yang bagaikan neraka ini. Setidaknya dia punya waktu untuk mencari pamannya bernama Robert. Lelaki itu pastinya ada hubungannya dengan kematian ayahnya.Aurora duduk sambil memandang keluar jendela. Salju turun perlahan. Aurora melihat ke bawah taman. Kamarnya yang berada di lantai dua benar-benar memberikan pemandangan yang indah di malam hari. Sepertinya Edward begitu telaten merawat taman kecil itu sehingga terlihat sangat indah. Setelah puas melihat taman, Aurora bergegas mengambil ponselnya. “Halo?”“Ada apa lagi, Aurora. Aku sudah katakan bahwa kau tidak berguna di kehidupanku!” “Aku sudah bertunangan!” ucap suara lelaki itu. Aurora menghela napas kasar ke udara. “Ya, aku tahu itu Antoni. Aku ingin bertemu!” “Entah jika kau mau membawah kekasihmu, aku tidak peduli. Aku ingin bertemu!” ucap Aurora secepat mungkin. Deru napas saling berkejaran jelas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 14

Aurora memakai mantel cokelat dan sepatu bot hitam. Tidak lupa dia menatap dirinya melalui cermin besar. Hari ini, lelaki itu mengatakan akan mengantarnya ke kampus. “Untuk melahirkan penerus keluarga Keller, aku tidak seharusnya kuliah,” batinnya. Aurora membuka pintu kamar. Dia menatap William yang sudah bersiap mengantarnya bersama Edward. Sang pengawal itu menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Kampusmu ini sangat dekat, kau bisa cuti jika sudah mengandung anakku,” ucap William. Aurora menghela napas kasar ke udara. Mimik wajah William terlihat tidak suka menatapnya. Aurora menahan tawanya saat lengan lelaki itu dibalut perban. Bekas gigitannya benar-benar berbahaya, pikirnya. William berjalan keluar dari rumah dan diikuti Edward dari belakang. Aurora dengan sangat lemas harus mengikuti lelaki itu. Di dalam mobil, Aurora duduk sendiri. Sesekali William menatapnya melalui kaca spion. “Bagaimana kalo di kampus, orang-orang tahu kalo aku istri kedua?”“Itu tidak pentin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 15

Aurora menghela napas panjang. Dia menatap William yang sibuk di ruang kerjanya. Lelaki itu sedang bervideo call dengan istrinya, Maya. Sebenarnya Aurora kesal bertemu dengan William, namun dia harus bertanya mengenai ponselnya. “Masuk saja, jangan seperti patung di situ!” Aurora membuka pintu lalu berjalan menuju meja kerja William. Aurora menunduk ke bawah. “Aku butuh ponsel, Edward sudah menemukan ponselku dan benda itu sudah tidak bisa digunakan.” Aurora memandangi wajah William dengan serius.“Katakan kepada Edward untuk memberikanmu ponsel baru, masalah remeh seperti itu kau harus segera ke Edward. Dia akan mengurusnya!”Aurora menghela napas panjang. “Baiklah,” jawabnya. Dia berbalik badan lalu bergegas menuju pintu. Sebelum benar-benar keluar, William memanggilnya. “Aurora Aderson?” “Ada apa?”“Selama di kampus, apapun yang berkaitan dengan keluarga Keller, jangan jelaskan kepada siapa pun!” Aurora menganggukan kepala mengerti. “Kau juga harus menjaga rahasia di kelua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 16

Aurora menatap William yang sedang duduk di meja kerjanya. Sepertinya lelaki itu adalah pekerja keras. Namun, wajah suaminya sangat dingin. Aurora mencoba masuk. Langkah kakinya sangat pelan.“Ponselku bagaimana?”“Aku membutuhkannya!” ucap Aurora segera. William perlahan menonggakan wajahnya dan menatap wajah Aurora yang terlihat murung. William mengangkat salah satu alisnya lalu menghela napas panjang.“Edward mengatakan apa?”“Dia mengatakan, aku akan menerima ponsel atas persetujuanmu,” ucap Aurora.“Oke, suruh pengawal itu memberikanmu segera!” ucap William. Bola matanya segera menatap layar laptopnya kembali. Aurora mendengus kesal. Dia segera berbalik arah dan bergegas pergi dari ruangan itu. Percuma saja berbicara dengan William.Di depan ruang kerja William, ada Edward yang sudah menunggu. Lelaki itu tersenyum sejenak lalu menyerahkan satu bungkusan plastik.“Nona, pergunakan benda ini untuk hal yang penting!”Lelaki berjas hitam itu lalu pergi. Aurora mengambil kantong plast
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 17

