공유

Bab 44

작가: Anana-chan
last update 최신 업데이트: 2025-03-07 09:27:37

“Dominic, bagaimana?”

Maya mengigit bibir bawahnya ketakutan. Dia terus menghubungi Dominic. Maya tidak berani keluar dari dalam kamar. Paparasi itu akan mengambil gambarnya dan dirinya pasti akan di bunuh oleh Tuan Damian.

“Sayang, tenang saja!”

“Mereka tidak akan tahu kau di sini, aku akan menyuruh pengawal untuk membawahmu diam-diam. Jangan cemas!”

Maya menghela napas panjang. Tengorokannya terasa kering karena panik. Sungguh, Maya benar-benar bingung harus berbuat apa.

“Siapa yang melaporkan kita sayang?” tanya Maya. Suaranya bergetar menahan rasa paniknya. Dominic menghela napas panjang. Deru napasnya memburu dan jelas terdengar melalui sambungan telepon.

“Aku belum tahu.”

“Aku sedang mencari hal ini, kau tenang saja Esme. Aku akan usahakan kau tetap aman.”

Mendengarkan hal itu, Maya merasa sedikit lega. Dia lalu mematikan sambungan telepon. Maya menunggu panggilan dari William, namun suaminya itu belum menghubunginya.

“Apa William berada di bawah?”

Maya benar-benar tidak bisa be
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

관련 챕터

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 45

    Aurora menatap Maya yang ditarik secara paksa masuk ke dalam kamar. Aurora tidak tahu, apa yang terjadi selanjutnya. Namun, perempuan itu tampak sedih. Wajahnya terlihat pucat dan William sudah menunggunya sejak lama. Samar-samar Aurora melihatnya dari balik celah pintu.Aurora menatap Margaret yang ikut penasaran. Perempuan paruh baya itu berdiri di depan tangga. Menunggu Maya keluar dari dalam kamar. Hal yang paling Aurora takuti yaitu, William berbuat kasar kepada istrinya.Aurora memilih menutup pintu dan kembali duduk di depan meja riasnya. Aurora masih penasaran. Apa yang menyebabkan William menangis malam itu? Apakah perselingkuhan Maya terbukti? Pikirnya.“Halo Joanna?’ sahut Aurora saat suara ponselnya mengagetkannya.“Bagaimana? Kau melihat gossip pagi ini? Maya ada di situ kan?” Joanna sepertinya sangat penasaran dan mengikuti gossip hingga malam hari. Aurora menghela napas panjang.“Ya, aku melihat William menariknya masuk ke dalam kamar, aku tidak tahu lagi apa yang terja

    최신 업데이트 : 2025-03-07
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 46

    Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan degan pelan. Dia segera bergegas turun dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Aurora berjalan menuju meja riasnya. Dia menyentuh bibirnya lagi. Ciuman William begitu membekas di ingatannya.Tok … Tok …“Nona!” sahut suara itu. Aurora bergegas membuka pintu kamar dan menatap Margaret sedang berdiri di depan.“Ada apa?”“Tuan Damian berada di rumah.” Margaret menunduk, wajahnya terlihat ketakutan.“Tuan Damian datang pagi ini? Buat apa?” tanya Aurora tidak mengerti. Margaret menggelengkan kepala tidak tahu.“Kata Tuan Damian, Nona Aurora harus menghampirinya,” sambung Margaret. Kening Aurora berkerut. Dia tidak mengerti.“Aku?” Margaret menganggukan kepala. “Ya, Nona Aurora!” jawabnya kemudian. Aurora menghela napas panjang.“Baiklah,” serunya.Aurora bergegas berjalan keluar dari dalam kamar. Dia melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Suara Tuan Damian terdengar jelas. Rintihan tangisan begitu menyayat hati Aurora. Apa y

    최신 업데이트 : 2025-03-07
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 47

    “Ada apa?” sahut Joanna segera.“I-ibuku kritis!”Tanpa berpikir lama, Aurora bergegas beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan keluar dari dalam cafe. Air matanya mengalir di pipi. Aurora ketakutan setengah mati. Tidak, dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada ibunya.“Aurora, tunggu!” Joanna mengikutinya dari belakang. Secepat kilat Aurora menyeka air matanya yang terus berjatuhan.“Aku ikut!”Joanna segera menghentikan taksi yang lewat di depan mereka. Selama di perjalanan, Aurora terus menangis. Dia panik, Aurora bingung harus berbuat apa saat ini.“Sudah, jangan menangis!”“Aku yakin, nyonya Rebeca baik-baik saja,” sahut Joanna. Dia terus menyentuh pungung Aurora untuk menenangkannya. Aurora menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terus menangis. Tidak, dia tidak ingin kehilangan lagi.“Semua akan baik-baik saja,” sahut Joanna kemudian. Aurora terdiam membisu, hanya isak tangisan yang menjadi jawabannya.“A-aku harus bagaimana?” Joanna berusaha menenangkannya. Ponsel Aurora ter

