Share

Bab 17

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-02-26 09:51:02

Aurora memasukan kakinya ke dalam sepatu bot. Dia lalu merapatkan Trench Coatnya. Tidak lupa Aurora melilitkan syal cokelat yang selaras dengan warna Trench Coatnya. Dengan senyum menawan, Aurora siap menuju ke kampus.

Aurora berjalan ke arah pintu. Dia menatap William yang terlihat murung. Entah apa yang membuat lelaki itu terlihat tidak bersemangat hari ini.

Aurora tidak peduli, dia harus ke kampus dan menyelesaikan tugasnya. Setelah itu, dia akan ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Apapun yang terjadi dengan William. Itu buka urusannya.

Namun, rasa penasaran Aurora benar-benar tidak bisa ditahan. Saat berada di pintu utama, dia menatap lelaki itu lagi.

“Ada apa?” tanyanya. William menghela napas panjang. Seakan ada beban yang berusaha di tahannya.

“Maya belum menghubungiku, seharusnya istriku itu menghubungiku sebelum berangkat ke bandara. Hari ini dia akan pulang,” jelas William. Aurora mencibir.

“Dasar lelaki yang protektif!” gerutunya dalam hati.

“Mungkin saja dia sibuk, bias
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 18

    “Kamu mau keluar?” William mengetuk pintu lalu bergegas menatap Aurora yang sedang sibuk menulis sesuatu.“Aku di sini saja,” ucap Aurora kemudian.“Aku akan menjemput Maya malam ini, jadi aku mengajakmu makan di luar,” jelas William lagi. Aurora sibuk mencatat beberapa tugas kuliahnya.“Bagaimana?”“Pagi ini kamu sudah memeriksanya?”Aurora lalu bergegas menunjukan alat cek kehamilan kepada William. Dua hari ini dia terlambat datang bulan, Aurora mengira dia sudah hamil. Namun, saat pagi-pagi buta dia memeriksanya. Garis dua merah itu tidak kian muncul. Mungkin saja Aurora sedang stress makanya menganggu siklus menstruasinya.“Kalo begitu, kita akan …,” William menjeda ucapannya.“Persiapkan dirimu!” Lelaki itu bergegas menutup pintu.Aurora mencoba memperjelas ucapan William. “Apakah aku akan melakukannya lagi?” batin Aurora.Dring!Ponselnya bergetar. Aurora bergegas mengangkat benda persegi itu. Senyum terukir di wajahnya saat melihat nama Antoni. Mantan kekasihnya itu menghubungi

    Last Updated : 2025-02-27
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 19

    Aurora terus menangis. Entah mengapa saat membayangkan ayahnya tertembak sepuluh peluru, dada Aurora terasa sakit. Dia menyeka air matanya saat botol whisky tergeletak di depannya begitu saja. Aurora menonggakan wajah.“Nona, ayo bersenang-senang denganku!” ucap lelaki bertubuh tinggi dengan aroma alkohol yang begitu menyengat. Aurora berdiri, dia bergegas berjalan meninggalkan area club. Tangan lelaki itu menariknya secara paksa dan melempar tubuhnya di kursi.“Auh!”“Sakit!”“Brengsek!” umpatnya. Aurora berusaha berdiri. Dia menatap lelaki asing itu dengan pandangan tidak suka. Wajah lelaki itu sangat menyeramkan. Seakan dia ingin memangsanya tanpa ampun.“Jangan mengangguku, aku ingin pulang!” teriak Aurora. Dia bergegas berdiri dan berlari, menjauh sejauh mungkin.Namun, lelaki asing itu melemparkan botol wisky tepat di kepalanya dan membuatnya terjatuh. Darah segar mengalir di pelipisnya. Aurora merintih kesakitan.“Ai!” desisnya. Lelaki itu kemudian memaksa Aurora untuk berdiri.

