Home / Romansa / Cintai Aku, Tuan Presdir / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cintai Aku, Tuan Presdir: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Bab 21

Aurora menatap bangunan pencakar langit yang berada di depannya. Dia bergegas turun dari mobil dan Edward mengikutinya dari belakang. Aurora masuk ke dalam loby kantor, Cloud Corp.“Mengapa Tuan Damian ingin bertemu denganku?” tanya Aurora sambil bergegas melangkah ke dalam lift yang akan membawahnya menuju lantai lima.“Saya tidak tahu, Nona!” ucap Edward. Setelah pintu lift terbuka, Aurora bergegas keluar. Dia menuju ruangan yang bertulisakan direktur Cloud Corp. Aurora masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk di sofa dan menunggu Tuan Damian. Dia tahu, ruangan ini adalah ruangan kerja tuan William, suaminya.Langkah kaki jelas terdengar. Aurora mencoba menahan napasnya. Entah mengapa setiap bertemu dengan Tuan Damian, dia sedikit panik.Klek~Pintu terbuka dan Tuan Damian melangkah masuk. Di samping lelaki paruh baya itu, terdapat William. Bola matanya membulat memandangi Aurora yang ada di ruangannya.“Kau?”“Mengapa kau di sini?” sergap William segera. Tuan Damian spontan menatap pu
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 22

Maya menatap Aurora dari ujung kepala sampai ujung kaki. Perempuan itu menyipitkan mata.“Selama aku tidak berada di sini, apa saja yang kau lakukan dengan suamiku?” tanyanya. Aurora menghela napas panjang. Dia menatap perempuan itu dengan sorot mata tajam.“Aku dan tuan William tidak melakukan apapun!”“Tidur bersama?” sergap Maya. Aurora menggeleng. Sepertinya dia tidak berniat melakukan hal itu untuk kedua kalinya.“Aku tidak melakukan itu,” jawab Aurora segera.“Oke, biaya orang tuamu sudah ditanggung oleh Wiliam secara keseluruhan, kau seharusnya lebih tahu tugasmu sekarang. Melahirkan anak untuk keluarga Keller, jangan berkeliaran ke mana pun.”Setelah mengatakan hal itu, Maya kemudian bergegas pergi. Aurora menatap Margaret yang melihatnya dari kejauhan.“Tentu saja, setelah semua urusanku di rumah ini selesai, aku akan pergi!” ucap Aurora dalam hati. Dia segera menuju kamarnya. Hari sudah mulai gelap. Seharian ini, dia sudah menghabiskan banyak energi bertemu banyak orang.Di
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 23

Aurora mendengus kesal. Dia berjalan di belakang prof. John. Aurora semakin curiga dengan gerak-gerik lelaki itu. Seharusnya prof. John tidak terlalu berlebihan kepadanya. Aurora masuk ke ruangan yang sangat aneh. Di setiap dinding ruangan kerja Prof. John terdapat beberapa foto yang tidak Aurora mengerti. Lukisan abstrak yang tidak memiliki makna.Prof. John duduk di meja kerjanya sambil menatapnya dengan tajam.“Aurora Smith!” sahutnya. Aurora duduk di depan prof. John. Mereka saling berhadapan. Aurora menghela napas panjang sambil menunduk ke bawah. Dia mengigit bibir bawahnya sambil memainkan jemari.“Aurora Smith, saya tahu bahwa kau memiliki banyak masalah. Tapi tidak dengan bercerita di dalam kelas saya,” ucap prof. John ketus. Aurora menghela napas panjang.“M-maafkan aku,” ucapnya. Apapun itu, Aurora sangat malas berdebat hari ini.“Oke, lain kali kau jangan lakukan itu!” seru prof. John. Aurora mengangguk.“Hari ini, saya bisa memaafkanmu. Tapi di lain waktu, saat berada di
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 24