Aurora memasukan kakinya ke dalam sepatu bot. Dia lalu merapatkan Trench Coatnya. Tidak lupa Aurora melilitkan syal cokelat yang selaras dengan warna Trench Coatnya. Dengan senyum menawan, Aurora siap menuju ke kampus.Aurora berjalan ke arah pintu. Dia menatap William yang terlihat murung. Entah apa yang membuat lelaki itu terlihat tidak bersemangat hari ini.Aurora tidak peduli, dia harus ke kampus dan menyelesaikan tugasnya. Setelah itu, dia akan ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Apapun yang terjadi dengan William. Itu buka urusannya.Namun, rasa penasaran Aurora benar-benar tidak bisa ditahan. Saat berada di pintu utama, dia menatap lelaki itu lagi.“Ada apa?” tanyanya. William menghela napas panjang. Seakan ada beban yang berusaha di tahannya.“Maya belum menghubungiku, seharusnya istriku itu menghubungiku sebelum berangkat ke bandara. Hari ini dia akan pulang,” jelas William. Aurora mencibir.“Dasar lelaki yang protektif!” gerutunya dalam hati.“Mungkin saja dia sibuk, bias
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 18

“Kamu mau keluar?” William mengetuk pintu lalu bergegas menatap Aurora yang sedang sibuk menulis sesuatu.“Aku di sini saja,” ucap Aurora kemudian.“Aku akan menjemput Maya malam ini, jadi aku mengajakmu makan di luar,” jelas William lagi. Aurora sibuk mencatat beberapa tugas kuliahnya.“Bagaimana?”“Pagi ini kamu sudah memeriksanya?”Aurora lalu bergegas menunjukan alat cek kehamilan kepada William. Dua hari ini dia terlambat datang bulan, Aurora mengira dia sudah hamil. Namun, saat pagi-pagi buta dia memeriksanya. Garis dua merah itu tidak kian muncul. Mungkin saja Aurora sedang stress makanya menganggu siklus menstruasinya.“Kalo begitu, kita akan …,” William menjeda ucapannya.“Persiapkan dirimu!” Lelaki itu bergegas menutup pintu.Aurora mencoba memperjelas ucapan William. “Apakah aku akan melakukannya lagi?” batin Aurora.Dring!Ponselnya bergetar. Aurora bergegas mengangkat benda persegi itu. Senyum terukir di wajahnya saat melihat nama Antoni. Mantan kekasihnya itu menghubungi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 19

Aurora terus menangis. Entah mengapa saat membayangkan ayahnya tertembak sepuluh peluru, dada Aurora terasa sakit. Dia menyeka air matanya saat botol whisky tergeletak di depannya begitu saja. Aurora menonggakan wajah.“Nona, ayo bersenang-senang denganku!” ucap lelaki bertubuh tinggi dengan aroma alkohol yang begitu menyengat. Aurora berdiri, dia bergegas berjalan meninggalkan area club. Tangan lelaki itu menariknya secara paksa dan melempar tubuhnya di kursi.“Auh!”“Sakit!”“Brengsek!” umpatnya. Aurora berusaha berdiri. Dia menatap lelaki asing itu dengan pandangan tidak suka. Wajah lelaki itu sangat menyeramkan. Seakan dia ingin memangsanya tanpa ampun.“Jangan mengangguku, aku ingin pulang!” teriak Aurora. Dia bergegas berdiri dan berlari, menjauh sejauh mungkin.Namun, lelaki asing itu melemparkan botol wisky tepat di kepalanya dan membuatnya terjatuh. Darah segar mengalir di pelipisnya. Aurora merintih kesakitan.“Ai!” desisnya. Lelaki itu kemudian memaksa Aurora untuk berdiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 20

“Aurora, bukan pintunya!”William masih terus mengetuk pintu. Dia menunggu Aurora untuk menjelaskan banyak hal kepadanya. “Aurora!” sahutnya lagi. Di dalam kamar, Aurora yang ingin terlelap tidur segera mengibaskan selimutnya. Lelaki itu masih terus berteriak di luar.“Menyebalkan!” batinnya.Klek~Pintu terbuka, Aurora menatap William yang berkacak pingang di depannya. Lelaki itu menghela napas panjang. “Jelaskan kepadaku!” sergapnya.“Aku tidak punya tenaga, tuan William. Tolong jangan ganggu aku malam ini!” pinta Aurora. Dia memohon kepada lelaki itu. William menggelengkan kepala.“Jelaskan kepadaku, apa yang terjadi dan mengapa lelaki itu ada?” ucap William lagi. Dia belum puas dengan jawaban istrinya itu. Aurora menghela napas kasar.“Aku akan jelaskan besok. Aku janji aku jelaskan besok! Jangan mengangguku!” mohon Aurora. Dia bergegas menutup pintunya lagi. William terus mengetuk pintu. Aurora benar-benar naik darah. Mengapa lelaki itu sangat susah di jelaskan?“Aku akan jelaska
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status