    Last Updated : 2025-02-27
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 20

    “Aurora, bukan pintunya!”William masih terus mengetuk pintu. Dia menunggu Aurora untuk menjelaskan banyak hal kepadanya. “Aurora!” sahutnya lagi. Di dalam kamar, Aurora yang ingin terlelap tidur segera mengibaskan selimutnya. Lelaki itu masih terus berteriak di luar.“Menyebalkan!” batinnya.Klek~Pintu terbuka, Aurora menatap William yang berkacak pingang di depannya. Lelaki itu menghela napas panjang. “Jelaskan kepadaku!” sergapnya.“Aku tidak punya tenaga, tuan William. Tolong jangan ganggu aku malam ini!” pinta Aurora. Dia memohon kepada lelaki itu. William menggelengkan kepala.“Jelaskan kepadaku, apa yang terjadi dan mengapa lelaki itu ada?” ucap William lagi. Dia belum puas dengan jawaban istrinya itu. Aurora menghela napas kasar.“Aku akan jelaskan besok. Aku janji aku jelaskan besok! Jangan mengangguku!” mohon Aurora. Dia bergegas menutup pintunya lagi. William terus mengetuk pintu. Aurora benar-benar naik darah. Mengapa lelaki itu sangat susah di jelaskan?“Aku akan jelaska

    Last Updated : 2025-02-27
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 21

    Aurora menatap bangunan pencakar langit yang berada di depannya. Dia bergegas turun dari mobil dan Edward mengikutinya dari belakang. Aurora masuk ke dalam loby kantor, Cloud Corp.“Mengapa Tuan Damian ingin bertemu denganku?” tanya Aurora sambil bergegas melangkah ke dalam lift yang akan membawahnya menuju lantai lima.“Saya tidak tahu, Nona!” ucap Edward. Setelah pintu lift terbuka, Aurora bergegas keluar. Dia menuju ruangan yang bertulisakan direktur Cloud Corp. Aurora masuk ke dalam ruangan itu. Dia duduk di sofa dan menunggu Tuan Damian. Dia tahu, ruangan ini adalah ruangan kerja tuan William, suaminya.Langkah kaki jelas terdengar. Aurora mencoba menahan napasnya. Entah mengapa setiap bertemu dengan Tuan Damian, dia sedikit panik.Klek~Pintu terbuka dan Tuan Damian melangkah masuk. Di samping lelaki paruh baya itu, terdapat William. Bola matanya membulat memandangi Aurora yang ada di ruangannya.“Kau?”“Mengapa kau di sini?” sergap William segera. Tuan Damian spontan menatap pu

    Last Updated : 2025-02-28
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 22

    Maya menatap Aurora dari ujung kepala sampai ujung kaki. Perempuan itu menyipitkan mata.“Selama aku tidak berada di sini, apa saja yang kau lakukan dengan suamiku?” tanyanya. Aurora menghela napas panjang. Dia menatap perempuan itu dengan sorot mata tajam.“Aku dan tuan William tidak melakukan apapun!”“Tidur bersama?” sergap Maya. Aurora menggeleng. Sepertinya dia tidak berniat melakukan hal itu untuk kedua kalinya.“Aku tidak melakukan itu,” jawab Aurora segera.“Oke, biaya orang tuamu sudah ditanggung oleh Wiliam secara keseluruhan, kau seharusnya lebih tahu tugasmu sekarang. Melahirkan anak untuk keluarga Keller, jangan berkeliaran ke mana pun.”Setelah mengatakan hal itu, Maya kemudian bergegas pergi. Aurora menatap Margaret yang melihatnya dari kejauhan.“Tentu saja, setelah semua urusanku di rumah ini selesai, aku akan pergi!” ucap Aurora dalam hati. Dia segera menuju kamarnya. Hari sudah mulai gelap. Seharian ini, dia sudah menghabiskan banyak energi bertemu banyak orang.Di

    Last Updated : 2025-02-28
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 23