Aurora menghela napas panjang. Dia menatap William yang sedang berada di dalam kamarnya. Lelaki itu terus memandanginya. Entah mengapa, Aurora terlihat benar-benar kehabisan akal.“Kau serius, hari ini mau tidur?”William menganggukan kepala tanpa ragu. “Tentu saja,” jawabnya.Mereka sedang menikmati makan malam. Aurora sesekali menatap wajah William yang tampak dingin. Oh, mengapa lelaki itu mengatakan demikian? Benar-benar sangat aneh,” gerutunya dalam hati.William menikmati hidangan makan malam, sedangkan Aurora masih memikirkan cara agar lelaki itu tidak satu kamar dengannya. “Aku sebenarnya tidak suka kau berdekatan dengan prof. John!”“Bukan melarang, tapi nanti!” sambungnya. Aurora hanya bisa menganggukan kepala. Hanya itu yang bisa dia lakukan.“Dan juga, kau harus tahu bahwa sekarang, kamu adalah bagian dari keluarga Keller. Media akan mengetahui hal ini suatu saat nanti. Jadi, jaga sikapmu!” ucapnya. Aurora menghela napas panjang. Tengorokannya kering seketika.“Oke, aku pa
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 25

“Hallo Maya, apa yang terjadi di sana?”“Aku sudah meneleponmu hingga dua kali namun tidak pernah aktif,” ucap William kesal.Pagi ini, di kantor Clound Corp. Dia sengaja menghubungi Maya.“Maaf sayangku, aku kelelahan pagi tadi. Pesta di sini sangat meriah, aku benar-benar lupa menghubungimu,” ucap Maya.“Apakah sekarang New York membuatmu melupakanku?”“Setelah pulang dari Paris, kau lalu segera ke New York, betapa tidak pentingnya aku di hidupmu, Esme!” Suara William sangat sedih. Dia merindukan kehadiran istrinya.“Tidak sayang, jangan seperti ini,” ucap Maya. Bunyi dentuman musik begitu jelas terdengar. William menghela napas panjang. Dia menunggu penjelasan Maya secara jujur.“Mengapa kamu sekarang berbeda, Maya?”“Aku seperti tidak mengenalmu, sayang. Apa yang terjadi?” ucap William. Maya terdiam cukup lama. Suara William perlahan mendadak serak, dia menumpahkan segala kegelisahannya pagi ini.“Apa kau sengaja membawah Aurora di kehidupan kita?” ucapnya segera. “Kau bersama sia
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 26

“Hai, siapa itu?!” teriak Aurora.Dia berusaha berdiri. Namun sialnya, kakinya terasa sakit. Seorang lelaki segera menginjak gaunnya dan membuatnya kesusahan untuk berdiri.“Hai, lepaskan gaunku!”“Sial!”Aurora spontan mendorong tubuh lelaki berbaju hitam itu. Dia lalu bergegas berlari menuju aula pesta dansa yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya sekarang. Deru napas Aurora memburu. Dia sangat kebingungan.Melihat lelaki itu mengejarnya, Aurora segera mempercepat larinya. Dia menatap ke sekelilingnya. “Joanna, di mana kamu?”“Hai, kau siapa? Mengapa mengikutiku?” sahut Aurora ketakutan.Brak!Kakinya menginjak sebuah penghalang dan membuat Aurora terjatuh. Lututnya terluka dan akhirnya dia hanya bisa menangis.“Help me!”“Tolong aku!”“Siapa pun itu!” ucap Aurora. Aurora bisa melihat bayangan kayu berada di tangan lelaki aneh itu. Semakin lama, Aurora bisa melihat wajahnya secara nyata.“Kau?” ucapnya. Tatapan tajam dan penuh dendam membuat Aurora segera ingin membunuh lelaki di
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 27

Aurora terbangun. Kepalanya benar-benar sakit. Dia perlahan turun dari tempat tidur lalu bergegas berjalan menuju kamar mandi.“Nona,” ucap Margaret yang datang ke kamar dan meletakkan secangkir susu cokelat di meja rias. Aurora yang membersihkan wajahnya segera menatap perempuan paruh baya itu. Aurora harus mencari tahu, mengapa Margaret berbohong kepadanya. Apa yang diinginkan dari kebohongan itu?“Maafkan saya, Nona!” sahutnya segera. Aurora menghela napas panjang dan berkacak pingang.“Aku tidak tahu, mengapa kau melakukan ini, Margaret. Tapi, kau sudah membuatku terlihat buruk!” jelas Aurora. Perlahan, dia berjalan mendekati Margaret yang berdiri di depan pintu. Perempuan paruh baya itu menunduk ke bawah dengan perasaan bersalah.Aurora menghela napas panjang sambil memijit pelipisnya.“Aku tahu, pasti ada yang ingin kau dapatkan,” sambungnya. Dia menatap Margaret dengan sorot mata yang tajam. Margaret menggelengkan kepala.“Tidak Nona!” jawabnya.Ch!“Kau berbohong,” sergap Auro
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 28