    최신 업데이트 : 2025-03-08
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 48

    “Ayo kita pulang,” bisik William. Dia terus memeluk Aurora dan sesekali perempuan itu cegukan. Aurora menongakan wajahnya dan menatap William lebih dekat.“Aku mau di sini,” jawabnya. William menyentuh kepala Aurora dengan lembut. Dia mencium kening perempuan itu hingga dua kali.“Di sini? Kau serius ingin di sini?” tanyanya. Aurora menganggukan kepala.“Ya, aku mau di sini, William!”Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menatap ibunya yang masih terbaring lemas. Walaupun sudah melewati masa kritisnya, Aurora tidak ingin jauh dari ibunya.“Joanna sudah pulang, besok kalian harus kuliah.”“Aku sudah menyewa beberapa pengawal untuk berjaga di sini. Ibumu belum sadar. ” William tidak pernah melepaskan gengamannya dari Aurora.Suasana di rumah sakit Valley Hospital Las Vegas sangat sepi. Hanya ada beberapa lelaki berjas hitam yang sudah bersedia di depan pintu rumah sakit. William memerintahkan kepada pengawalnya untuk berjaga di tempat itu.“Aurora,” sahu

    최신 업데이트 : 2025-03-08
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 49

    Maya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menatap seluruh wartawan yang mengarahkan kamera. Kilatan cahaya memenuhi wajahnya. Seluruh wartawan fokus memandanginya. Mereka menunggu penjelasan dari Maya saat ini.Dominic memandangi Maya. Entah mengapa perempuan itu terdiam cukup lama. “Bicaralah!” bisik Dominic sedikit mencondongkan wajahnya. Menyuruh perempuan di sampingnya untuk mengangkat suara. Maya menutup matanya sejenak. Peluhnya menetes di dahi. Dia menenangkan deru napasnya yang memburuh.“Oke!” “Maaf atas semua gossip yang beredar. Aku dan Dominic tidak memiliki hubungan apapun. Terkait gossip itu, kami tidak tahu dan tidak peduli!” Dominic tersenyum. Dia lalu mengambil pengeras suara dan mendekatkannya ke wajah.“Aku dan Maya adalah teman. Aku bersahabat dengan tuan William dan tidak mungkin kami melakukan hal menjijikan seperti itu!” jelas Dominic menambahkan. Maya menghela napas panjang. Seluruh wartawan fokus mengambil gambar mereka berdua. Maya

    최신 업데이트 : 2025-03-08
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 50

    Edward selama di dalam mobil memandangi Maya dari kaca spion. Wajah perempuan itu terlihat lelah. Sejak pagi mereka berada di kantor Dominic. Pukul lima sore, mereka baru bisa pulang.Edward tahu, Maya memiliki hubungan gelap. Gosip yang menyebar itu benar. Walapun Maya lebih suka menutupi kenyataanya.“Mengapa kau melihatku seperti ini?”“Apakah terbesit di pikiranmu menyesal menghianati William?” Maya menatap Edward. Pengawalnya itu menyetir mobil dan hanya terdiam.“Tidak, Nona!” jawab Edward.“Berapa tahun kau bekerja di keluarga Keller?” tanya Maya lagi. Edward mencoba mengingat, berapa tahun dia mengabdi di rumah pengusaha terkenal itu. Edward sudah lupa, yang dia ingat waktu itu, dirinya berada di keluarga Keller semenjak lulus dari kuliah. Tuan Damian melunasi hutang ayahnya dan dia membalas hutang budi Tuan Damian dengan menjadi pengawal setia.“Jangan pernah menceritakan semua ini.”“Aku yang membiayai seluruh pengobatan ibumu. Jadi pikirkan itu!” tukas Maya.“Baik Nona!” E

    최신 업데이트 : 2025-03-09
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 51

    Pagi-pagi buta, Jaonna membulatkan matanya saat melihat Aurora sudah berdiri di depan pintu. Wajah perempuan itu tampak cemberut. Joanna menatap tas ransel yang sedang di pegangnya.“Kok bawah tas?” tanyanya bingung. Aurora menghela napas panjang.“Maya mengusirku. Sepertinya dia cemburu,” jawab Aurora. Joanna menahan tawanya. “Kau serius, dia cemburu?” Aurora menganggukan kepala.“Aku boleh masuk?” tanyanya. Joanna menganggukan kepala. Dia membantu Aurora masuk ke dalam rumah.Aurora duduk di sofa sambil merengangkan otot-otot tangannya yang sangat kaku. Membawah bajunya yang tidak banyak membuat tangannya keram.Joanna memberikan secangkir air mineral. Perempuan itu meletakkan secangkir air mineral di depan Aurora.“William, apakah lelaki itu tahu kau di sini?” Aurora menggelengkan kepala.“William sedang pergi. Aku tidak tahu dia di mana. Kata Margaret, pagi-pagi buta dia sudah berangkat dengan mobilnya.”“Aku rasa, sebentar lagi Maya dan William berpisah.”“Tidak, itu tidak mungki