    Aurora mendengus kesal. Dia berjalan di belakang prof. John. Aurora semakin curiga dengan gerak-gerik lelaki itu. Seharusnya prof. John tidak terlalu berlebihan kepadanya. Aurora masuk ke ruangan yang sangat aneh. Di setiap dinding ruangan kerja Prof. John terdapat beberapa foto yang tidak Aurora mengerti. Lukisan abstrak yang tidak memiliki makna.Prof. John duduk di meja kerjanya sambil menatapnya dengan tajam.“Aurora Smith!” sahutnya. Aurora duduk di depan prof. John. Mereka saling berhadapan. Aurora menghela napas panjang sambil menunduk ke bawah. Dia mengigit bibir bawahnya sambil memainkan jemari.“Aurora Smith, saya tahu bahwa kau memiliki banyak masalah. Tapi tidak dengan bercerita di dalam kelas saya,” ucap prof. John ketus. Aurora menghela napas panjang.“M-maafkan aku,” ucapnya. Apapun itu, Aurora sangat malas berdebat hari ini.“Oke, lain kali kau jangan lakukan itu!” seru prof. John. Aurora mengangguk.“Hari ini, saya bisa memaafkanmu. Tapi di lain waktu, saat berada di

    Last Updated : 2025-02-28
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 24

    Aurora menghela napas panjang. Dia menatap William yang sedang berada di dalam kamarnya. Lelaki itu terus memandanginya. Entah mengapa, Aurora terlihat benar-benar kehabisan akal.“Kau serius, hari ini mau tidur?”William menganggukan kepala tanpa ragu. “Tentu saja,” jawabnya.Mereka sedang menikmati makan malam. Aurora sesekali menatap wajah William yang tampak dingin. Oh, mengapa lelaki itu mengatakan demikian? Benar-benar sangat aneh,” gerutunya dalam hati.William menikmati hidangan makan malam, sedangkan Aurora masih memikirkan cara agar lelaki itu tidak satu kamar dengannya. “Aku sebenarnya tidak suka kau berdekatan dengan prof. John!”“Bukan melarang, tapi nanti!” sambungnya. Aurora hanya bisa menganggukan kepala. Hanya itu yang bisa dia lakukan.“Dan juga, kau harus tahu bahwa sekarang, kamu adalah bagian dari keluarga Keller. Media akan mengetahui hal ini suatu saat nanti. Jadi, jaga sikapmu!” ucapnya. Aurora menghela napas panjang. Tengorokannya kering seketika.“Oke, aku pa

    Last Updated : 2025-03-01
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 25

    “Hallo Maya, apa yang terjadi di sana?”“Aku sudah meneleponmu hingga dua kali namun tidak pernah aktif,” ucap William kesal.Pagi ini, di kantor Clound Corp. Dia sengaja menghubungi Maya.“Maaf sayangku, aku kelelahan pagi tadi. Pesta di sini sangat meriah, aku benar-benar lupa menghubungimu,” ucap Maya.“Apakah sekarang New York membuatmu melupakanku?”“Setelah pulang dari Paris, kau lalu segera ke New York, betapa tidak pentingnya aku di hidupmu, Esme!” Suara William sangat sedih. Dia merindukan kehadiran istrinya.“Tidak sayang, jangan seperti ini,” ucap Maya. Bunyi dentuman musik begitu jelas terdengar. William menghela napas panjang. Dia menunggu penjelasan Maya secara jujur.“Mengapa kamu sekarang berbeda, Maya?”“Aku seperti tidak mengenalmu, sayang. Apa yang terjadi?” ucap William. Maya terdiam cukup lama. Suara William perlahan mendadak serak, dia menumpahkan segala kegelisahannya pagi ini.“Apa kau sengaja membawah Aurora di kehidupan kita?” ucapnya segera. “Kau bersama sia