“Mengapa kau selalu dalam masalah?”Pertanyaan itu membuat Aurora terdiam cukup lama. Di dalam kelas, saat seluruh mahasiswa sudah keluar, Aurora malah terjebak dan kini, prof. John menahannya.“Aku juga tidak tahu,” ucap Aurora lirih.“Saya akan mengantarmu pulang,” jawab Prof. John sambil merapikan buku dan memasukannya di dalam tas.“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri,” jawab Aurora yang bergegas melangkah keluar dari dalam kelas. Namun, Prof. John bergegas menarik tangannya. Menahannya dan tidak membiarkannya pergi.“Ceritakan kepada saya, mengapa kau bisa menjadi istri kedua di keluarga Keller,” ucap Prof. John dengan sorot mata yang tajam. Aurora menunduk.“A-aku …,”“Jelaskan!” desaknya. Aurora menghela napas panjang.“Aku menjelaskan hal seperti ini, itu bukan urusanmu!” ucap Aurora. Dia membalas tatapan Prof. John dengan ekspresi tidak bersahabat. Prof. John mengangguk.“Kau hanya sebagai dosen di sini, kebetulan saja kau membantuku!” sambung Aurora lagi. Prof. John menghela
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 29

Aurora menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berusaha untuk duduk. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia terlihat sangat lelah. Aurora berusaha menyeruput segelas air mineral yang tersedia.Di depan tempat tidurnya, ada William yang terlelap tidur di sofa. Lelaki itu tampak kelelahan. Aurora tersenyum menatap wajah William yang sangat lucu.“William!”“Tuan William!” seru Aurora.William sama sekali tidak mendengarkan suaranya. Aurora berusaha berdiri dan berjalan menuju sofa. Tubuhnya terasa aneh, pingangnya sangat sakit. Biasanya dia merasakan hal seperti ini saat datang bulan.“Tuan William!” ucap Aurora lagi. Dia berbicara di telinga William. Berusaha untuk menyadarkan lelaki itu dari tidurnya.William spontan menongakan wajahnya saat menatap Aurora sudah berada di depannya sambil tersenyum.“Kau seharusnya tidak boleh banyak gerak!” protes William seketika. Dia menatap Aurora lalu mengengam tangan perempuan itu menuju tempat tidur lagi. Aurora menghela napas panjang. Willi
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 30

“Tuan William, bisa berikan aku Farro Porridge Roy Ellamar, aku mau makan bubur itu!” ucap Aurora yang mengintip dari balik pintu. Kamarnya berhadapan dengan ruang kerja William sekarang. Ide itu tiba-tiba saja terbesit di pikiran William.William yang fokus menatap ke layar laptop spontan menongakan wajahnya dan menatap ke arah Aurora. Perempuan itu tersenyum. Hanya kepalanya saja yang terlihat.“Kamu mau makan sekarang?”“Oke, aku akan telepon Edward untuk membelikan bubur itu,” ucap William sambil bergegas mengambil ponselnya. Kedua alis Aurora bertautan. Dia tidak ingin orang lain yang membelinya. Aurora ingin William sendiri yang membelikan bubur itu.“Aku tidak mau jika Edward yang membelinya!”“Aku mau kau yang membelikan untukku!” gerutu Aurora sedikit kesal. William menghela napas panjang. Dia mengusap wajahnya lalu bergegas beranjak dari tempat duduk. William berjalan keluar dari ruangannya dan bergegas menuju garasi mobil. Aurora hanya senyum-senyum saat suaminya itu melewa
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status