    최신 업데이트 : 2025-03-09
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 52

    “Mengapa tidak tinggal bersama ayah dan ibumu?” tanya Aurora saat mobil perak itu berhenti tepat di depan sebuah mension berwarna putih. Aurora sangat takjub melihat bangunan mewah itu.“Saya suka jika sendiri,” jawab prof. John.“Oh, jadi begitu. Apa ayahmu berada di dalam juga?”Prof. John menganggukan kepala. Dia segera turun dan membantu Aurora untuk membuka pintu mobilnya. Aurora mengikuti prof. John dari belakang.“Yakin, bisa tinggal sendiri?”“Aku punya dua apartemen di Nevada ini.” Prof. John menatap Aurora dan masih menawarkan niat baiknya. “Aku suka jika kau menempatinya,” sambungnya lagi.“Tidak usah, aku tidak ingin merepotkan orang lagi,” jawabnya. Aurora mempercepat langkahnya mengikuti prof. John. Saat berada di depan pintu, ada dua pengawal berjas hitam yang berdiri dan memberi hormat.“Masuklah Aurora, orang tuaku pasti bahagia melihatmu.” Aurora dan prof. John berjalan menuju ruang keluarga. Aurora tersenyum. Seorang perempuan paruh baya langsung memeluk tubuhnya. N

    최신 업데이트 : 2025-03-09

최신 챕터

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 87

    “Kau cemburu?”“Ya, aku cemburu?”“Apa kau tidak tahu bahwa aku cemburu dengan apa yang kau lakukan dengan lelaki lain! Kamu berpelukan dengan prof. John!”“Apa kamu pikir itu tidak membuatku marah?” William berdecak kesal. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aurora.“Apa maksudmu, William?”“Aku sama sekali tidak mengerti?” Aurora mengerutkan kening. William segera mengambil ponselnya dan menunjukan foto Aurora dan Prof. John yang saling berpelukan. Aurora mengusap wajahnya secara kasar. Siapa yang mengambil gambar mereka? Pikirnya.“Apa ini Aurora? Kau pikir aku tidak tahu?” William semakin keras mengengam tangan Aurora dan membuat perempuan itu merintih kesakitan.“William, lepaskan tanganku!”“Aku tidak mau ikut denganmu!”“Kau terlalu kasar, menganggap aku sampah dan tidak memperhatikanku, lepaskan aku!”Prof. John segera mengengam tangan William. Dia berusaha melepaskan Aurora dari tarikan kasar lelaki itu.“Tuan William, istri anda sakit!”“Jangan lakukan ini!” Prof. John men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 86

    “Sial!”William melempar ponselnya saat melihat gambar Aurora dan prof. John berpelukan di depan apartemen. “Perempuan itu benar-benar murahan!” gerutunya.“Aku memberikannya apartemen, dia malah bersama lelaki lain!” Wajah William memerah, dia menahan emosi yang memuncak di dada. Secepat kilat dia memanggil Edward yang berjaga selalu di depan pintu kerjanya.“Edward!” teriaknya. Lelaki bertubuh tinggi itu segera menghampirinya.“Ada apa Tuan?”“Cepat jemput Aurora segera di kampus, bawah dia ke sini!” perintahnya.“Lihat, apa yang dia perbuat?” William mengambil ponselnya lalu menunjukan kepada Edward gambar yang baru saja diterimanya saat ini. Edward mengerutkan kening tidak mengerti.“Perempuan itu bersama lelaki lain.”“Paksa dia datang ke sini sekarang!”“Baik, Tuan!” Edward segera keluar. Tidak ada yang bisa menolak perintah William. Apapun yang dikatakan lelaki itu.“William?”Maya menghampiri suaminya. Wajahnya sangat pucat. Dia mengelus perutnya yang buncit. Maya menatap Wil

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 85

    Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 84

    Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.“William?” panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.“Di mana William?” serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.“Di mana dia?”Maya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.“Apapun itu, pantau dia dari jauh.”“Aku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.”“Walaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.” Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.“Dia menyanyangi perempuan itu?” batinnya.“Tidak, itu tidak mungkin!”“William tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,” serunya kemudian

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 83

    Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.“Cicilia!” Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.“Apa yang kau lakukan di sini?” hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.“John, mengapa kau kasar sekali?” rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.“Pakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!” perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. “Aku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!” serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 82

    Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.“John, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.”“Kamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?”“Ah, John. Kamu benar-benar lemah!” hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.“Aku mencintai, Aurora!”Prof. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.“Oke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?”“Meminta Aurora untuk menghubungimu?” tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.“Aku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!” Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 81

    Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.“Ibu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,” ucap Aurora melalui sambungan telepon.“Aku tidak mau!”“Apapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.”“Maksud ibu, apakah William tidak jelas?” sergap Aurora kemudian.“Putriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.”“Bahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.”“Aku akan men

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 80

    Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.“Cicilia!”Aurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.“Aurora, tolong aku!”“Aku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?” Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.“Ada apa?”“Aku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?” Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.“Aurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!” pinta Cicilia

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 79

    “Jadi, pernikahan ini hanya secara paksa?” Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.“Kau mencintainya?” Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.“Aku tidak mencintainya.”“Tapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?” sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.“Aku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.”“Kamu hamil?” tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.“Tuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?”“Apa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!” cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. “Bagaimana jika William membuangmu? Prof. John b

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status