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 87

    “Kau cemburu?”“Ya, aku cemburu?”“Apa kau tidak tahu bahwa aku cemburu dengan apa yang kau lakukan dengan lelaki lain! Kamu berpelukan dengan prof. John!”“Apa kamu pikir itu tidak membuatku marah?” William berdecak kesal. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aurora.“Apa maksudmu, William?”“Aku sama sekali tidak mengerti?” Aurora mengerutkan kening. William segera mengambil ponselnya dan menunjukan foto Aurora dan Prof. John yang saling berpelukan. Aurora mengusap wajahnya secara kasar. Siapa yang mengambil gambar mereka? Pikirnya.“Apa ini Aurora? Kau pikir aku tidak tahu?” William semakin keras mengengam tangan Aurora dan membuat perempuan itu merintih kesakitan.“William, lepaskan tanganku!”“Aku tidak mau ikut denganmu!”“Kau terlalu kasar, menganggap aku sampah dan tidak memperhatikanku, lepaskan aku!”Prof. John segera mengengam tangan William. Dia berusaha melepaskan Aurora dari tarikan kasar lelaki itu.“Tuan William, istri anda sakit!”“Jangan lakukan ini!” Prof. John men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 86

    “Sial!”William melempar ponselnya saat melihat gambar Aurora dan prof. John berpelukan di depan apartemen. “Perempuan itu benar-benar murahan!” gerutunya.“Aku memberikannya apartemen, dia malah bersama lelaki lain!” Wajah William memerah, dia menahan emosi yang memuncak di dada. Secepat kilat dia memanggil Edward yang berjaga selalu di depan pintu kerjanya.“Edward!” teriaknya. Lelaki bertubuh tinggi itu segera menghampirinya.“Ada apa Tuan?”“Cepat jemput Aurora segera di kampus, bawah dia ke sini!” perintahnya.“Lihat, apa yang dia perbuat?” William mengambil ponselnya lalu menunjukan kepada Edward gambar yang baru saja diterimanya saat ini. Edward mengerutkan kening tidak mengerti.“Perempuan itu bersama lelaki lain.”“Paksa dia datang ke sini sekarang!”“Baik, Tuan!” Edward segera keluar. Tidak ada yang bisa menolak perintah William. Apapun yang dikatakan lelaki itu.“William?”Maya menghampiri suaminya. Wajahnya sangat pucat. Dia mengelus perutnya yang buncit. Maya menatap Wil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 85

    Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 84

    Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.“William?” panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.“Di mana William?” serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.“Di mana dia?”Maya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.“Apapun itu, pantau dia dari jauh.”“Aku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.”“Walaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.” Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.“Dia menyanyangi perempuan itu?” batinnya.“Tidak, itu tidak mungkin!”“William tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,” serunya kemudian

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 83

    Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.“Cicilia!” Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.“Apa yang kau lakukan di sini?” hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.“John, mengapa kau kasar sekali?” rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.“Pakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!” perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. “Aku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!” serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 82

    Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.“John, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.”“Kamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?”“Ah, John. Kamu benar-benar lemah!” hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.“Aku mencintai, Aurora!”Prof. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.“Oke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?”“Meminta Aurora untuk menghubungimu?” tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.“Aku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!” Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 81

    Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.“Ibu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,” ucap Aurora melalui sambungan telepon.“Aku tidak mau!”“Apapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.”“Maksud ibu, apakah William tidak jelas?” sergap Aurora kemudian.“Putriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.”“Bahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.”“Aku akan men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 80

    Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.“Cicilia!”Aurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.“Aurora, tolong aku!”“Aku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?” Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.“Ada apa?”“Aku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?” Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.“Aurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!” pinta Cicilia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 79

    “Jadi, pernikahan ini hanya secara paksa?” Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.“Kau mencintainya?” Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak mencintainya.”“Tapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?” sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.“Aku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.”“Kamu hamil?” tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.“Tuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?”“Apa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!” cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. “Bagaimana jika William membuangmu? Prof. John b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status